Abdullah Bin Mas'ud: Penggembala yang Menjadi Ulama


Oleh:Fakhrurrazi Amiruddin

Tokoh kita kali ini adalah seorang ahli ibadah, juga seorang ulama fikih, pemimpin keagamaan masyarakat Irak, dan peletak mazhab fikih di Kufah. Beliau juga termasuk dalam golongan para sahabat yang pertama masuk Islam. Sangat jenius, begitu juga Rasulullah menyifatinya. Beliau mendapat kesempatan emas turut dalam perang Badar Kubra. Sebelum hijrah, beliau dipersaudarakan dengan Zubeir bin Awwam. Kemudian sesampai di madinah al munawwarah, beliau dipersaudarakan dengan Saad bin Muaz. Pada masa khalifah Umar bin Khattab, beliau diutus ke Qadisiyyah menjadi guru dan pengajar bagi muslimin di daerah itu.

Sebelum masuk Islam, beliau adalah seorang penggembala domba milik Uqbah bin Abi Muaith. Sebenarnya beliau sudah sejak awal mendengar kabar diutusnya Rasulullah. Tapi karena usianya yang masih sangat muda, ditambah kesibukannya menggembala, beliau acuh dengan kabar tersebut. Bagaimanapun keadaannya, bila Allah sudah berkenan memberi hidayah, tidak ada seorang pun yang bisa menghalangi. Suatu hari, ketika panas matahari sudah begitu menyengat, datanglah dua orang yang sangat berwibawa mendekatinya. Terlihat dari wajah dan bibir mereka, keduanya sedang sangat kehausan. Setelah dekat, keduanya berkata, Tolong peraskan susu untuk kami.h Sang penggembala menjawab, Maaf, saya tidak bisa. Domba-domba ini bukan milik saya. Keduanya kembali berkata, gKalau begitu, tolong ambilkan seekor yang masih sangat kecil.h Setelah domba itu diberikan, salah satu dari mereka mengusap teteknya sambil mengucap Nama Allah SWT. Kontan penggembala itu terheran-heran, mana ada domba sekecil itu akan mengeluarkan susu. Tapi lama-kelamaan, susu itu mengembang lalu mengeluarkan air susu dengan derasnya. Setelah hilang rasa dahaga mereka bertiga, pengembala itu pun berkata, Tolong ajari aku kalimat yang tadi engkau baca sebelum memeras. Salah satu dari dua orang yang ternyata adalah Rasulullah SAW itu menjawab, Engkau sungguh anak yang jenius. Mulai saat itu sang penggembala belajar Islam.

Itulah sahabat Rasulullah yang bernama Abdullah bin Ma’ud. Seorang sahabat yang bertugas membawa sandal Rasulullah . Beliau bisa kapan dan di mana saja bersama Rasulullah. Oleh karena itu, tak mengherankan bila beliau mendapatkan banyak hal dari Rasulullah yang tidak didapatkan para sahabat lain. Baik itu dalam bepergian, di rumah, maupun dalam jaga dan tidur beliau. Karena itu, banyak sahabat mengatakan bahwa beliaulah sahabat yang paling mirip dengan Rasulullah dalam hal tindak tanduknya. Suatu kali, sahabat Umar ra dan Abu Bakar ra bersama Rasulullah  memergoki beliau sedang membaca al Q’urfan dalam sholatnya, maka Rasulullah segera berkata, gBarangsiapa yang ingin membaca al Q’urfan sesuai sebagaimana ia diturunkan, maka bacalah mengikuti bacaan Ibnu Ummi Maktum, Abdullah bin Masud.h Ini adalah sebuah pengakuan langsung dari Rasulullah bahwa beliau sudah bisa menerapkan ajaran-ajaran Islam sampai gaya pembacaan al Q’urfannya pun sudah mirip dengan ketika al Q’urfan itu diturunkan.
Imam al Aini, dalam menerangkan hadis-hadis Bukhari, mengatakan bahwa Rasulullah memberikan perlakuan khusus kepada Abdullah. Beliau bisa datang kepada Rasulullah kapan saja. Bahkan tidak ada satu hal pun yang dirahasiakan kepada beliau. Beliaulah yang memakaikan sandal, menutupi dengan tirai bila Rasulullah mandi, membangunkan beliau dari tidurnya.

Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Musa al Asyari. Beliau berkata, Ketika baru datang dari Yaman, aku dan saudaraku singgah dulu di mesjid. Saat itu kami menganggap Abdullah bin Masfud adalah salah seorang pemuda dari Ahlu Bait Rasulullah, karena begitu seringnya kami melihat beliau dan ibunya memasuki rumah Rasulullah.

Kedekatan beliau dengan Rasulullah  memberikan banyak andil dalam wawasan ilmiah beliau hingga akhirnya beliau menjadi salah seorang pelopor dalam perkembangan fikih Islam. Warisan keilmuannya menyebar di seantero dunia Islam. Selain itu, beliau juga menjadi tempat bertanya para sahabat besar. Dalam sebuah majelis dzikir yang diadakan di rumah Abu Musa al Asy’ari, ada beberapa sahabat yang menanyakan beberapa hal tentang al Qurfan kepada Abdullah, maka beliau langsung berkata, hHanya beliaulah (Abu Musa) yang paling tahu tentang wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah. Maka Abu Musa pun menjawab, Oh tidak. Beliaulah orang yang dapat masuk ke rumah Rasulullah kapan saja saat kita tidak bisa. Beliau juga orang yang dapat menyaksikan apa-apa yang tidak bisa kita saksikan. Apa pandangan Umar bin Khattab tentang beliau ? Beliau adalah samudera ilmu yang dapat mewarnai kota Qadisiyyah.

Walaupun demikian, kelebihan beliau bukan hanya terletak pada sisi keilmuan dan keruhanian saja. Beliau terkenal juga sebagai seorang mujahid. Terampil dalam teknik berperang, berbadan kuat, pemberani, adalah hal-hal yang dimilikinya. Ketika Rasulullah berkata, Demi Allah, orang-orang Quraisy sama sekali belum pernah mendengar ayat-ayat Allah. Gerangan siapakah di antara kalian yang mau memperdengarkannya kepada mereka? Di sini, keberanian beliau terlihat. Beliau langsung menyambut permintaan Rasulullah , Saya, wahai Rasulullah yang akan memperdengarkannya.h Para sahabat yang hadir agak merasa keberatan dengan hal itu, mengingat Abdullah adalah bekas budak yang tidak mempunyai keluarga yang biasa membelanya. Tapi beliau tetap bersikeras dengan tekadnya. Maka pada keesokan harinya, beliau berdiri tegak di Maqam Ibrahim membaca surat ar Rahman di tengah kerumunan orang-orang Quraisy. Tak ayal lagi, beberapa saat kemudian pukulan bertubi-tubi menghujani beliau. Ketika pulang kepada para sahabat dengan darah membanjiri tubuhnya, mereka berkata, Inilah yang kutakutkan padamu.h Dengan tanpa sedih sedikitpun beliau menjawab, Demi Allah, sekarang baru aku tahu bahwa tidak ada musuh-musuh yang lebih hina dan ringan daripada orang-orang kafir Quraisy. Bila kalian izinkan, aku akan mendatangi mereka sekali lagi besok.
Kemudian kepiawaian beliau dalam berperang telah terbukti bahwa beliaulah yang berhasil memenggal kepada musuh Allah , Abu Jahal pada perang Badar. Hal itu pernah beliau ceritakan, Ketika kuinjak lehernya, sempat dia mengatakan, Hai penggembala kambing, beraninya kau menginjak mahkotaku.Tak lama setelah itu tergelindinglah kepala musuh utama dakwah ini.

Semua keberanian dan keterampilan itu tidaklah timbul karena beliau bertubuh besar. Beliau adalah budak berkulit hitam yang kerempeng dan kecil tubuhnya. Tapi besarnya iman telah merubahnya menjadi seorang yang mempunyai izzah atau kemuliaan dan kehormatan. Suatukali, ketika beliau diminta untuk memanjat pohon, ada seorang sahabat yang bergumam, Oh, kecil sekali kakinya! Mendengar hal itu, Rasulullah SAW marah dan berkata, Jangan kalian berkata begitu. Sungguh kaki itu akan sangat berat timbangannya di surga kelak.

Beliau meninggal tetap dalam kepapaan, memberi bekal anak-anaknya keimanan dan sifat tawakkal kepada Allah Sang Pemberi Rezeki. Begitulah sari hidup seorang sahabat yang tak habis-habisnya memberikan kita keteladanan.
Source: http://sinai.20m.com
Share this article :
Mari Berbagi Kebaikan:
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Related Post:

 

Posting Komentar

hampir semua postingan ini merupakan hasil copy paste dari blog lain. namun kami sertakan link rujukan asli tulisan tersebut. jika ada yang keberatan mohon konfirmasinya. kami akan segera menghapus postingan tersebut

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. abu-uswah - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger