Sehat dengan air putih ala Rasulullah

Untuk sehat sejatinya tidak sulit. Seluruh ciptaan Allah yang diperuntukkan bagi manusia hakikatnya baik. Sebut saja misalnya, air putih atau air mineral yang biasa dikonsumsi setiap hari. Secara medis air putih terbukti ampuh dalam menjaga stabilitas kesehatan tubuh.

Sayangnya, sekalipun air putih tergolong mudah didapatkan dan mengandung zat penting yang dibutuhkan tubuh, kesadaran dan kemauan manusia modern untuk minum air putih sesuai anjuran medis masih juga belum menggembirakan.

Padahal hampir semua orang tahu dan mengerti manfaat air putih. Namun dalam praktiknya masih tidak sedikit di antara kita yang abai dalam memanfaatkannya secara optimal. Jadi tidak keliru ungkapan seorang Fritjof Capra yang keheranan melihat perilaku manusia modern. Canggih teknologinya namun rendah kesadarannya terhadap kesehatan tubuh.

Minum Untuk Kesehatan Tubuh

Umumnya air putih masih digunakan sebatas sebagai pelepas dahaga. Jadi kala terasa haus baru mencari air putih, sehingga manfaat air putih belum dapat dirasakan secara optimal. Padahal selain melepas dahaga, air putih juga bisa memelihara dan menstabilkan kesehatan tubuh, sekaligus mengobati beragam penyakit.
Penyakit akibat ketidaksempurnaan metabolisme misalnya, bisa diterapi dengan lebih banyak minum air putih. Seperti kita pahami bahwa metabolisme berperan besar dalam memelihara kesehatan tubuh. Oleh karena itu, kita harus senantiasa meningkatkan kualitas dan kelancaran metabolisme.

Melalui metabolisme zat makanan dapat diolah secara maksimal, sehingga makanan yang dikonsumsi benar-benar memberikan asupan gizi yang dibutuhkan tubuh. Sekalipun pada usia 40 tahun ke atas metabolisme manusia bisa melambat, namun masih ada alternative agar tubuh tetap bisa meningkatkan metabolismenya dengan lebih baik. Satu di antaranya ialah dengan lebih banyak minum air putih.
Tubuh membutuhkan air untuk proses pembakaran kalori. Jika tidak tubuh akan mengalami dehidrasi (kekurangan cairan). Jika dibiarkan maka akan memicu pelambatan sistem kerja metabolisme. Oleh karena itu perbanyaklah minum air putih.

Sebuah penelitian menyebutkan bahwa orang dewasa yang minum delapan gelas air atau lebih dalam sehari, mampu membakar kalori lebih banyak daripada mereka yang minum empat gelas saja. Jadi cobalah minum air putih sebagai kebutuhan, meski sedang tidak haus. Dalam kondisi normal tubuh kita memerlukan antara dua hingga tiga liter air perharinya.

Selain itu meminum air putih secara teratur dan benar juga akan memurnikan tubuh manusia. Sebab dengan cara demikian usus besar dapat bekerja dengan lebih efektif untuk membentuk darah baru atau aematopaises.

Air putih juga bisa memperlancar sistem pencernaan, memperlambat tumbunya zat-zat pemicu kanker, termasuk perawatan kecantikan. Bila kurang minum air putih tubuh akan menjadi kering dan berkerut. Dengan banyak minum air dapat menjaga kelembaban kulit sekaligus menyehatkannya.

Bahkan meminum air putih secara benar dapat meningkatkan produksi hormone testosterone yang berguna bagi kesuburan laki-laki dan meningkatkan hormone estrogen pada wanita.

Kemudian, jika ada yang ingin menguruskan badan juga tidak perlu terlalu repot. Cukup dengan minum air putih hangat. Lakukan sebelum makan (sampai terasa agak kenyang), sehingga mengurangi jumlah makanan yang dikonsumsi. Hal ini sangat efektif, sebab air tidak mengandung kalori, gula ataupun lemak.
Manfaatk dan potensi dahsyat air putih telah disebutkan dalam al-Qur'an. Disebutkan bahwa air adalah sumber kehidupan. Tanpa air akan terhentilah sistem kehidupan dunia.

أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقاً فَفَتَقْنَاهُمَا وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاء كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ
"Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?." (QS. 21: 30).

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Jika salah seorang dari kalian hendak makan, hendaklah makan dengan tangan kanan. Dan apabila ingin minum, hendaklah minum dengan tangan kanan. Sesungguhnya setan makan dengan tangan kirinya dan minum dengan tangan kirinya." (HR. Muslim)
Manusia boleh tidak makan tapi jangan tidak minum. Sebab akan berujung pada kematian. Orang bisa bertahan hidup sampai tiga puluh hari tanpa makan, tetapi bisa meninggal gara-gara tidak minum selama berhari-hari.

Air begitu penting dan tubuh amat bergantung padanya selama proses biologis berlangsung. Itulah mengapa rasulullah saw tetap menganjurkan umatnya agar tetap bangun sahur dan bersegera untuk berbuka walau hanya dengan minum air putih saja.

Meski meminum adalah hal, kecil, Islam berbeda dengan umat lain. Islam mengajarkan adab dan tata-cara yang tak dimiliki agama lain.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Janganlah kalian minum sambil berdiri. Barang siapa lupa sehingga minum sambil berdiri, maka hendaklah ia berusaha untuk memuntahkannya." (HR. Ahmad no 8135)

Adab lain Islam terhadap minum adalah tidak meniupnya.

Dari Ibnu Abbas, "Sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melarang untuk bernafas atau meniup wadah air minum." (HR. Turmudzi no. 1888 dan Abu Dawud no. 3728, hadits ini dishahihkan oleh Al-Albani)

Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu beliau mengatakan, "Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam minum beliau mengambil nafas di luar wadah air minum sebanyak tiga kali." Dan beliau bersabda, "Hal itu lebih segar, lebih enak dan lebih nikmat." Anas mengatakan, "Oleh karena itu ketika aku minum, aku bernafas tiga kali." (HR. Bukhari no. 45631 dan Muslim no. 2028)

Dengan demikian mari biasakan minum air putih dan meminum cara Nabi agar tubuh kita tetap sehat dan terhindar dari beragam penyakit, dan InsyaAllah lebih barakah. Wallahu a'lam bish showab.

sumber : http://arrahmah.com/read/2012/07/03/21385-sehat-dengan-air-putih-ala-rosulullah-saw.html
 

Sang pengantin yang memilih medan jihad daripada jabatan

Ini adalah kisah tiga orang sahabat muhajirin yang memilih jihad daripada jabatan, sampai mereka gugur di medan perang Ajnadin dan Marj Shuffar. Ketiga orang tersebut adalah kakak-beradik dari suku Quraisy, tepatnya dari Bani Abdu Syams bin Abdu Manaf. Mereka adalah Khalid bin Said, Amru bin Said dan Abban bin Said.
***
Orang pertama adalah Khalid bin Sa'id Al-Umawi. Nama lengkapnya Khalid bin Sa'id bin Ash bin Umayyah bin Abdu Syams bin Abdu Manaf bin Qusay. Khalid bin Said masuk Islam sejak awal dakwah di Makkah. Menurut keponakannya, Khalid bin Said masuk Islam pada tahun ketiga atau keempat kenabian, pada awal Nabi shallallahu 'alaihi wa salam berdakwah secara terang-terangan.

Suatu malam Khalid bin Said bermimpi sedang berdiri di bibir neraka Jahanam. Ia bisa melihat betapa luasnya neraka dan betapa pedih siksaan di dalamnya. Dalam keadaan demikian itu, tiba-tiba bapaknya muncul dan berusaha mendorong dirinya ke dalam neraka. Ia berusaha untuk meronta, namun tenaga bapaknya lebih kuat. Saat ia hampir saja melayang ke dalam neraka, tiba-tiba muncul Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam yang mencengkeram kedua lengannya dan menariknya ke tempat yang aman.

Khalid amat terkejut dengan mimpi yang aneh itu. Katanya, "Demi Allah, ini adalah mimpi yang benar." Khalid segera menemui Abu Bakar Ash-Shidiq dan menceritakan mimpinya.

Mendengar kisah mimpi aneh itu, Abu Bakar menasehati Khalid, "Allah menghendaki kebaikan untukmu. Ini adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam, ikutilah beliau! Jika engkau mengikuti beliau dan masuk Islam, niscaya Islam akan mencegahmu dari masuk neraka. Adapun bapakmu akan masuk neraka."
Hari itu juga Khalid menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam. Katanya, "Wahai Muhammad, engkau mengajak kepada apa?"

"Aku mengajak untuk bersaksi bahwa tiada Tuhan Yang berhak disembah selain Allah tiada sekutu bagi-Nya dan bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan utusan-Nya serta meninggalkan penyembahan batu yang tidak bisa melihat, tidak bisa mendengar, tidak bisa memberi manfaat, tidak bisa mendatangkan bahaya dan tidak bisa membedakan orang yang menyembahnya daripada orang yang tidak bisa menyembahnya."

Mendengar uraian itu, Khalid pun bersyahadat dan masuk Islam. Selama beberapa hari Khalid tidak pulang ke rumah. Bapaknya yang bernama Abu Uhaihah segera mengirimkan anak-anaknya dan budaknya untuk mencari dan membawa pulang Khalid. Begitu ditemukan, mereka segera membawa pulang Khalid ke hadapan bapaknya.

Abu Uhaihah marah besar dengan keislaman Khalid. Caci makian dan bentakan menyembur dari mulutnya. Tongkat di tangannya dipukulkannya ke kepala Khalid sampai patah. Tak ayal darah mengucur dari luka di kepala Khalid. "Kau mengikuti agama Muhammad, padahal kau tahu ia menyelisihi agama kaumnya, mencaci maki Tuhan-tuhan mereka dan membodoh-bodohkan nenek moyang mereka?"

Meski dimarahi dan dipukuli sampai berdarah-darah, nyali Khalid tidak kendor. Ia dengan menjawab, "Ia orang yang benar, dan demi Allah, aku telah mengikutinya."

Abu Uhaihah tidak bisa lagi menahan kemarahannya oleh jawaban itu. Tidak puas dengan memarahi, mencaci maki dan menyiksa Khalid, ia mengusir anaknya itu, "Pergi kau dari rumah ini, anak hina! Pergi kemana pun kau mau. Demi Allah, aku tidak sudi memberimu makan!"

Sebelum pergi dari rumah, Khalid masih sempat menjawab bentakan bapaknya itu, "Jika bapak tidak mau memberiku makan, Allah akan memberiku makanan selama aku hidup."

Kepada anak-anaknya yang lain, Abu Uhaihah juga mengancam, "Jika ada salah seorang di antara kalian mengajak Khalid bicara, aku akan menyiksanya seperti aku tadi menyiksa Khalid!"

Sejak diusir oleh bapaknya, Khalid bin Said senantiasa menghadiri pengajian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam. Ia leluasa beribadah kepada Allah. Tapi ia tidak memiliki tempat tinggal dan makanan yang layak. Sering selama berhari-hari ia menahan lapar, dan hanya mampu mengganjal laparnya dengan minum air Zam-zam.

Keadaan itu berlangsung selama beberapa waktu. Di Makkah, Khalid menikah dengan wanita mukminah, Humainah bintu Khalaf bin As'ad Al-Khuzaiyyah. Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam memerintahkan tak kurang dari delapan puluh kaum muslimin untuk berhijrah ke Habasyah pada kali yang kedua, Khalid segera bergabung dengan rombongan mereka.

Selama sepuluhan tahun di Habasyah, Khalid dikaruniai dua orang anak yang diberi nama Sa'id dan Ummu Khalid. Di Habasyah pula, Khalid menjadi wali bagi Ummu Habibah binti Abi Sufyan saat menikah dengan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam sendiri diwakili oleh raja Najasyi.
Khalid dan keluarganya beserta seluruh kaum muslimin muhajirin di Habasyah berangkat ke Madinah pada tahun 7 H, bertepatan dengan penaklukan Khaibar. Khalid dan saudaranya, Amru bin Sa'id menyertai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam dalam umrah qadha', penaklukan Makkah dan perang Tabuk. Setelah itu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam mengangkat Khalid sebagai petugas zakat di Yaman. Saat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam wafat, Khalid masih menjalankan tugasnya di Yaman.

Ketika Khalid selesai melaksanakan tugas di Yaman dan kembali ke Madinah, kaum muslimin telah mengangkat Abu Bakar Ash-Shidiq sebagai khalifah penerus kepemimpinan Nabi shallallahu 'alaihi wa salam. Kejadian itu membuat kaget Khalid. Menurutnya, Ali bin Abi Thalib dan Utsman bin Affan yang satu marga dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam yaitu Bani Abdu Manaf, lebih berhak daripada Abu Bakar Ash-Shidiq yang berasal dari lain marga, Bani Taim.

Khalid bertanya kepada Ali bin Abi Thalib dan Utsman bin Affan, "Apakah kalian, wahai Bani Abdu Manaf, merelakan hal itu padahal kepemimpinan dipegang oleh selain kalian?" 

Pertanyaan Khalid membuat gusar Umar bin Khatab, namun khalifah Abu Bakar Ash-Shidiq sendiri memaafkannya dan memahami keterkejutan dirinya. Tiga bulan lamanya Khalid tidak mau membai'at khalifah Abu Bakar Ash-Shidiq. Suatu sore, setelah shalat Ashar, Abu Bakar Ash-Shidiq berkhutbah di atas mimbar. Saat itulah Khalid maju ke depan dan membaiat khalifah di atas mimbar, di hadapan seluruh kaum muslimin.
Abu Bakar Ash-shidiq sangat menghormati Khalid. Bagaimana tidak, sedangkan beliau mengetahui dengan pasti sejarah keislaman Khalid, penderitaannya dalam mempertahankan akidah, hijrahnya ke Habasyah, jasanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa salam selama Habasyah, jihadnya bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa salam sejak tiba di Madinah dan bahkan kedudukannya sebagai pejabat zakat di Yaman saat Nabi shallallahu 'alaihi wa salam wafat?

Saat hendak memberangkatkan pasukan jihad ke negeri Syam, khalifah Abu Bakar Ash-Shidiq menunjuk Khalid sebagai salah seorang jendral dan menyerahkan panji pasukan kepadanya. Pengangkatan Khalid sebagai jendral mendapat protes Umar bin Khathab. Umar bin Khathab belum bisa melupakan pertanyaan Khalid kepada Ali dan Utsman saat kembali dari Yaman. Kepada khalifah, Umar mengatakan, "Apakah Anda mengangkatnya sebagai jendral pasukan padahal ia telah mengatakan perkataan seperti itu?"

Umar terus mendesak khalifah untuk membatalkan pengangkatan Khalid. Atas desakan itu, khalifah membatalkan pengangkatan Khalid. Panji perang yang terlanjur dipegang Khalid akhirnya ditarik kembali.
Atas peristiwa itu, khalifah mendatangi rumah Khalid. Khalifah meminta maaf kepada Khalid dan memohon kepadanya agar tidak menyebut-nyebut Umar dengan ucapan buruk apapun. Di sinilah Khalid menunjukkan kelapangan dadanya dan keikhlasan niatnya. "Demi Allah, pengangkatan sebagai pemimpin pasukan tidaklah membahagian kami dan pelengseran dari jabatan pemimpin pasukan juga tidak 
menyusahkan kami, "kata Khalid. Sampai akhir hayatnya, Khalid tidak pernah menaruh iri, dendam dan kebencian sedikit pun kepada Umar. Khalid bahkan senantiasa mendoakan rahmat bagi Umar.
Khalifah lantas mengangkat Syurabil bin Hasanah sebagai jendral pasukan Islam yang akan berangkat perang ke negeri Syam dan Yazid bin Abi Sufyan sebagai wakilnya. Pengangkatan tersebut atas dasar saran dari Khalid.

Khalifah bertanya kepada Khalid, "Komandan mana yang lebih anda sukai?" Saat itu ada dua pilihan, Yazid bin Abi Sufyan yang berasal dari satu marga dengan Khalid dan Syurahbil bin Hasanah.

"Keponakan saya (Yazid bin Abi Sufyan) aku cintai karena hubungan kekerabatan dengannya, namun orang ini (Syurahbil bin Hasanah) lebih aku cintai dalam agamaku, karena ia adalah saudaraku dalam agama sejak masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam dan ia membantuku melawan keponakanku (saat ia belum masuk Islam)."

Saat mengantarkan keberangkatan pasukan Islam, khalifah berpesan kepada sang jendral Syurahbil bin Hasanah, "Perhatikanlah Khalid bin Sa'id dan haknya atas dirimu seandainya ia menjadi pemimpin atas dirimu, sebagaimana engkau senang jika ia memenuhi hakmu atas dirinya. Sungguh engkau telah mengetahui kedudukannya dalam Islam. Sungguh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam dan ia menjadi seorang pejabat bagi beliau. Semula aku mengangkatnya sebagai pemimpin pasukan namun aku kemudian melengserkannya. Semoga hal itu lebih baik bagi agamanya. Aku tidak pernah mengistimewakan seorang pun dalam hal kepemimpinan.

Jika engkau menghadapi perkara yang membutuhkan saran dari seorang penasehat yang terpercaya, maka hendaklah orang yang pertama kali engkau minta pendapatnya Abu Ubaidah bin Jarrah, lalu Muadz bin Jabal, kemudian Khalid bin Said. Engkau akan mendapatkan nasehat dan kebaikan pada diri mereka. Dan janganlah sekali-kali engkau memaksakan pendapatmu atas diri mereka dan jangan pula memonopoli sebagian berita tanpa memberitahukannya kepada mereka."

***
Bersama pasukan Islam, Khalid bin Said menunjukkan keteguhan dan kerja kerasnya dalam medan pertempuran di Yarmuk, Ajnadin, Fihl dan Marj Shufar. Ia bertempur dengan gagah berani di garis depan dan memporak-porandakan pasukan Romawi Timur.

Dalam perang Yarmuk, Ikrimah bin Abi Jahal gugur sebagai syahid, meninggalkan seorang janda bernama Ummu Hakim binti Harits bin Hisyam. Setelah masa 'idahnya habis, Khalid bin Said menikahinya dengan mahar 400 dinar.

Sore itu pasukan Islam mendirikan perkemahan di daerah Marj Shufar. Beberapa ratus metes di hadapan mereka, perkemahan pasukan besar Romawi Timur nampak jelas. Keesokan harinya akan menjadi ajang pertempuran yang dahsyat antara kedua pasukan. Malam itu adalah malam pertama Khalid bin Said dengan istrinya, Ummu Hakim.

"Alangkah baiknya jika engkau menunda malam pertama ini, sampai Allah mencerai-beraikan kumpulan pasukan musuh, "saran Ummu Hakim.

Sang suami mendengarkan saran istrinya dengan tenang, lalu ia menjawab dengan tak kalah tenang, "Aku memiliki dugaan kuat aku akan terbunuh oleh pasukan musuh."

Malam itu adalah malam pertama pasangan pengantin di medan perang Marj Shufar. Keesokan paginya, Khalid mengadakan jamuan makan atas acara pernikahannya. Pasukan Islam pun berdatangan ke tenda yang ditempati Khalid, mengucapkan doa selamat kepadanya dan menikmati hidangan ala kadarnya.
Belum lagi mereka menghabiskan makanan sederhana yang disajikan, genderang perang telah ditabuh bertalu-talu. Puluhan ribu pasukan Romawi Timur, barisan demi barisan, maju menyerbu ke tengah gelanggang pertempuran. Pasukan Islam, barisan demi barisan, menyambut serbuan pasukan musuh dengan pekikan takbir.

Sebelum pertempuran besar pecah, seorang jagoan perang pasukan Romawi maju ke depan dan menantang perang tanding. Sahabat Abu Jandal bin Suhail bin Amru Al-Amiri keluar dari barisan Islam untuk melayani tantangan itu. Namun Abu Ubaidah bin Jarah selaku komandan pasukan mencegahnya. Ia memerintahkan Habib bin Maslamah untuk maju berduel. Pertempuran satu lawan satu terjadi dengan ganas, sampai akhirnya musuh tewas oleh tebasan Habib bin Maslamah. Habib pun kembali ke barisan dengan diiringi pekikan takbir pasukan Islam.

Seorang jagoan perang pasukan Romawi kembali maju ke depan dan melayangkan tantangan duel. Kali ini Khalid bin Said maju ke depan menyambut tantangan. Keduanya terlibat duel yang dahsyat. Jagoan Romawi itu berhasil menebas Khalid bin Said, hingga ia rebah, gugur sebagai  syahid pertama di medan perang Marj Shufar. Subhanallah, pengantin baru itu mendapat kemuliaan sebagai pelopor pada syuhada'.
Perang tanding berakhir dengan imbang, seorang prajurit muslim gugur dan seorang prajurit Romawi tewas. Perang besar antara kedua pasukannya akhirnya tak terhindarkan lagi. Kedua belah pasukan telah bertemu dan berduel dalam jarak rapat. Tidak ada bidikan anak panah, tidak ada lemparan tombak, yang ada hanyalah gemerincing pedang beradu pedang, dan jeritan orang yang tertebas pedang, gugur atau luka di medan perang pinggiran sungai Marj Shufar.

Adapun sang pengantin perempuan, Ummu Hakim, sungguh ketabahan dan keberaniannya luar biasa. Mengetahui suami yang baru dikenalnya satu malam telah gugur sebagai syahid pertama di medan laga, ia segera melakukan 'idah. Dikenakannya kain hitam, disandangnya baju besi pelindung, dan dicabutnya tiang tenda. Ia menebas ke kanan dan ke kiri, memukul ke depan dan belakang, menusuk setiap prajurit Romawi yang lolos sampai ke perkemahan pasukan Islam. Subhanallah, Allahu akbar, dalam perang itu sang pengantin perempuan menewaskan sembilan  prajurit Romawi.

Perang Marj Shuffar terjadi di bulan Muharram 14 Hijriyah, pada masa khalifah Umar bin Khathab. Kaum muslimin meraih kemenangan gemilang dalam pertempuran itu. Sedangkan sang pengantin baru menemukan kedudukan mulia yang selama ini senantiasa dicita-citakannya, gugur sebagai syahid.

***
Khalid bin Sa'id memiliki dua orang saudara laki-laki yang juga masuk Islam. Setelah Khalid masuk Islam dan berhijrah ke Habasyah, saudaranya yang bernama Amru bin Said ikut masuk Islam di Makkah. Dua tahun kemudian ia turut berhijrah ke Habasyah bersama istrinya, Fatimah binti Shafwan bin Umayyah.
Kedua bersaudara, Khalid dan Amru itu meninggalkan Habasyah dan berangkat ke Madinah bersama seluruh kaum muslimin di Habasyah pada tahun 7 Hijriyah. Setiba di Madinah, keduanya segera menulis surat kepada saudaranya yang bernama Abban bin Sa'id agar segera masuk Islam dan berhijrah ke Madinah. Abban segera masuk Islam dan berangkat hijrah ke Madinah, sebelum terjadinya penaklukan Makkah.

Amru bin Said sendiri menyertai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam dalam umrah qadha', perang penaklukan Makkah, perang Hunain, perang Thaif dan perang Tabuk. Sementara itu pada tahun 9 hijriyah, Abban diangkat oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam sebagai pejabat zakat di daerah Bahrain.
Ketiga bersaudara Khalid bin Said, Amru bin Said dan Abban bin Said telah diangkat oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam sebagai pejabat di beberapa wilayah Islam. Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam wafat dan Abu Bakar Ash-Shidiq diangkat sebagai khalifah, ketiga bersaudara itu kembali ke Madinah.

Khalifah hendak mengangkat mereka sebagai pejabat kembali, karena orang-orang yang diangkat oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam adalah orang-orang yang paling cakap dan layak memegang amanah jabatan. Namun ketiganya menolak tawaran jabatan itu. Mereka lebih memilih berjihad di medan perang Syam.

Dari Amru bin Said Al-Asydaq bahwasanya paman-pamannya, yaitu Khalid bin Said, Abban bin Said dan Amru bin Said kembali dari jabatan mereka ketika sampai kepada mereka berita meninggalnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam. Abu Bakar Ash-Shidiq berkata,

مَا أَحَدٌ أَحَقُّ بِالعَمْلِ مِنْ عُمَّالِ رَسُوْلِ اللهِ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- ارْجِعُوا إِلَى أَعْمَالِكُم.
"Tidak ada yang lebih layak memegang jabatan selain dari para pejabat yang diangkat oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam.  Kembalilah kalian kepada jabatan kalian!"

Namun ketiganya menolak. Mereka justru berangkat berjihad ke negeri Syam, sampai mereka semua gugur di sana. Mereka lebih memilih jihad fi sabilillah, walau sebagai prajurit biasa, daripada jabatan tinggi.
Amru bin Said dan Abban bin Said gugur dalam pertempuran Ajnadin, bulan Jumadil Ula 13 Hijriyah pada masa khalifah Abu Bakar Ash-Shidiq. Sedangkan Khalid bin Said gugur dalam pertempuran Marj Shufar, bulan Muharram 14 Hijriyah pada masa khalifah Umar bin Khathab. Semoga Allah meridhai mereka, menerima amal mereka dan menempatkan mereka di surga Firdaus yang tertinggi.

Wallahu a'lam bish-shawab.
Referensi:

Muhammad bin Sa'ad Al-Hasyimi Al-Bashri, At-Thabaqat Al-Kubra, 4/70-76, Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyyah, cet. 1, 1410 H.

sumber : http://arrahmah.com/read/2012/08/04/22153-mutiara-hikmah-dari-panggung-sejarah-islam-16-sang-pengantin-yang-memilih-medan-jihad-daripada-jabatan.html
 

Kisah keluarga sakinah yang meraih syahadah

 Ini adalah kisah sebuah keluarga sakinah generasi Tabi'in senior di kota Bashrah. Sang bapak bernama Shilah bin Ashyam Al-Adawi. Sang ibu bernama Mua'dzah binti Abdullah Al-Adawiyah. Sang anak bernama Shahba'. Keluarga itu dikenal sebagai keluarga Abu Shahba' atau Abu Sya'tsa', keluarga ulama, orang shalih, zuhud, ahli ibadah dan mujahid.

Ulama hadits dan sejarawan Islam, imam Adz-Dzahabi menulis, "Seorang yang zuhud, ahli ibadah, tokoh teladan, Abu Shahba' Al-Adawi Al-Bashri, suami dari ulama wanita Mu'adzah Al-Adawiyah." (Siyar A'lam An-Nubala', 3/497)

Imam Adz-Dzahabi juga menulis, "Tokoh wanita, ulama wanita, Ummu Shahba' Al-Adawiyah Al-Bashriyah, ahli ibadah, istri dari tokoh dan suri teladan: Shilah bin Ashyam." (Siyar A'lam An-Nubala', 4/508)

Ketika pasukan Islam diberangkatkan ke medan jihad Sijistan, perbatasan Iran-Afghanistan, Shilah dan anaknya turut serta. Pasukan Islam harus menghadapi pasukan musyrik bangsa Turki yang datang dari Asia Tengah dan telah memasuki negeri Khurasan.

Al-'Alla' bin Hilal menuturkan: "Seorang laki-laki dalam barisan pasukan Islam bercerita kepada Shilah: "Wahai Abu Sahba', tadi malam aku bermimpi. Dalam mimpiku, aku meraih satu syahid dan engkau meraih dua syahid."

Mendengar ucapan orang tersebut, Shilah mengatakan: "Jika begitu, engkau akan gugur sebagai syahid, juga aku dan anakku."

Saat itu pasukan Islam dipimpin oleh komandan Yazid bin Ziyad. Di wilayah Sijistan, pasukan besar bangsa musyrik Turki menyerang pasukan Islam. Pertempuran berlangsung dengan sengit. Karena kekuatan yang tidak seimbang, pada sore harinya pasukan Islam terdesak dan dipukul mundur ke posisi semula.
Untuk sementara suasana tenang karena pasukan Islam mundur ke perkemahan mereka dan pasukan Turki juga kembali ke perkemahan mereka. Masing-masing pihak bersiap-siap untuk menerjuni kancah peperangan yang akan menentukan kekalahan atau kemenangan mereka.

Dalam suasana persiapan itulah, Shilah berkata kepada anaknya, "Wahai anakku, kembalilah engkau kepada ibumu!"

Mendengar nasehat ayahnya tersebut, sang anak justru menjawab dengan penuh percaya diri dan keimanan, "Wahai ayah, apakah engkau sendiri yang menginginkan kebaikan? Kenapa engkau menyuruhku pulang?!"   

Melihat tekad anaknya telah bulat untuk bertempur sampai meraih kemenangan atau gugur sebagai seorang syahid, Shilah merasa gembira.

Keesokan harinya, kedua pasukan kembali berhadapan untuk menerjuni kancah pertempuran penentuan. Genderang perang telah ditabuh dan terdengar pekik takbir kaum muslimin membahana. Dengan keberanian yang luar biasa, kedua belah pihak saling menyerang.

Dalam suasana itulah, Shilah berkata kepada anaknya, "Wahai anakku, majulah dengan gagah berani!"
Tanpa menunggu perintah kedua kalinya, sang anak menghambur ke arah pasukan musuh. Ia bertempur dengan gagah berani. Pedangnya membabat ke kanan dan ke kiri, menebas dan menusuk setiap musuh yang dihadapinya. Tak lama kemudian ia telah berada dalam kepungan musuh. Beberapa prajurit Turki mengerbutinya, hingga ia terdesak, kewalahan dan roboh bersimbah darah. Sang anak gugur sebagai syahid.
Shilah segera menyusul anaknya dan menghambur ke arah pasukan musuh. Ia memperlihatkan keberanian dan ketangkasan yang luar biasa. Seperti para prajurit Islam yang lain, Shilah tidak membiarkan setiap musuh yang muncul di hadapannya.

Shilah dikenal sebagai seorang pemanah ulung. Tak dibiarkannya pasukan musuh mencincang jasad anaknya. Kerumunan prajurit musuh yang menewaskan anaknya dirobohkannya dengan seluruh anak panahnya. Ia segera meraih jasad anaknya dan mendoakannya. Setelah itu ia menghunuskan pedangnya dan menyerbu ke tengah kerumuman musuh. Pada akhirnya, ia pun roboh, gugur bersimbah darah dan meraih syahid yang dicita-citakannya.

Seusai perang, komandan Yazid bin Ziyad mengirim utusan pembawa berita kepada gubernur di Basrah. Nama para prajurit Islam yang gugur segera diumumkan dan diberitahukan kepada keluarganya. Hari itu, Ummu Shahba' Mu'adzah Al-Adawiyah menerima berita kesyahidan suami dan anaknya tercinta.

Para wanita muslimah di kampungnya segera berdatangan ke rumah Ummu Shahba' untuk mengucapkan bela sungkawa. Sungguh luar biasa, walau telah kehilangan orang-orang yang paling dicintainya, Ummu Shahba' tidak larut dalam kesedihan dan derai air mata.

Tsabit Al-Bunani mengisahkan peristiwa tersebut. Katanya, "Shilah dan anaknya berada dalam satu pertempuran. Shilah berkata, "Wahai anakku, majulah bertempur sampai engkau syahid, aku akan mengharapkan pahalanya di sisi Allah!"

Anaknya segera maju bertempur melawan musuh sampai gugur. Maka Shilah segera menyusul. Ia bertempur dengan hebat sampai gugur.

Kaum wanita di desanya berkumpul di rumah istrinya, Mua'adzah, untuk berbela sungkawa. Melihat kehadiran mereka, Mua'adzah berkata:

مَرْحَباً إِنْ كُنْتُنَّ جِئْتُنَّ لِتُهَنِّئْنَنِي، وَإِنْ كُنْتُنَّ جِئْتُنَّ لِغَيْرِ ذَلِكَ، فَارْجِعْنَ
"Selamat datang, jika kalian datang ke sini untuk mengucapkan selamat kepadaku. Namun jika kalian datang untuk selain itu (berbela sungkawa), sebaiknya kalian pulang saja!"

Subhanallah! Betapa kuat kesabaran Ummu Shahba' atas musibah yang dialaminya. Ia begitu rela dengan takdir yang Allah Ta'ala tetapkan. Baginya, gugurnya suami dan anak tercinta bukan lagi sebuah musibah, melainkan karunia, prestasi, dan kehormatan bagi keluarga. Sebuah karunia yang begitu berharga dan hanya diberikan Allah Ta'ala kepada hamba-hamba yang dicintai-Nya.

Dari Miqdam bin Ma'di Karib Al-Kindi radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam bersabda:

إِنَّ لِلشَّهِيدِ عِنْدَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ سِتَّ خِصَالٍ: أَنْ يُغْفَرَ لَهُ فِي أَوَّلِ دَفْعَةٍ مِنْ دَمِهِ، وَيُرَى مَقْعَدَهُ مِنَ الْجَنَّةِ، وَيُحَلَّى حُلَّةَ الْإِيمَانِ، وَيُزَوَّجَ مِنَ الْحُورِ الْعِينِ، وَيُجَارَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَيَأْمَنَ مِنَ الْفَزَعِ الْأَكْبَرِ وَيُوضَعَ عَلَى رَأْسِهِ تَاجُ الْوَقَارِ، الْيَاقُوتَةُ مِنْهُ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا، وَيُزَوَّجَ اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِينَ زَوْجَةً مِنَ الْحُورِ الْعِينِ، وَيُشَفَّعَ فِي سَبْعِينَ إِنْسَانًا مِنْ أَقَارِبِهِ

"Orang yang mati syahid meraih enam kemuliaan di sisi Allah; 1) semua dosanya diampuni pada tetesan darahnya yang pertama, 2) diperlihatkan kepadanya tempatnya di surga kelak, dikenakan kepadanya perhiasan keimanan dan akan dinikahkan dengan bidadari surga, 3) dilindungi dari azab kubur dan aman dari ketakutan paling besar pada hari kiamat, 4) dikenakan di atas kepalanya mahkota kemuliaan, yang satu batu mutiara yaqqut padanya lebih berharga dari dunia dan seluruh isinya, 5)dinikahkan dengan 72 bidadari surga dan 6) diberi hak untuk memberi syafa'at bagi 70 orang kerabatnya." (HR. Tirmidzi no. 1663, Ibnu Majah no. 2799, Ahmad no. 17182, Abdur Razzaq no. 9559, dan Said bin Manshur no. 2562. Hadits shahih)    

Mua'dzah Al-Adawiyah menghabiskan sisa usianya dengan tekun beribadah kepada Allah Ta'ala. Diriwayatkan bahwa ia menghidupkan waktu malamnya dengan shalat malam. Ulama hadits dan sejarawan Islam, imam Ibnu Hibban menulis, "Ia adalah salah seorang wanita ahli ibadah. Dikatakan bahwa ia tidak pernah tidur malam di atas bantal sejak gugurnya Abu Shahba, sampai ia wafat." (Ibnu Hajar Al-Asqalani, Tahdzib At-Tahdzib, 12/452)

Ia senantiasa berharap dikumpulkan oleh Allah Ta'ala dengan suami dan anaknya di surga Firdaus yang tertinggi. Katanya,

وَاللهِ مَا أُحِبُّ البَقَاءَ إِلاَّ لأَتَقَرَّبَ إِلَى رَبِّي بِالوَسَائِلِ، لَعَلَّهُ يَجْمَعُ بَيْنِي وَبَيْنَ أَبِي الشَّعْثَاءِ وَابْنِهِ فِي الجَنَّةِ
"Demi Allah, aku tidak senang hidup lebih lama kecuali untuk mendekatkan diri kepada Rabbku dengan amal-amal ibadah sebagai wasilah, semoga Rabbku mengumpulkan aku dengan Abu Sya'tsa' dan anaknya di surga."

Peperangan pasukan Islam melawan pasukan bangsa musyrik Turki di Sijistan terjadi pada tahun 62 H, seperti dicatat oleh para pakar sejarah Islam.

Referensi:
Syamsuddin Muhammad bin Utsman Adz-Dzahabi, Siyar A'lam An-Nubala', 3/497-500 dan 4/508-509, Beirut: Muassasah Ar-Risalah, cet. 3, 1405 H

sumber : http://arrahmah.com/read/2012/08/06/22196-mutiara-hikmah-dari-panggung-sejarah-islam-18-kisah-keluarga-sakinah-yang-meraih-syahadah.html
 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. abu-uswah - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger