Cara membuat Jadwal Pelajaran dengan mudah (kumpulan aplikasi)

Menyusun jadual pelajaran adalah salah satu kegiatan dalam manajemen kurikulum di sekolah pada proses pengorganisasian (organizing). Pekerjaan tersebut umumnya dilakukan oleh petugas khusus penyusun jadual (di Sekolah Dasar), Seksi Kurikulum (di SMP), atau wakil kepala sekolah bidang kurikulum (di SMA/SMK/MA). Jadual pelajaran berfungsi sebagai pedoman mengajar bagi guru dan pedoman belajar bagi siswa. Di dalam jadual pelajaran menjabarkan seluruh program pengajaran di sekolah, karena dengan melihat jadual pelajaran akan diketahui: (1) mata pelajaran apa yang akan diajarkan, (2) kapan pelajaran itu diajarkan,     (3) di mana (ruang) pelajaran diajarkan, dan (4) siapa (guru) yang mengajar pada suatu kelas tertentu selama satu minggu.
1. Software ASc Timetables 2014
asc
Unduh DISINI
2. FET
fet
Unduh DISINI
3. Software Jadwal Pelajaran Kang Karjono (Format Excel)
karjono
credit : Kangkarjono.blogspot.com
Unduh DISINI
Untuk Software ASC Tables Panduan penggunaanya silahkan Unduh DISINI
Selamat Bekerja dan Mencoba. Salam Operator.
untuk Software berbayar gunakan hanya sebagai trial, jika anda berniat menggunakannya silahkan anda membeli yang original.
sumber : http://serambiedukasi.wordpress.com/2013/12/10/738/
 

Aplikasi penilaian Guru Format Excel lengkap

Bulan Desember menjadi bulan sibuk bagi kebanyakan Bapak / Ibu Guru, apalagi yang mendapat tugas Wali Kelas. Mengolah nilai peserta didik dari awal semester sampai akhir semester kemudian menyajikannya ke dalam bentuk laporan nilai raport. Untuk mempermudah pekerjaan Bapak/Ibu Guru serambi edukasi  akan membagikan beberapa aplikasi berbasis Microsoft Excel. 
1. Software Penilaian Kurikukum 2013 (credit;P. Sukani)
Penilaianan
Unduh DISINI
2. Program Penilaian dan cetak Raport (untuk Wali Kelas)
rekap
Unduh DISINI,  Blanko Kosong DISINI
3. Analisis Butir Soal Pilihan Ganda
butir soal
Unduh DISINI  Blanko Kosong DISINI
4. Analisis Butir Soal Uraian
Mirror Dropbox : Silahkan di unduh dengan mengklik link dibawah ini.
5. Leger raport   (model lain)
Selamat Bekerja. Mudah-mudahan dengan aplikasi ini dapat mempermudah pekerjaan Bapak/Ibu Guru. Salam Operator.
 

Download Silabus Tematik SD Kurikulum 2013


  • Download Silabus Tematik SD Kurikulum 2013
    Mulai tahun pelajaran 2013/2014 Kurikulum 2013 akan diterapkan di sekolah yang mendapat prioritas dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Untuk silabus Kurikulum 2013 dibuat Kemendikbud. Secara bertahap Kurikulum pengganti KTSP ini diimplementasikan. Tahap awal untuk jenjang Sekolah Dasar (SD) diterapkan pada kelas 1 dan kelas 4.

    Kurikulum 2013 untuk SD menggunakan metode tematik integratif, yaitu dalam pembelajaran menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa materi ajar. Tema akan yang akan menjadi penggerak mata pelajaran yang lain. Pada kurikulum baru SD masing-masing kelas akan disediakan banyak tema. Umumnya tiap tingkatan kelas mempunyai delapan tema berbeda.

    Pada Kurikulum 2013 yang akan diterapkan Juli 2013, guru tak perlu repot lagi untuk membuat silabus. Kemendikbud mengambil alih pembuatan silabus pada kurikulum 2013. Pembahasan silabus dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud. Penyusunan silabus ini melibatkan para guru, dosen dan ahli pendidikan.

    Berikut contoh silabus Kurikulum 2013 untuk SD:
    • Silabus Kelas 1 SD Kurikulum 2013 | DOWNLOAD
    • Silabus Kelas 2 SD Kurikulum 2013 | DOWNLOAD
    • Silabus Kelas 3 SD Kurikulum 2013 | DOWNLOAD 
    • Silabus Kelas 4 SD Kurikulum 2013 | DOWNLOAD 
    • Silabus Kelas 5 SD Kurikulum 2013 | DOWNLOAD
    • Silabus Kelas 6 SD Kurikulum 2013 | DOWNLOAD

    Silabus merupakan program pembelajaran yang akan dijadikan dasar untuk membuat rencana pembelajaran. Penyusunan silabus oleh pusat ini dimaksudkan agar pengawasan dan kontrol pendidikan jadi lebih mudah. Sehingga proses pembelajaran tidak menurut cara yang diketahuinya sendiri-sendiri. 
  • sumber : http://www.sekolahdasar.net/2013/06/download-silabus-tematik-sd-kurikulum-2013.html
 

Cara buka Office 2007 (docx, xlsx, pptx) pada Office 2003

Kamu masih pake Microsoft Office 2003 dan kadang kesulitan kalo pengen buka file Microsoft Office 2007 seperti Word (docx), Excel (xlxs), Power Point (pptx)? Jangan keburu install ulang MS Office kamu ke versi 2007. Apalagi kalo kompie kamu termasuk yang masih memiliki spesifikasi yang pas-pasan. Bisa ngos-ngosan kompie kamu ngejalanin MS Office 2007.

Lhaa... terus mungkin gini pertanyaan kamu : "Gimana dunk solusinya kalo pengen buka file yang hanya bisa dibuka di MS Office 2007 ?
Pernah nyoba download converter 2003 ke 2007 tapi hasilnya nggak memuaskan? Atau coba converter online?

Hmm, kayaknya cara itu terlalu ribet. Sebenarnya dari pihak Microsoft sendiri sudah membuat solusi yaitu dengan menyediakan MS Office Compatibility Pack yaitu FileFormatConverter.


Klik disini buat download MS Office Compatibility Pack (FileFormatConverter) langsung dari Microsoft

Dengan menginstall MS Office Compatibility Pack ini pada Microsoft Office 2000, Office XP, atau Office 2003, kamu akan dapat membuka, mengedit, dan menyimpan file menggunakan format file versi lebih baru Word (docx), Excel (xlsx), dan PowerPoint(pptx). Paket Kompatibilitas juga dapat digunakan bersama-sama dengan Microsoft Office Word Viewer 2003, Excel Viewer 2003, dan PowerPoint Viewer 2003 untuk melihat file yang disimpan dalam format baru ini.

Sekarang biarpun di kompie kamu hanya terpasang MS Office 2003, setelah mendownload kemudian menginstall FileFormatConverter.exe tadi, kini dan selamanya sudah dapat membuka, mengedit dan menyimpan file docx, xlxs, pptx. Ya, hanya dengan menginstall FileFormatConverter.exe semua permasalahan bisa teratasi tanpa harus upgrade/install ulang MS Office ke versi 2007. Praktis dan mudah bukan?


sumber : http://vayoga.blogspot.com/2010/03/kamu-masih-pake-microsoft-office-2003.html
 

8 Sifat Wanita Terbaik

Daripada menuntut terus persamaan gender, mending setiap wanita berusaha memiliki 8 sifat wanita terbaik berikut ini.

1- Menutup Aurat

Wanita terbaik itu menutup auratnya. Aurat wanita adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan, menurut pendapat terkuat di antara pendapat para ulama.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: “Hendaklah mereka mendekatkan jilbabnya  ke seluruh tubuh mereka“. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Ahzab: 59).
Jilbab bukanlah penutup wajah, namun jilbab adalah kain yang dipakai oleh wanita setelah memakai khimar. Sedangkan khimar adalah penutup kepala.
Allah Ta’ala juga berfirman,

وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا

Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (QS. An Nuur: 31).

2- Berbusana dengan Memenuhi Syarat Pakaian yang Syar’i

Wanita yang menjadi idaman sepatutnya memenuhi beberapa kriteria berbusana berikut ini yang kami sarikan dari berbagai dalil Al Qur’an dan As Sunnah.
Syarat pertama: Menutupi seluruh tubuh (termasuk kaki) kecuali wajah dan telapak tangan.
Syarat kedua: Bukan memakai pakaian untuk berhias diri.
Allah Ta’ala berfirman,

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى

Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu ber-tabarruj seperti orang-orang jahiliyyah pertama.” (QS. Al Ahzab : 33).
Abu ‘Ubaidah mengatakan, “Tabarruj adalah menampakkan kecantikan dirinya.” Az Zujaj mengatakan, “Tabarruj adalah menampakkan perhiasaan dan setiap hal yang dapat mendorong syahwat (godaan) bagi kaum pria.”
Syarat ketiga: Longgar, tidak ketat dan tidak tipis sehingga tidak menggambarkan bentuk lekuk tubuh.
Syarat keempat:  Tidak diberi wewangian atau parfum. Dari Abu Musa Al Asy’ary bahwanya ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَيُّمَا امْرَأَةٍ اسْتَعْطَرَتْ فَمَرَّتْ عَلَى قَوْمٍ لِيَجِدُوا مِنْ رِيحِهَا فَهِيَ زَانِيَةٌ

Seorang perempuan yang mengenakan wewangian lalu melalui sekumpulan laki-laki agar mereka mencium bau harum yang dia pakai maka perempuan tersebut adalah seorang pelacur.” (HR. An Nasa’i, Abu Daud, Tirmidzi dan Ahmad. Syaikh Al Albani dalam Shohihul Jami’ no. 323 mengatakan bahwa hadits ini shohih)
Syarat kelima: Tidak menyerupai pakaian pria atau pakaian non muslim.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata,

لَعَنَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – الْمُخَنَّثِينَ مِنَ الرِّجَالِ ، وَالْمُتَرَجِّلاَتِ مِنَ النِّسَاءِ

Rasulullah melaknat kaum pria yang menyerupai kaum wanita dan kaum wanita yang menyerupai kaum pria.” (HR. Bukhari no. 6834)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka”.(HR. Ahmad dan Abu Dawud. Syaikhul Islam dalam Iqtidho’ mengatakan bahwa sanad hadits ini jayid/bagus)

Inilah di antara beberapa syarat pakaian wanita yang harus dipenuhi. Inilah wanita yang pantas dijadikan kriteria.

3- Betah Tinggal di Rumah

Di antara yang diteladankan oleh para wanita salaf yang shalihah adalah betah berada di rumah dan bersungguh-sungguh menghindari laki-laki serta tidak keluar rumah kecuali ada kebutuhan yang mendesak. Hal ini dengan tujuan untuk menyelamatkan masyarakat dari godaan wanita yang merupakan godaan terbesar bagi laki-laki.
Allah Ta’ala berfirman,

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى

Dan tinggallah kalian di dalam rumah-rumah kalian dan janganlah kalian berdandan sebagaimana dandan ala jahiliah terdahulu” (QS Al Ahzab: 33).

Ibnu Katsir ketika menjelaskan ayat di atas mengatakan, “Hendaklah kalian tinggal di dalam rumah-rumah kalian dan janganlah kalian keluar rumah kecuali karena ada kebutuhan”.
Disebutkan bahwa ada orang yang bertanya kepada Saudah -istri Rasulullah-, “Mengapa engkau tidak berhaji dan berumrah sebagaimana yang dilakukan oleh saudari-saudarimu (yaitu para istri Nabi yang lain, pent)?” Jawaban beliau, “Aku sudah pernah berhaji dan berumrah, sedangkan Allah memerintahkan aku untuk tinggal di dalam rumah”. Perawi mengatakan, “Demi Allah, beliau tidak pernah keluar dari pintu rumahnya kecuali ketika jenazahnya dikeluarkan untuk dimakamkan”. Sungguh moga Allah ridha kepadanya.

Ibnul ‘Arabi bercerita, “Aku sudah pernah memasuki lebih dari seribu perkampungan namun aku tidak menjumpai perempuan yang lebih terhormat dan terjaga melebihi perempuan di daerah Napolis, Palestina, tempat Nabi Ibrahim dilempar ke dalam api. Selama aku tinggal di sana aku tidak pernah melihat perempuan di jalan saat siang hari kecuali pada hari Jumat. Pada hari itu para perempuan pergi ke masjid untuk ikut shalat Jumat sampai masjid penuh dengan para perempuan. Begitu shalat Jumat berakhir mereka segera pulang ke rumah mereka masing-masing dan aku tidak melihat satupun perempuan hingga hari Jumat berikutnya”.
Dari Abdullah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الْمَرْأَةَ عَوْرَةٌ، وَإِنَّهَا إِذَا خَرَجَتْ مِنْ بَيْتِهَا اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ فَتَقُولُ: مَا رَآنِي أَحَدٌ إِلا أَعْجَبْتُهُ، وَأَقْرَبُ مَا تَكُونُ إِلَى اللَّهِ إِذَا كَانَتْ فِي قَعْرِ بَيْتِهَا”

Sesungguhnya perempuan itu aurat. Jika dia keluar rumah maka setan menyambutnya. Keadaan perempuan yang paling dekat dengan wajah Allah adalah ketika dia berada di dalam rumahnya”. (HR Ibnu Khuzaimah no. 1685. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Tidak halal bagi seorang istri keluar dari rumah kecuali dengan izin suaminya.” Beliau juga berkata, “Bila si istri keluar rumah suami tanpa izinnya berarti ia telah berbuat nusyuz (pembangkangan), bermaksiat kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, serta pantas mendapatkan siksa.” (Majmu’ Al-Fatawa, 32: 281)

4- Memiliki Sifat Malu

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْحَيَاءُ لاَ يَأْتِى إِلاَّ بِخَيْرٍ

Rasa malu tidaklah mendatangkan kecuali kebaikan.” (HR. Bukhari no. 6117 dan Muslim no. 37, dari ‘Imron bin Hushain.)
Kriteria ini juga semestinya ada pada setiap wanita. Contohnya adalah ketika bergaul dengan pria. Wanita yang baik seharusnya memiliki sifat malu yang sangat. Cobalah perhatikan contoh yang bagus dari wanita di zaman Nabi Musa ‘alaihis salam. Allah Ta’ala berfirman,

وَلَمَّا وَرَدَ مَاءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ أُمَّةً مِنَ النَّاسِ يَسْقُونَ وَوَجَدَ مِنْ دُونِهِمُ امْرَأتَيْنِ تَذُودَانِ قَالَ مَا خَطْبُكُمَا قَالَتَا لَا نَسْقِي حَتَّى يُصْدِرَ الرِّعَاءُ وَأَبُونَا شَيْخٌ كَبِيرٌ (23) فَسَقَى لَهُمَا ثُمَّ تَوَلَّى إِلَى الظِّلِّ فَقَالَ رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنْزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ (24)

Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Mad-yan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia men- jumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata: “Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?” Kedua wanita itu menjawab: “Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya”. Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya.” (QS. Qashash: 23-24). Lihatlah bagaimana bagusnya sifat kedua wanita ini, mereka malu berdesak-desakan dengan kaum lelaki untuk meminumkan ternaknya. Namun coba bayangkan dengan wanita di zaman sekarang ini!

Tidak cukup sampai di situ kebagusan akhlaq kedua wanita tersebut. Lihatlah bagaimana sifat mereka tatkala datang untuk memanggil Musa ‘alaihis salaam; Allah melanjutkan firman-Nya,

فَجَاءَتْهُ إِحْدَاهُمَا تَمْشِي عَلَى اسْتِحْيَاءٍ قَالَتْ إِنَّ أَبِي يَدْعُوكَ لِيَجْزِيَكَ أَجْرَ مَا سَقَيْتَ لَنَا

“Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan penuh rasa malu, ia berkata, ‘Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberikan balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami.‘” (QS. Al Qashash : 25)

Ayat yang mulia ini,menjelaskan bagaimana seharusnya kaum wanita berakhlaq dan bersifat malu. Allah menyifati gadis wanita yang mulia ini dengan cara jalannya yang penuh dengan rasa malu dan terhormat.

Amirul Mukminin Umar bin Khoththob rodiyallohu ‘anhu mengatakan, “Gadis itu menemui Musa ‘alaihis salaam dengan pakaian yang tertutup rapat, menutupi wajahnya.” Sanad riwayat ini shahih.

5- Taat dan Menyenangkan Hati Suami

Istri yang taat pada suami, senang dipandang dan tidak membangkang yang membuat suami benci, itulah sebaik-baik wanita. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,
قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ قَالَ الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ
Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci” (HR. An-Nasai no. 3231 dan Ahmad 2: 251. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih)

Begitu pula tempat seorang wanita di surga ataukah di neraka dilihat dari sikapnya terhadap suaminya, apakah ia taat ataukah durhaka.

Al Hushoin bin Mihshan menceritakan bahwa bibinya pernah datang ke tempat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karena satu keperluan. Seselesainya dari keperluan tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadanya,

أَذَاتُ زَوْجٍ أَنْتِ؟ قَالَتْ: نَعَمْ. قَالَ: كَيْفَ أَنْتِ لَهُ؟ قَالَتْ: مَا آلُوْهُ إِلاَّ مَا عَجَزْتُ عَنْهُ. قَالَ: فَانْظُرِيْ أينَ أَنْتِ مِنْهُ، فَإنَّمَا هُوَ جَنَّتُكِ وَنَارُكِ

“Apakah engkau sudah bersuami?” Bibi Al-Hushain menjawab, “Sudah.” “Bagaimana (sikap) engkau terhadap suamimu?”, tanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lagi. Ia menjawab, “Aku tidak pernah mengurangi haknya kecuali dalam perkara yang aku tidak mampu.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Lihatlah di mana keberadaanmu dalam pergaulanmu dengan suamimu, karena suamimu adalah surga dan nerakamu.” (HR. Ahmad 4: 341 dan selainnya. Hadits ini shahih sebagaimana kata Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 1933)

6- Menjaga Kehormatan, Anak dan Harta Suami

Allah Ta’ala berfirman,

فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ

Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada” (QS. An Nisa’: 34).

Ath Thobari mengatakan dalam kitab tafsirnya (6: 692), “Wanita tersebut menjaga dirinya ketika tidak ada suaminya, juga ia menjaga kemaluan dan harta suami. Di samping itu, ia wajib menjaga hak Allah dan hak selain itu.”

7- Bersyukur dengan Pemberian Suami

Seorang istri harus pandai-pandai berterima kasih kepada suaminya atas semua yang telah diberikan suaminya kepadanya. Bila tidak, si istri akan berhadapan dengan ancaman neraka Allah Ta’ala.
Seselesainya dari shalat Kusuf (shalat Gerhana), Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda menceritakan surga dan neraka yang diperlihatkan kepada beliau ketika shalat,

وَرَأَيْتُ النَّارَ فَلَمْ أَرَ كَالْيَوْمِ مَنْظَرًا قَطُّ وَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ. قَالُوا: لِمَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: بِكُفْرِهِنَّ. قِيْلَ: يَكْفُرْنَ بِاللهِ؟ قَالَ: يَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ وَيَكْفُرْنَ اْلإِحْسَانَ، لَوْ أَََحْسَنْتَ إِلىَ إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ، ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ

Dan aku melihat neraka. Aku belum pernah sama sekali melihat pemandangan seperti hari ini. Dan aku lihat ternyata mayoritas penghuninya adalah para wanita.” Mereka bertanya, “Kenapa para wanita menjadi mayoritas penghuni neraka, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Disebabkan kekufuran mereka.” Ada yang bertanya kepada beliau, “Apakah para wanita itu kufur kepada Allah?” Beliau menjawab, “(Tidak, melainkan) mereka kufur kepada suami dan mengkufuri kebaikan (suami). Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang istri kalian pada suatu waktu, kemudian suatu saat ia melihat darimu ada sesuatu (yang tidak berkenan di hatinya) niscaya ia akan berkata, ‘Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu’.” (HR. Bukhari no. 5197 dan Muslim no. 907). Lihatlah bagaimana kekufuran si wanita cuma karena melihat kekurangan suami sekali saja, padahal banyak kebaikan lainnya yang diberi. Hujan setahun seakan-akan terhapus dengan kemarau sehari.

8- Berdandan dan Berhias Diri Hanya Spesial untuk Suami

Sebagian istri saat ini di hadapan suami bergaya seperti tentara, berbau arang (alias: dapur) dan jarang mau berhias diri. Namun ketika keluar rumah, ia keluar bagai bidadari. Ini sungguh terbalik. Seharusnya di dalam rumah, ia berusaha menyenangkan suami. Demikianlah yang dinamakan sebaik-baik wanita.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,
قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ قَالَ الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ
Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci” (HR. An-Nasai no. 3231 dan Ahmad 2: 251. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih)

Semoga bermanfaat bagi setiap wanita. Moga Allah memberi taufik untuk mengamalkannya.

Disusun di Panggang, Gunungkidul, 21 Jumadats Tsaniyyah 1435 H
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Muslim.Or.Id
 

Kisah Makam Seukuran Ubin dan Seorang Gadis ABG Mualaf di Jerman

Beberapa waktu yang lalu, kami membaca sebuah kisah yang ditulis salah seorang sahabat kami (muslimah) yang sedang belajar di kota Duisburg, Jerman. Beliau menceritakan kisahnya ketika bertemu dengan salah seorang gadis remaja di Jerman selama bulan Ramadhan kemarin. Kisah yang membuat hati ini merinding karena gadis Jerman muallaf tersebut telah mengajarkan kepada kita bagaimanakah seharusnya bersikap dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Atas ijin sahabat kami tersebut, kami tulis ulang kisah ini dengan beberapa penyesuaian ejaan dan tanda baca tanpa mengubah makna. Selanjutnya, kami membahas beberapa faidah yang bisa kita ambil dari kisah tersebut.

Kisah Makam Seukuran Ubin dan Seorang Gadis ABG Mualaf di Jerman

Beberapa waktu yang lalu aku melewati pemakaman orang Jerman. Terlihat seperti taman bunga, dengan deretan bunga warna-warni kecuali ada nisan menyembul di sela-selanya. Tampaknya kebiasaan orang Jerman menanam bunga di atas makam. Kalau tidak langsung ditanam di atas tanah, kadang pot-pot bunga diletakkan di atasnya. Tapi bukan ini yang aneh.
Setelah melewati komplek pemakaman penuh bunga, aku melewati komplek pemakaman berbaris dan berderet yang masing-masing besarnya hanya seukuran ubin. Membuatku berpikir lama. Makam apakah ini? Mengapa kecil sekali? Makam binatangkah? Maklum, orang Jerman ini mencintai anjing sebagaimana mencintai anak.

Ternyata makam kecil ini adalah makam abu. Makam manusia yang dibakar dan abunya dikubur. Saking begitu atheisnya sebagian besar orang Jerman, mereka tidak percaya dengan kematian. Tidak pula percaya dengan kehidupan setelah kematian. Harga tanah untuk pemakaman sangat mahal dan biaya perawatan dan sewanya per tahun juga sangat mahal. Jadi, tidak jarang orang Jerman -sekalipun kaya- karena berpikir terlalu ‘realistis’, tidak sedikit pun takut kematian dan tidak ingin memberatkan orang yang masih hidup, mereka berwasiat dibakar saja. Kadang kalau ingin anonim atau tidak ingin memberatkan lagi, abunya diterbangkan saja di udara. Dan jika masih ingin dikenang tapi dengan sewa tanah murah cukup menyewa tanah pemakaman seukuran ubin. Dan itulah deretan makam yang kulihat saat itu.

Selanjutnya, aku melompat ke kisah pertemuanku dengan seorang muslimah Jerman (mualaf) yang masih muda. Dia masih SMU dan sebagaimana kebiasaan umumnya remaja Jerman saat puber, mereka mulai memisahkan diri tinggal dari ortunya. Biasanya mereka akan tinggal bersama pacarnya di apartemen. Dan muslimah mualaf ini pun mempunyai masa lalu seperti itu. Hingga dia memeluk Islam secara diam-diam, dan mencari Islam lewat internet dan kini dia tinggal seorang diri. Kadang sepekan sekali dia mengunjungi orang tuanya. Tetapi jika hendak memasuki rumah ortunya, dia akan tengok kanan kiri dulu hingga tidak ada orang, lalu di depan pintu dia melepas jilbabnya. Alasannya, karena ayahnya memiliki penyakit jantung dan selama ini ayahnya sangat membenci Islam. Jadi dia tidak ingin ayahnya kaget lalu memperparah sakitnya.
Perlu Anda ketahui, meskipun dia baru berjilbab saat awal ramadhan kemarin, tapi dari pertama aku bertemu dengannya saat ramadhan, kerudungnya menjuntai hingga selutut, dan dia
menggunakan rok lebar berwarna gelap. Simpel dan polos. Inilah yang membuatku penasaran. Aku bertanya darimana dia mengetahui tentang jilbab hingga memutuskan berjilbab seperti ini. Padahal menurut pengakuannya, sebelum masuk Islam dia senang menggunakan pakaian minim dan sexy. Dia menjawab, mengetahuinya dari internet. Rasa penasarannya terhadap Islam sangat kuat hingga dia mencari apa-apa dari internet karena memang dia tidak tahu ke mana dia harus bertanya. Lalu apa yang membuatnya berani berubah sedrastis ini? Dia menjawab: karena dia merenungi kematian. Dulu sebagaimana remaja yang lahir dan tumbuh di negara macam Jerman pada umumnya, dia tidak percaya Tuhan hingga dia mulai berpikir tentang kematian.

“Mengapa kamu memilih Islam?”, tanyaku lagi semakin penasaran. Lalu dia bercerita bahwa sejak sekolah setingkat SD dia memiliki teman-teman muslim yang berkebangsaan Turki, karena bangsa Turki adalah komunitas muslim yang mendominasi Jerman. Sayangnya, tidak ada satu pun dari mereka hingga remaja yang menjalankan agamanya, tetapi orang tua mereka terkadang ada yang masih menjalankannya, meskipun ala kadarnya. Saat berkunjung ke rumah teman-temannya yang muslim dan melihat orang tua mereka masih menjalankan syariat Islam, itulah yang membuat dia berpikir bahwa begitulah seharusnya orang menjalani hidup. Lalu entah bagaimana dia juga selalu merasa tenang setiap mendengar bacaan Al-Qur’an. Dari rasa penasarannya itu, tujuh tahun dia membaca-baca tentang Islam dari internet hingga akhirnya dia memutuskan masuk Islam. “I feel like I am addicted to Islam”, begitulah pengakuannya.

Dia menunjukkan mobile phone-nya yang berisi list murotal Al-Qur’an. “Aku sudah mencoba mendengar semua reciter yang ada di sini, tapi aku paling suka yang ini,” katanya. Dia senang mendengar bacaan Al-Qur’an sehingga pernah aku menemuinya sedang mendengarkan murotal sambil jalan sebagaimana remaja-remaja seusianya mendengarkan musik, meski dia tidak mengetahui sedikit pun artinya. Jawabannya selalu sama, “I feel like I am addicted.”

Lalu beberapa waktu yang lalu tiba-tiba dia berkata padaku, “Aku akan segera menceritakan ke ayahku bahwa aku adalah muslim. Aku benar-benar ingin segera,” katanya. “Kenapa?” tanyaku penasaran karena baru beberapa hari yang lalu dia bercerita dia akan memberitahukan ke ayahnya pelan-pelan saja karena khawatir penyakit ayahnya semakin parah. Jawabannya itu yg akhirnya benar-benar membuatku merinding.

“Aku sangat menyayangi ayahku dan aku mendengar ayahku berwasiat jika dia meninggal dia ingin dibakar, dan aku tidak ingin itu. Aku harus membawakannya banyak buku-buku Islam dan aku akan memintanya mendengarkan Al-Qur’an agar dia masuk Islam dan aku menginginkannya segera, agar jika dia meninggal dia telah menjadi muslim dan dia tidak menginginkan dibakar lagi.”

Lalu dia melanjutkan kata-katanya lagi, “Aku juga harus segera menulis surat wasiat. Usia manusia tidak ada yang tahu. Jika nanti meninggal, aku tidak ingin orang tuaku memakamkanku dengan prosesi pemakaman bukan Islam. Orang tuaku harus segera tahu bahwa aku muslim dan aku akan membuat wasiat dimakamkan harus secara muslim. Aku juga harus mulai menabung karena biayanya sangat besar, jika orang tuaku tidak setuju mereka tetap harus melaksanakan wasiatku karena prosesi itu semua akan menggunakan uang tabunganku sendiri, bukan uang mereka.”

Sebelumnya perlu saya sampaikan, bahwa dia ini muallaf, masih SMU, baru berjilbab awal ramadhan kemarin, dan dia dalam kondisi sehat wal afiat saat ini dan insya Allah tidak sedang sakit apa pun. Tapi itulah sedikit dari penuturannya yg membuatku terkesan.

Beberapa Faidah dari Kisah di Atas

Membaca cerita di atas, setidaknya ada beberapa faidah yang bisa kita ambil.
1- Keimanan terhadap hari akhir, pembeda seorang muslim dengan orang kafir
Di antara pokok keimanan yang membedakan seorang muslim dengan orang kafir adalah keimanan terhadap hari akhir. Keimanan terhadap hari akhir meliputi keimanan terhadap fitnah qubur, hari kiamat, hari kebangkitan, surga dan neraka. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ السَّاعَةَ لَآَتِيَةٌ لَا رَيْبَ فِيهَا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يُؤْمِنُونَ

“Sesungguhnya hari kiamat pasti akan datang, tidak ada keraguan tentangnya. Akan tetapi kebanyakan manusia tiada beriman.” (QS. Al-Mu’min [40]: 59)

Dari kisah di atas, sangat jelas terlihat bagaimana gambaran kehidupan seorang kafir yang tidak percaya terhadap adanya kehidupan setelah kematian. Mereka menganggap bahwa kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia semata, dan setelah itu mereka mati dan selesailah segala urusan, tidak ada pertanggungjawaban. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika kehidupan mereka hanya diisi dengan sibuk mengejar dunia dan segala kesenangan di dalamnya. Sebagaimana yang kami lihat sendiri, mayoritas hari-harinya diisi dengan bekerja dari pagi sampai malam; ketika akhir pekan tiba, saatnya untuk pesta sampai pagi, tidur panjang di siang harinya, atau rekreasi ke berbagai negara dan lain sebagainya.
2- Islam dan As-Sunnah, kenikmatan yang hakiki
Namun jangan dikira bahwa kehidupan seperti itu adalah kehidupan yang menyenangkan. Kehidupan seperti ini adalah kehidupan monoton, yang kosong tanpa isi. Oleh karena itu, seseorang masih berada dalam fitrahnya seperti gadis Jerman di atas, dia akan mudah melihat dan merasakan bahwa kehidupan seorang muslim yang hari-harinya diisi dengan beribadah kepada Allah Ta’ala, berdzikir dan membaca Al Qur’an, itulah kehidupan yang sebenarnya. Kehidupan seperti inilah yang merupakan kenikmatan yang membahagiakan hati dan menentramkan jiwa-jiwa manusia.

Nikmat berjalan di atas Islam dan As-Sunnah inilah nikmat yang hakiki dan kita diperintahkan oleh Allah Ta’ala untuk terus mencarinya. Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata,Nikmat itu ada dua, nikmat muthlaqoh (mutlak) dan muqoyyadah (nisbi/relatif). Nikmat muthlaqoh adalah nikmat yang mengantarkan kepada kebahagiaan yang abadi, yaitu nikmat Islam dan Sunnah. Nikmat inilah yang diperintahkan oleh Allah kepada kita untuk memintanya dalam doa kita agar Allah menunjukkan kepada kita jalan orang-orang yang Allah karuniakan nikmat itu padanya”. (Ijtima’ Al-Juyuus Al-Islamiyyah, hal 5)
Kenikmatan ini hanya Allah Ta’ala berikan khusus kepada hamba-hambaNya yang dicintai-Nya. Dengan nikmat inilah kita dapat meraih surga beserta segala kemewahan di dalamnya. Oleh karena itu, ketika shalat kita selalu berdoa,

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ (
7)
”Tunjukilah kami jalan yang lurus. (Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS. Al Fatihah [1]: 6-7)

Inilah nikmat yang hendaknya membuat hati kita bergembira dan berbahagia, melebihi berbagai nikmat duniawi yang Allah Ta’ala anugerahkan kepada kita. Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ

“Katakanlah, ‘Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.’” (QS. Yunus [10]: 58)

Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “karunia Allah” dalam ayat di atas adalah Al Qur’an, yang merupakan nikmat dan karunia Allah yang paling besar serta keutamaan yang Allah berikan kepada hamba-Nya. Sedangkan yang dimaksud dengan “rahmat-Nya” adalah agama dan keimanan. Dan keduanya itu lebih baik dari apa yang kita kumpulkan berupa perhiasan dunia dan kenikmatannya. (Lihat Taisiir Karimir Rahmaan, hal. 367)

Adapun nikmat berupa berupa harta dan kesenangan duniawi, maka inilah yang sifatnya nisbi (nikmat muqayyadah). Karena nikmat semacam ini juga Allah Ta’ala karuniakan kepada hamba-hamba-Nya yang kafir. Bisa jadi mereka lebih banyak hartanya dibandingkan kita. Mungkin pula kenikmatan berupa harta ini adalah bentuk istidroj (tipuan) dari Allah Ta’ala sehingga manusia semakin tersesat dan semakin menjauh dari jalan-Nya yang lurus. Atau bisa jadi merupakan bentuk ujian dari Allah kepada manusia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا رَأَيْتَ اللَّهَ يُعْطِى الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا عَلَى مَعَاصِيهِ مَا يُحِبُّ فَإِنَّمَا هُوَ اسْتِدْرَاجٌ
 …
“Jika Allah memberikan kenikmatan kepada seorang hamba padahal dia tetap dengan maksiat yang dikerjakannya, maka sesungguhnya itu adalah istidroj …” (HR. Ahmad dalam Al-Musnad (IV/145) no. 17349. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah no. 413).
Marilah kita merenungkan firman Allah Ta’ala,

فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ

“Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka. Sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong. Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al-An’am [6]: 44)
3- Nasihat terbaik itu adalah kematian
Sesuatu yang mencengangkan hati kita membaca kisah di atas bahwa mengingat kematian adalah faktor pendorong sampainya hidayah kepada gadis tersebut. “Kematian”, inilah penghancur kenikmatan yang mungkin susah payah kita raih selama hidup di dunia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ

Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan.” (HR. An-Nasai, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad. Hadits ini dinilai hasan shahih oleh Syaikh Al-Albani).

Yang dimaksud dengan “pemutus kelezatan” dalam hadits di atas adalah kematian. Kematian disebut haadzim” (pemutus) karena menjadi sebab pemutus kelezatan dunia.
Betapa banyak di antara kita yang sering mengantar jenazah sampai ke pekuburan, namun hal itu tidak mampu menjadi nasihat untuk memperbaiki diri kita? Ya Allah, lindungilah kami dari jiwa-jiwa yang mati dan tidak bisa menerima nasihat! Kematian inilah yang seharusnya mengerem kita agar tidak tertipu dan terbuai dengan kehidupan dunia sebagaimana kisah di atas. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أكثروا ذكر هَاذِمِ اللَّذَّاتِ فإنه ما ذكره أحد فى ضيق من العيش إلا وسعه عليه ولا فى سعة إلا ضيقه عليه

Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan (yaitu kematian), karena jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya sempit, maka ia akan merasa lapang. Dan jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya lapang, maka ia tidak akan tertipu dengan dunia (sehingga lalai akan akhirat).” (HR. Ibnu Hibban dan Al-Baihaqi. Hadits ini dinilai hasan oleh Syaikh Al-Albani).
4- Tidak mungkin berkumpul dalam satu jiwa: kecintaan terhadap musik dan kecintaan terhadap Al-Qur’an
Faidah berikutnya dari kisah di atas adalah bahwa kecintaan seseorang terhadap Al-Qur’an akan menyingkirkan kecintaan terhadap musik dan nyanyian. Sebaliknya, kecintaan seseorang terhadap musik dan nyanyian akan menyingkirkan kecintaan terhadap Al-Qur’an. Tidak mungkin kecintaan terhadap keduanya berkumpul dalam satu jiwa yang sama. Ketika hati gadis Jerman di atas mulai mencintai Al-Qur’an, maka hal itu mendorongnya untuk meninggalkan musik dan nyanyian. Berbeda dengan kebanyakan gadis ABG yang kita lihat, saking cintanya mereka terhadap musik dan nyanyian, sampai-sampai hapal puluhan nyanyian dengan begitu mudahnya, namun mereka sulit untuk diajak menghapal Al-Qur’an. Maka benarlah bahwa nyanyian merupakan salah satu cara setan untuk menjauhkan manusia dari jalan Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman,

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ

“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.” (QS. Luqman [31]: 6)

Tentang maksud dari firman Allah Ta’ala “perkataan yang tidak berguna” dalam ayat di atas, Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,”Demi Allah yang tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Dia semata, (yang dimaksud dengan ‘perkataan yang tidak berguna’) adalah nyanyian”. Beliau mengulangi sumpahnya tersebut sampai tiga kali. Demikian pula yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, Jabir, Ikrimah, Sa’id bin Jubair, Mujahid, Ma’khul, Amr bin Syu’aib, dan Ali bin Badzimah radhiyallahu ‘anhum. (Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adzim, 6/330-331)

Umar bin Abdul Aziz rahimahullah pernah menulis surat kepada pendidik anak-anaknya. Beliau rahimahullah berkata, ”Hendaklah yang mereka ketahui pertama kali dari pengajaranmu adalah rasa benci terhadap alat-alat musik. Karena hal itu berawal dari setan dan mendatangkan kebencian dari Ar-Rahman. Sungguh telah sampai kepadaku dari orang-orang terpercaya yang berilmu, bahwa menghadiri tempat musik dan mendengarkan nyanyian akan menumbuhkan sifat kemunafikan di dalam dada sebagaimana air menumbuhkan rerumputan”. (Ighatsatul Lahfan, 1/250)
5- Dakwah kepada orang tua dan keluarga terdekat
Nasihat penting dari kisah di atas adalah hendaknya kita tidak melupakan dakwah kepada orang tua kita. Mungkin di antara kita ada yang begitu bersemangat untuk berdakwah kepada teman atau masyarakat luas pada umumnya, namun justru merupakan orang tuanya sendiri. Kita biarkan orang tua kita masih tenggelam dalam kebodohan terhadap ilmu agama, terjerumus dalam berbagai macam kemusyrikan atau kebid’ahan. Padahal, bagaimana mungkin kita melupakan dakwah kepada orang tua, sedangkan Allah Ta’ala memerintahkan,

وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ

“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” (QS. Asy-Syu’ara [26]: 214)
Demikianlah yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihis salaam, beliau berdakwah kepada bapaknya sebagaimana yang Allah Ta’ala ceritakan dalam Al-Qur’an,

وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَبِيًّا (41) إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلَا يُبْصِرُ وَلَا يُغْنِي عَنْكَ شَيْئًا (42) يَا أَبَتِ إِنِّي قَدْ جَاءَنِي مِنَ الْعِلْمِ مَا لَمْ يَأْتِكَ فَاتَّبِعْنِي أَهْدِكَ صِرَاطًا سَوِيًّا (43) يَا أَبَتِ لَا تَعْبُدِ الشَّيْطَانَ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلرَّحْمَنِ عَصِيًّا (44) يَا أَبَتِ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يَمَسَّكَ عَذَابٌ مِنَ الرَّحْمَنِ فَتَكُونَ لِلشَّيْطَانِ وَلِيًّا (
45)
“Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al-Kitab (Al-Qur’an) ini. Sesungguhnya dia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang nabi. Ingatlah ketika dia berkata kepada bapaknya, “Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikit pun?  Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah setan. Sesungguhnya setan itu durhaka kepada Tuhan yang Maha Pemurah. Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan yang Maha pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi setan”. (QS. Maryam [19]: 41-45)

Begitu pula dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau berdakwah kepada paman-pamannya. Di antaranya, ketika pamannya Abu Thalib hendak meninggal dunia, Rasulullah mendatanginya untuk mendakwahinya agar masuk Islam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada pamannya,


يَا عَمِّ ، قُلْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، كَلِمَةً أَشْهَدُ لَكَ بِهَا عِنْدَ اللَّهِ
“Wahai pamanku! Katakanlah ‘laa ilaaha illallah’, suatu kalimat yang dapat aku jadikan sebagai hujjah (argumentasi) untuk membelamu di sisi Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Oleh karena itu, kisah di atas menjadi nasihat berharga agar kita tidak melupakan dakwah kepada orang tua dan keluarga kita yang lainnya.
Demikianlah beberapa faidah yang dapat kami kumpulkan dari kisah di atas. Semoga Allah Ta’ala melembutkan hati kita untuk mudah menerima nasihat dan kebenaran dari siapa pun orangnya.

Selesai ditulis di Rotterdam, Belanda, 24 Dzulhijjah 1434
Penulis: dr. M. Saifudin Hakim, MSc.
Artikel Majalah Muslim.Or.Id
 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. abu-uswah - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger