Teladan wanita shalehah (bagian ke-3, Selesai): Teladan Dalam Dakwah dan Jihad


3. Teladan Dalam Dakwah dan Jihad

a. Ummu Sulaim (Rumaisha binti Malhan), istri Abu Thalhah

dakwatuna.com - Anas berkata: “Abu Thalhah datang untuk meminang Ummu Sulaim, Ummu Sulaim berkata: “Sesungguhnya tidak patut bagiku untuk bersuami dengan orang musyrik. Apakah engkau tidak tahu wahai Abu Thalhah, sesungguhnya Tuhan-Tuhan yang engkau sembah itu adalah hasil pahatan seorang tukang batu dan sesungguhnya jika engkau menyalakan api pada tuhan-tuhanmu, maka ia akan terbakar.”

Kemudian Abu Thalhah pergi meninggalkan Ummu Sulaim dan ada sesuatu terjadi di hatinya setelah mendengar perkataan Ummu Sulaim.

Berkali-kali abu Thalhah datang untuk meminangnya, tapi jawaban Ummu Sulaim tetap sama, sampai akhirnya hidayah Allah datang, Abu Talhah masuk Islam, dan keislamannya menjadi mahar pernikahannya dengan Ummu Sulaim. Dari hasil pernikahannya, lahirlah putra-putri yang semuanya hafiz Qur’an.

b. Ummu Suraikh

Ummu Suraikh Ghaziyah binti Jabir bin Hakim dengan kesabarannya, mengisahkan orang yang menyiksanya:

Ibnu Abbas berkata: “Islam telah masuk ke dalam lubuk hati Ummu Suraikh, ketika ia berada di mekah. Akhirnya ia pun masuk Islam. Kemudian secara diam-diam ia masuk ke dalam golongan wanita Quraisy, ia pun membujuk wanita itu, hingga akhirnya masuk Islam. Misinya diketahui oleh penduduk mekah, mereka membawanya kepada Ummu Sulaim dan berkata: Jika bukan karena kaummu, kami pasti sudah membunuhmu”

Kaum Mekah kemudian membawanya di atas unta tanpa satu alas pun. Mereka membiarkan aku di tengah padang pasir yang luas dan panas selama 3 hari tanpa makan dan minum.  Mereka beristirahat, dan ketika mereka beristirahat Ummu Sulaim mendapatkan sesuatu jatuh dari atas, yang ternyata adalah ember yang berisi air, sehingga ia minum sampai cukup, dan menyegarkan badan dan pakaiannya dengan air tersebut. Ketika kaum Quraisy terbangun, dia kaget, karena mendapatkan Ummu suraikh dalam keadaan segar dan basah oleh air, dan menuduh bahwa ia telah mengambil air milik mereka.

Anas bin Malik berkata:
“Rasulullah SAW pergi berperang bersama Ummu Sulaim dan para wanita kaum Anshar. Jika perang telah usai, para wanita itupun memberi minum kepada bala tentara. Mereka juga mengobati tentara yang terluka.” (HR. Muslim).

 Rabbi binti muawid berkata:
“Kami ikut perang bersama Nabi saw, Kami memberi minuman kepada bala tentara, melayani mereka, membawa para syahid yang terbunuh, dan orang-orang yang terluka untuk kembali ke madinah.” (HR. Bukhari)
– Selesai
(hdn)

Sumber:
http://www.dakwatuna.com/2012/04/20059/teladan-dari-shahabiyah-dan-tabiiyah-bagian-ke-3-selesai-teladan-dalam-dakwah-dan-jihad/#ixzz1ys1qJmM9

 

Teladan wanita shalehah (bagian ke-2): Teladan Dalam Ibadah


2. Teladan Dalam Ibadah

a. Hafshah binti Umar bin Khattab.

Perempuan ahli ibadah dan suka berpuasa demi mendapatkan ridha Allah.
 Dari Anas berkata: Rasulullah bersabda: “Jibril berkata, wahai Muhammad, rujuklah kepada Hafshah, karena sesungguhnya dia perempuan yang ahli puasa dan ahli ibadah.”

Nafi Ibnu Umar berkata: Hafshah meninggal sebelum sempat berbuka puasa.

Tahajud Hafshah menjadi sebab langgengnya sebagai istri Rasulullah saw, di dunia dan di akhirat. Bagaimana tidak, dia adalah putri dari seorang ayah yang taat beribadah juga.

b. Zainab binti Jahsy

Dikenal sebagai perempuan ahli ibadah, suka berpuasa, berbakti dan rajin bersedekah.

Dari Anas bin Malik, “suatu ketika Rasulullah memasuki masjid yang di dalamnya ada tali yang diikat pada dua tiang. Kemudian Rasul berkata, untuk apa tali ini, dijawab tali tersebut milik Zaenab, jika dia sudah tidak kuat berdiri maka akan bergelantungan pada tali, kemudian Rasulullah saw bersabda: Tidak, lepaskan tali itu, kalian harus semangat dalam beribadah, Jika merasa lelah dan capek, maka lakukanlah sambil duduk.

Zainab adalah satu-satunya wanita yang mengungguli Aisyah dalam hal kedudukannya di sisi Rasulullah. Dan satu-satunya wanita yang dinikahi Rasulullah langsung atas perintah Allah.
Setelah pernikahannya dengan Rasulullah, Zainab membanggakan diri di hadapan istri-istri yang lain dengan mengatakan: Kalian dinikahkan dengan Rasulullah oleh orang tua kalian, sementara aku dinikahinya atas perintah Allah langsung dari atas tujuh langit (HR. Bukhari).

c. Ummu Hudhail, Hafshah binti Sirin

Setiap malam ia menyalakan lampu mushalla, kemudian melakukan ibadah sampai fajar menyingsing. Ia berada di mushalla untuk beribadah selama 30 tahun, dan tidak pernah keluar kecuali untuk buang hajat. Ia memasuki Mihrab untuk shalat Zhuhur, ashar, magrib, isya dan subuh dengan sekali wudhu. Pada waktu Zhuhur ia tidak keluar dari mihrabnya kecuali setelah matahari bergerak naik.

Ummu Hudzail berkata:
Wahai para pemuda, giatlah beribadah selagi masih muda, Demi Allah, aku tidak merasakan ibadah yang lebih baik kecuali selagi masih muda.

Ia telah hafal Qur’an pada usia 12 tahun. Karena kemahirannya dalam bidang Al Qur’an, setiap kali Ibnu Sirin melakukan kejanggalan dalam bacaan Al-Qur’an atau tidak dapat menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya, ummu Hudzail berkata:” pergilah kepada Hafshah tanyakan kepadanya bagaimana bacaan yang benar dan dengarkan bagaimana ia membaca.

Putranya bernama Hudzail. Ketika musim panas, ia mencari kayu dan batang pohon, kemudian ia memecah-mecahnya menjadi potongan-potongan kayu bakar. Ketika musim dingin tiba, ibunya kedinginan dalam mushalla, ia membuat perapian di dalam ember dan diletakkan di belakang ibunya, agar tidak kedinginan, ia jaga agar ibunya tidak terganggu khusu’nya karena terkena asap.

d. Ummu Darda Ash-Shughra

Nama lengkapnya Juhaimah binti Huyay al awshabiyah, namun lebih dikenal dengan sebutan ummu Darda Ash Shughra. Seorang wanita yang sangat santun, sehingga saat menceritakan perkataan suaminya, ia berkata: “Tuanku berkata kepadaku, yang dia maksud adalah Abu darda suaminya.

Dari Yunus Ibnu Maisharah, “Suatu ketika kami mendatangi ummu Darda, ketika itu ada beberapa wanita di sisinya, Mereka semua adalah wanita yang menghabiskan malam-malamnya untuk bertahajud, sehingga kakinya sampai bengkak.

Ummu Darda berkata kepada Abu Darda suaminya: “Wahai Abu Darda, sesungguhnya engkau meminangku kepada kedua orang tuaku di dunia, maka mereka menikahkan aku denganmu. Dan sekarang aku akan meminangkan diriku denganmu di akhirat. Abu Darda menjawab. Jika memang demikian, jangan menikah sepeninggalku.

e. Munifah binti Abi Thariq

Tinggal di Bharain dan setiap kali gelap malam menyelimuti bumi, ia berkata: “Wahai jiwaku, kegembiraan orang beriman telah datang. Kemudian ia masuk ke dalam mihrabnya dan berdiri beribadah bagikan batang pohon yang tegak berdiri sampai fajar tiba.

Dari Ummu Umar binti Mulaik, “Suatu ketika aku menginap di rumah Munifah, dan aku dengar dia mengulang-ulang bacaan al Qur’an terus menerus, sampai kemudian ia menangis.”
– Bersambung
(hdn)

Sumber:
http://www.dakwatuna.com/2012/04/20000/teladan-dari-shahabiyah-dan-tabiiyah-bagian-ke-1-teladan-dalam-ibadah/#ixzz1ys1V5KIh

 

Teladan wanita shalehah (bagian ke-1): Teladan Dalam Intelektualitas

dakwatuna.com - Salah satu metode yang efektif dalam dunia pendidikan Islam adalah dengan memberikan teladan atau contoh. Di dalam ilmu psikologi di kenal dengan istilah modelling. Rasulullah saw di utus oleh Allah juga salah satunya agar bisa dijadikan contoh/teladan bagi umat manusia. Hal ini tertuang di dalam surat al Ahzab 21

“Sungguh telah ada pada diri Rasulullah saw suri teladan yang baik bagi orang-orang yang mengharap perjumpaan dengan Rabbnya”



Teladan utama kita adalah Rasulullah saw. Pada sisi lain, Rasulullah saw juga menyatakan bahwa kita diperintahkan untuk mencontoh para sahabat, sebagai generasi /kurun yang terbaik.
Firman Allah swt surat Ali Imran 110

“Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan kepada manusia. Menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah…”

Pada hakikatnya, contoh /teladan kebaikan bisa datang dari siapa saja, sepanjang kebaikan tersebut tidak bertentangan dengan ketentuan Allah dan RasulNya. Dari sini kita dapat memahami bahwa orang-orang shaleh salihah dari generasi setelah shahabat dan seterusnya dapat kita jadikan contoh/teladan sepanjang tetap  berpegang teguh pada dienuLLAH.

1. Teladan dalam Intelektualitas

a. Aisyah binti Abu Bakar ashidiq (shahabiyah)

Aisyah adalah belahan jiwa Rasulullah saw di dunia dan di akhirat. Beliau, adalah sosok ahli fiqih yang taat pada Rabbnya. Pada saat Rasulullah saw meninggal dunia, usia Aisyah baru menginjak 19 tahun setelah sembilan tahun hidup bersama Rasulullah saw.
Namun demikian, Aisyah telah memenuhi seluruh penjuru dunia dengan ilmu. Dalam hal periwayatan hadits, beliau adalah tokoh yang sulit di cari bandingannya. Ia lebih memahami hadits, dibanding istri-istri Rasul yang lain.

Dalam masalah jumlah hadits yang diriwayatkannya, tidak ada yang menandingi, selain Abu Hurairah dan Abdullah bin Umar.

Ad-Dhahabi berkomentar dalam kitab as Sair jilid II, halaman 240,

“Saya tidak pernah melihat pada umat Muhammad saw, bahkan wanita secara keseluruhan, ada seorang wanita yang lebih alim dari Aisyah.”

Dalam beberapa kasus, Aisyah mengoreksi pemahaman para sahabat dan menjadi rujukan dalam memahami praktek Rasulullah .

Di dalam al –Mustadrak, az-Zuhri berkomentar: “seandainya ilmu semua manusia dan ilmu istri-istri nabi digabungkan, niscaya ilmu Aisyah lebih luas dari ilmu mereka.

Menurut Adz-Dzahabi, musnah Aisyah mencapai 2210 hadits.

Imam Bukhari dan Imam Muslim sepakat atas riwayat Aisyah sebanyak 140 hadits. Secara individu Bukhari meriwayatkan 54 hadits Aisyah, dan Muslim meriwayatkan 69 hadits.

Hakim Abu abdillah berkata: “Aisyah, membawa ¼ syariah Islam.

Urwah Ibnu Zubair berkata: Saya tidak melihat seorang pun yang lebih pandai dalam masalah ilmu fiqih, kedokteran, dan sastra selain Aisyah.
Demikianlah keluasan ilmu Aisyah. Para wanita mukminah di masa sekarang ini, khususnya para aktivis dakwah sudah semestinya meneladani beliau dalam hal keluasan ilmunya. Ya Alim, rabbi zidni ilmaa.

b. Amrah binti Abdurrahman (Tabiin Anshar)

Dia adalah murid Aisyah seorang wanita yang alim, ahli fiqih, luas ilmu dan wawasannya. Ia meriwayatkan hadits dari Aisyah, ummu Salamah dan Rafi Ibnu Khudaij serta ummu Hisyam binti Haritsah.

Beberapa orang meriwayatkan hadits dari Amrah, antara lain :  Abu   Rijal  Muhammad Ibnu Abdurrahman , Haritsah, Malik, Abu Bakar Ibnu Hazm, dan kedua anak  beliau, yaitu   Abdullah dan Muhammad , serta Az – Zuhri.

Umar bin Abdul Aziz berkata: “Tidak ada seorang pun yang memahami hadits-hadits Asiyah RA, selain Amrah.

Ibnu Hibban menyebutkan: Ia adalah sosok wanita yang paling mengerti hadits-hadits Aisyah.

c. Hafshah binti Sirin Ummu Hudzail.

Seorang ahli fiqih dari golongan Anshar, pemuka wanita para tabiin, dikenal sebagai ahli ibadah, fiqih, qiraat dan hadits.

Hafshah meriwayatkan hadits dari Ummu Athiyah dan Ummu Raih dan budaknya Anas Ibnu Malik dan Abu Aliyah. Saudara laki-lakinya , Ahmad, Qatadah, Ayyub, Kalid al Hadza, Ibnu Aun dan Hisyam Ibnu Hasan meriwayatkan hadits dari Hafshah.

Ia telah mampu membaca Al-Qur’an pada usia 12 tahun. Hidup selama 70 tahun dan menasihati para pemuda untuk melakukan kebajikan. Salah satu yang diucapkannya adalah: Wahai para pemuda, galilah potensi pada waktu kalian masih muda belia. Dan aku melihat masa muda sebagai periode beramal dan bekerja.

Inilah sosok Hafshah, tinggal di rumahnya selama 30 tahun dan tidak keluar dari tempat shalatnya kecuali untuk tidur siang dan keperluan penting. Ia meninggal dunia dan usianya lebih dari 100 tahun.

d. Muadzah al Adawiyah.

Di kenal sebagai ahli balaghah, fasih tutur katanya, gemar menuntut ilmu-ilmu agama, dan meriwayatkan hadits. Adz-Dzahabi menjulukinya Sayyidah Al Alimah (pemuka orang-orang alim).

Ia meriwayatkan hadits dari Ali, Aisyah dan Hisyam Ibnu Amir. Nama-nama yang meriwayatkan hadits darinya adalah Abu Qilabah, Yazid Ibnu Rasyak, Ashim Ibnu Ahwal, Ayyub as-Sikhtiyani.

Ia pernah berkata kepada seorang wanita dewasa yang pernah disusuinya: “Wahai anakku, jadilah orang yang takut dan berharap ketika bertemu Allah, karena Aku melihat orang yang selalu berharap kepada Allah akan dipenuhi kebaikan ketika berjumpa dengan Tuhannya. Dan aku melihat, orang yang takut kepada Allah berharap akan bertemu dengan Tuhan saat manusia dibangkitkan. Kemudian ia menangis,

e. Fatimah binti as Samarqandi

Imam Abu Bakar as-Samarqandi mengajarkan ilmu agama kepada Abu Bakar al Kasyiani. Kemudian sang guru menikahkannya dengan putrinya yang ahli ilmu fiqih.

Disebutkan bahwa alasan ia dinikahkan dengan putrinya adalah bahwasanya putrinya adalah seorang yang cantik jelita Ia telah hafal kitab At –Tuhfah karangan ayahnya. Banyak raja –raja Romawi yang ingin meminangnya, tetapi ayahnya menolaknya. Mahar untuk pernikahannya adalah syarah dari kitab At-tuhfah, karangan Abu Bakar al Kasyaini, yang diberi judul Al Badaai’.

f. Lathifah, Ibunda Imam Syafii.

As-Subki berkata: Ibunda Imam Syafi’i adalah wanita ahli ibadah yang sangat jenius. Pernah suatu kali ketika dia diminta menjadi saksi pengadilan bersama Ummu Basyar al Marisi. Ketika hakim ingin menanyai secara terpisah, ia berkata: wahai Hakim, engkau tidak berhak melakukan hal itu, karena Allah swt telah berfirman, “supaya jika seorang lupa, seorang lagi dapat mengingatkannya “

Halim kemudian tidak jadi menanyainya secara terpisah. As- Subki kemudian memberikan komentarnya atas kisah tersebut:  Sebuah ide yang brilian, kuat dan alternatif baru dalam penafsiran.

g. Nafisah binti Hasan Ibnu Zaid, putra cucu nabi.

Seorang penghafal Al Qur’an, sekaligus menguasai tafsir dan hadits. Ibnu Khalkan menyebutkan bahwasanya ketika Imam Syafii wafat, jenazahnya dihadirkan kepadanya dan menyolatkan jenazahnya di rumahnya.

Iiam Az Dzahabi berkata: Kami tidak banyak mendengar tentang kisah-kisahnya. Dia berkata: “Karena kebodohan orang-orang Mesir dan kepercayaannya yang melampaui batas, meski telah ada larangan yang mendekati syirik, mereka bersujud dan meminta ampunan darinya”.

Ibnu Katsir berkata:
Hingga saat ini, masyarakat awam keterlaluan dalam hal kepercayaan kepadanya, juga tentang hallain, Apalagi masyarakat Mesir suka melontarkan ungkapan-ungkapan tidak benar dan sembrono yang bisa mengantarkan pada kekufuran dan kesyirikan.

h. Karimah binti Ahmad.

Beliau diibaratkan sebagai tiang tengah penyangga hadits-hadits nabi. Keluasan ilmu dan penguasaannya terhadap hadits tidak diragukan lagi, sehingga para ulam besar rela berdesak-desakkan untuk menghadiri majelisnya, demi mendengarkan untaian-untaian haditsnya.

Para ulama mengakui keutamaan dan keteladanannya sebagai orang yang pertama kali mengajarkan kitab shahih Bukhari secara utuh, tuntas dan menyeluruh. Sehingga abu Dzar, seorang ulama hadits dari kota Harrah, berwasiat kepada murid-murid agar tidak belajar kitab Shahih Bukhari kecuali kepadanya.

Di antara para imam yang belajar shahih Bukhari kepadanya adalah Hafizd Abu Bakar Al-Khatib dan Abu Thalib al Husain Ibnu Muhammad Zainabi.

Dalam kitab al-siyar, Ad Dzahabi menggambarkan karakternya sebagai berikut:

Wanita agung, ahli ilmu dan mempunyai sanad hadits yang derajatnya tinggi… Mempelajari  shahih  Bukhari dari jalur Abu Haitsam al Kusymihani, Dzahir Ibnu Ahmad as –Sarkhasi dan Abdullah Ibnu Yusuf  Ibnu Bamuwaih As-Ashbahani. Tingkat pemahaman dan pengetahuannya di atas rata-rata semakin kuat dipadu dengan kebaikan pekerti dan ketekunannya beribadah.

Imam Abu Ghanaim berkata: Suatu kali Karimah menyodorkan redaksi Shahih Bukhari kepadaku, dan aku menyalinnya sesuai dengan redaksinya. Ketika menyelesaikan tujuh bundel, aku membacanya di hadapannya. Selanjutnya aku bermaksud menyalinnya sendiri tanpa harus membaca di hadapannya. Dan ketika aku utarakan keinginanku kepadanya, ia menjawab “Tidak bisa, kamu harus memeriksakannya kepadaku. Lalu aku selalu memberikan salinanku kepadanya.
– Bersambung
(hdn)

Sumber:
http://www.dakwatuna.com/2012/04/19941/teladan-dari-shahabiyah-dan-tabiiyah-bagian-ke-1/#ixzz1yrx8wk3w

 

Wanita-Wanita Pengukir Sejarah (bagian ke-6): Ummu Salamah



6. Ummu Salamah

dakwatuna.com – Nama lengkapnya Hindun binti Hudzaifah bin Mughirah Al-Qursyiyah Al-Makhzumiyah, biasa dipanggil Ummu Salamah. la dilahirkan tahun 28 sebelum hijrah. la termasuk orang yang mula-mula masuk Islam. Ia bersama suaminya, Abu Salamah, ikut berhijrah ke Habasyah. Di Habasyah, ia dikaruniai seorang anak, Salamah. Sepulang dari Habasyah, ia hijrah ke Madinah. Di madinah, ia dikarunia 3 orang anak, yaitu Umar, Ruqayyah, dan Zainab. la adalah wanita pertama yang berhijrah ke Madinah. la merawikan 378 hadits dari Nabi.
Keistimewaan:

a. Wanita yang ikut hijrah ke Habasyah dan pertama hijrah ke Madinah.

b. Wanita yang sabar dan tabah
Ketika Ummu Salamah, Abu Salamah dan putra mereka Salamah hendak berhijrah, mereka dihalang-halangi oleh Bani Mughiroh. Hingga akhirnya Ummu Salamah terpisah dari suami dan anaknya. Tetapi Ummu Salamah tetap tabah mendapatkan cobaan ini.

c. Wanita yang cerdas dan bijaksana
Setelah selesai menandatangani perjanjian damai dengan kaum musyrik, Rasulullah Salallahu ‘Alahi Wsallam berkata kepada para sahabatnya, ‘Bersiap-siaplah, sembelihlah hewan-hewan kurban kalian dan cukurlah rambut kalian.’ Demi Allah, saat itu tidak ada satu pun dari para sahabat yang berdiri dan melaksanakan perintah beliau, padahal beliau mengulangi perintahnya sebanyak tiga kali. Ketika melihat gejala seperti itu, Rasulullah SAW masuk kemah dan menemui Ummu Salamah, lalu menceritakan kejadian tersebut kepadanya.
Ummu Salamah berkata, ‘Wahai Nabi Allah, apakah engkau ingin sahabat-sahabatmu mengerjakan perintahmu? Keluarlah, dan jangan berbicara dengan siapa pun sebelum engkau menyembelih hewan kurbanmu dan memanggil pencukur untuk mencukur rambutmu.’

d. Wanita yang sangat penyayang
Ia lah yang menyampaikan berita kepada Abu Lubabah bahwa Allah menerima taubatnya. Ummu Salamah juga pernah menjadi penyebab kesediaan Nabi untuk memaafkan anak pamannya.

e. Ummu Salamah dianggap sebagai ulama pada generasi sahabat. Ulama besar sekaliber Ibnu Abbas tidak jarang mengutus orang untuk menanyakan beberapa masalah hukum kepadanya.
– Bersambung
Sumber : http://www.dakwatuna.com/2010/05/6232/wanita-wanita-pengukir-sejarah-bagian-ke-6-ummu-salamah/
 

Wanita Pengukir Sejarah (bagian ke-5) Zainab binti Khuzaimah



5. Zainab binti Khuzaimah

dakwatuna.com – Nama lengkapnya Zainab binti Khuzaimah bin Harits. la digelari dengan Ummul Masakin (ibu orang-orang miskin). la termasuk orang yang mula-mula masuk Islam.

Sebelum menikah dengan Rasulullah, ia menikah dengan Ubaidah bin Harits bin Abdul Muthalib. Suaminya, Ubaidah bin Harits, gugur sebagai syahid dalam perang Badar tahun ke-2 H. Setelah suaminya gugur dalam perang Badar, Rasulullah menikahinya pada tahun ke-3 H.
Keistimewaan:

a. Rumahnya adalah tempat berkumpulnya para fakir miskin, sehingga ia digelari dengan Ummul Masakin (ibu orang-orang miskin). la meninggal tahun 4 H dalam usia 30 tahun. Rasulullah menyembahyangi jenazahnya dan menguburkannya di Baqi’.

b. Zainab menghabiskan seluruh waktunya untuk beribadah dan menyantuni orang miskin
– Bersambung
Sumber : http://www.dakwatuna.com/2010/05/6180/wanita-wanita-pengukir-sejarah-bagian-ke-5-zainab-binti-khuzaimah/
 

Wanita Pengukir Sejarah (bagian ke-4): Hafshah binti Umar bin Khatthab


4. Hafshah binti Umar bin Khatthab

dakwatuna.com – Nama lengkapnya Hafshah binti Umar bin Khaththab. Lahir di Mekkah tahun 18 sebelum hijrah. Rasulullah melamar Hafshah kepada ayahnya Umar bin Khaththab, lalu Beliau menikahinya tahun 3 H. Rasulullah pernah bermaksud menceraikan Hafshah, tapi Jibril mengatakan kepada Beliau, “Jangan kamu ceraikan dia, sesungguhnya dia adalah wanita yang gemar berpuasa dan menunaikan shalat (malam), dan sesungguhnya dia adalah istrimu di surga.”

la merawikan 60 hadits dari Nabi, 10 di antaranya terdapat dalam kitab Shahih Al-Bukhari danShahih Muslim.

Keistimewaan Hafshah:

a. Wanita yang dibela Jibril
Rasulullah pernah bermaksud menceraikan Hafshah, tapi Jibril mengatakan kepada Beliau, “Jangan kamu ceraikan dia, sesungguhnya dia adalah wanita yang gemar berpuasa dan menunaikan shalat malam), dan sesungguhnya dia adalah istrimu di surga.”

b. Ia adalah salah satu wanita yang paling fasih di antara wanita-wanita Quraisy.

c. Hafshah Radhiaallahu ‘Anha memiliki kedudukan yang sangat tinggi di hati Nabi saw., bahkan termasuk salah seorang istri beliau yang istimewa di antara istri-istri beliau lainnya. ‘Aisyah Radhiaallahu ‘Anha pernah mengakui hal ini. la berkata, “Hafshah adalah termasuk salah seorang istri Nabi Salallahu “alaihi Wsallam yang nyaris setara denganku

d. Hafshah Radhiaallahu ‘Anha dikenal memiliki kapasitas keilmuan, pemahaman dan ketakwaan yang sangat luas. Ketika ayahnya diangkat menjadi Khalifah, tidak jarang Umar bertanya kepadanya tentang berbagai hukum agama.

e. Hafshah Radhiaallahu ‘Anha telah mengemban amanah penjagaan Al-Qur’an, karena Abu Bakar RA menunjukinya untuk menjaga lembaran-lembaran tulisan Al-Qur’an setelah berhasil dihimpun oleh Zaid bin Tsabit Radhiaallahu ‘Anhu. Lembaran-lembaran Al-Qur’an itu tetap berada di tangannya hingga masa pemerintahan Utsman bin ‘Affan ketika ia memutuskan menghimpun Al-Qur’an dalam satu mushaf.
– Bersambung
Sumber : http://www.dakwatuna.com/2010/05/6143/wanita-wanita-pengukir-sejarah-bagian-ke-4-hafshah-binti-umar-bin-khatthab/
 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. abu-uswah - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger