URWAH BIN ZUBAIR


“Barangsiapa yang  ingin melihat laki-laki penduduk  jannah, maka hendaknya melihat Urwah bin Zubeir.”
(Abdul Malik bin Marwan)

Pagi  itu, matahari memancarkan benang-benang cahaya keemasan di atas  Baitul Haram, menyapa ramah pelatarannya  yang suci. Di Baitullah, sekelompok sisa-sisa sahabat Rasulullah  Sallallahu ‘Alaihi Wasallam dan tokoh-tokoh  tabi'in  tengah mengharumkan  suasana  dengan
lantunan  tahlil dan  takbir, menyejukkan sudut-sudutnya dengan do'a-do'a  yang shalih.

Mereka membentuk  halaqah-halaqah,  berkelompok-kelompok  di sekeliling  Ka'bah  agung  yang  tegak berdiri  di  tengah Baitul Haram dengan kemegahan dan  keagungannya. Mereka memanjakan pandangan matanya dengan keindahannya  yang menakjubkan dan berbagi  cerita di  antara mereka, tanpa senda gurau  yang mengandung dosa.

Di  dekat  rukun  Yamani, duduklah  empat  remaja yang  tampan  rupawan,  berasal dari  keluarga yang mulia. Seakan-akan mereka adalah bagian dari perhiasan masjid, bersih pakaiannya  dan menyatu hatinya.

Keempat  remaja  itu  adalah Abdullah  bin  Zubair  dan  saudaranya yang bernama  Mus'ab  bin  Zubair,  saudaranya  lagi  bernama  Urwah bin Zubeir  dan satu lagi adalah Abdul  Malik  bin Marwan.

****************

Pembicaraan  mereka semakin serius.  Kemudian  seorang  di antara mereka mengusulkan  agar masing-masing mengemukakan  cita-cita rang  didambakannya.  Maka  khayalan  mereka melambung  tinggi  ke alam  luas dan cita-cita mereka berputar  mengitari  taman hasrat mereka
vang subur.

Mulailah  Abdullah  bin  Zubair  angkat  bicara:  "Cita-citaku  adalah menguasai seluruh  Hijaz  dan menjadi  khalifahnya."

Saudaranya, Mus,ab menyusulnya:''Keinginanku adalah dapat menguasai dua wiiayah  Irak  dan  tak ada yang merongrong  kekuasa-anku."

Giliran  Abdul  Malik  bin Marwan  berkata: "Bila kalian berdua sudah merasa  cukup  dengan itu, maka aku  tidak  akan puas sebelum  bisa menguasai seluruh  dunia dan menjadi khalifah setelah  Mu'awiyah  bin Abi Sufyan."

sementara  itu Urwah  diam seribu  bahasa,tak berkata sepatahpun. Semua mendekati  dan bertanya:  "Bagaimana denganmu'  apa  cita-citamu kelak wahai urwah?"  Beliau berkata:  "semoga Allah Subhanahu Wata'ala  memberkahi semua  cita-cita  dari urusan dunia kalian, aku ingin menjadi alim [orang berilmu  yang mau beramal], sehingga orang-orang  akan belajar
dan mengambil  ilmu  tentang  kitab  Rabb-nya,  sunnah  nabinya  dan hukum-hukum  agamanya dariku,  lalu aku berhasil  di  akhirat  dan memasuki jannah dengan ridha Allah  Subhanahu Wata'ala "'

Hari-hari  berganti serasa  cepat.  Kini  Abdullah  bin  zubait  dibai'at menjadi khalifah menggantikan  Yazid bin Mu'awiyah  yang telah meninggal.  Dia menjadi  hakim  atas Hijaz,  Mesir, Yaman, Khurasan  dan Irak yang  pada akhirnya terbunuh  di Ka'bah,  tak  jauh dari tempatnya mengungkapkan  cita-citanya dahulu.

sSedangkan Mus'ab bin  Zubair  telah menguasai Irak  sepeninggal saudaranya Abdullah  dan akhirnya  juga  terbunuh  ketika mempertahankan  wilayah  kekuasaannya.

Adapun  Abdul  Malik  bin Marwan,  kini  menjadi khalifah  setelah ayahnya wafat  dan bersatulah  suara kaum  muslimin  pasca terbunuhnya Abdullah  bin Zubair  dan saudaranya Mus'ab, setelah  kedua gugur  di  tangan  pasukannya.  Akhirnya,  dia berhasil  rnenjadi raja dunia  terbesar Pada masanya.

Bagaimana halnya  dengan  Urwah  bin  Zubair?  Mari  kita  ikuti kisahnya dari awal ......

Beliau  lahir  satu tahun  sebelum berakhirnya  masa khilafah  Al-Faruq Radhiyallahu ‘Anhu . Dalam  sebuah rumah  yang paling  mulia  di kalangan  kaum muslimin  dan  paling  luhur  martabatnya.

Adapun  ayahnya bemama  Zubair bin Awwam:  "Hawariyyu"  (pembela) Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam  dan orang  pertama  yang menghunus  pedangnya dalam Islam serta  termasuk  salah satu di antara sepuluh  orang yang dijamin  masuk  jannah.

Sedangkan ibunya  bernama  Asma'  binti  Abu  Bakar Ash-shidiq yang dijuluki  dzatun  nithaqain  [pemilik  dua  ikat pinggang).

Kakek beliau dari jalur  ibu adalah Abu  Bakar Ash-Shidiq,  khalifah Rasulullah  Sallallahu 'Alaihi Wasallam   yang menemani beliau  di sebuah goa.

Sedangkan nenek  dari  jalur  ayahnya  adalah Shafiyah binti  Abdul Muthalib  yang  juga bibi  Rasululhh  Sallallahu 'Alaihi Wasallam .

Bibinya  adalah Ummul  Mukminin  Radiaallahu 'Anha ,  bahkan  dengan tangan Urwah  bin  Zubair  sendirilah  yang  turun  ke  liang  lahat  untuk  meletakkan  jenazah ummul  Mukminin.

Maka  siapa  lagi kiranya  yang  lebih unggul  nasabnya dari beliau? Adakah  kemulian  di atasnya selain kemuliaan  iman  dan kewibawaan Islam?

****************

Demi merealisasikan cita-cita yang  didambakan  dan  harapan kepada Allah yang diutarakan di sisi  Ka'bah yang agung tersebut, beliau amat gigih dalam usahanya mencari ilmu. Maka beliau  mendatangi dan menimbanya dari sisa-sisa  para sahabat  Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam yang  masih hidup.

Beliau mendatangi rumah demi rumah mereka,  shalat  dibelakang mereka, menghadiri majelis-majelis  mereka.  Beliau meriwayatkan hadits  dari  Ali  bin  Abi  Thalib,  Abdurrahman  bin  Auf  , Zaid  bin  Tsabit, Abu Ayyub Al-Anshari,  Usamah bin Zaid, Sa' id bin  Zaid, Abu Hurairah, Abdullah  bin Abbas, Nu'man  bin Basyir dan banyak pula mengambil dari bibinya  Aisyah  Ummul  Mukminin.  Pada gilirannya  nanti, beliau berhasil menjadi satu di  antara
fuqaha'  sab'ah  (tujuh  ahli  fikih)  Madinah  yang  menjadi  sandaran  kaum  muslimin  dalam  urusan  agama.

Para pemimpin  yang  shalih banyak meminta  pertimbangan  kepada beliau baik tentang urusan ibadah maupun  negara karena kelebihan yang  Allah  berikan  kepada  beliau.  Sebagai contohnya  adalah Umar bin Abdul  Aziz. Ketika beliau diangkat sebagai  gubernur  di Madinah
pada masa Al-Walid  bin  Abdul  Malik,  orang-orang pun  berdatangan untuk  memberikan  ucapan selamat kepada beliau.

Usai shalat  Zhuhur, Umar bin  Abdul  Aziz memanggil sepuluh fuqaha Madinah  yang  dipimpin  oleh Urwah  binZubair.  Ketika  sepuluh ulama tersebut  telah berada di sisinya, maka beliau melapangkan majlis bagi  mereka  serta memuliakannya.  Setelah bertahmid  kepada  yang
berhak dipuji  beliau berkata: "Saya  mengundang  Anda  semua untuk suatu amal yang  banyak  pahalanya,  yang mana  saya mengharapkan Anda  semua agar sudi membantu  dalam  kebenaran, saya tidak  ingin memutuskan  suatu masalah kecuali  setelah mendengarkan  pendapat Anda semua  atau  seorang  yang hadir di antara kalian. Bila kalian melihat
seseorang  mengganggu  orang lain  atau pejabat yang melakukan  kezhaliman, maka saya mohon  dengan tulus agar Anda  sudi melaporkannya kepada  saya." Kemudian  Urwah  mendoakan baginya  keberuntungan dan memohon  kepada Allah  Subhanahu Wata'ala   agar senanatiasa menjadikan  beliau tetap  lurus  dan  tidak  menyimpang.

****************
Sungguh,  telah terkumpul  pada diri  Urwah  bin  Zubai rantara  ilmu dan amal. Beliau membiasakan  shaum  di musim  panas dan  shalat di waktu  malam  yang sangat dingin.  Lidahnya  senantiasa  basah dengan dzikir  kepada Allah  Subhanahu Wata'ala , senantiasa  bersanding  dengan Kitabullah  dan tekun  membacanya. Beliau mengkhatamkan  seperempat AI-Qur'an setiap siang dengan membuka mushhaf, lalu  shalat malam membaca ayat-ayat  Al-Qur'an  dengan hafalan.  Tak  pernah beliau meninggalkan hal itu  sejak menginjak  remaja hingga wafatnya  melainkan  sekali saja. Yakni ketika  peristiwa  mengharukan  yang  sebentar  lagi  akan kami beritakan  kepada Anda.

****************

Dengan menunaikan  shalat, Urwah  memperoleh  ketenangan jiwa, kesejukan  pandangan  dan  jannah  di  dunia.  Beliau  tunaikan  sebagus mungkin,  beliau  tekuni  rukun-rukunnya  secara  sempurna  dan beliau panjangkan  shalatnya sedapat mungkin.

Telah diriwayatkan  bahwa  beliau pernah melihat  seseorang  menunaikan  shalat  secepat  kilat. Setelah  selesai,  dipanggilnya  orang tersebut dan ditanya: "Wahai anak saudaraku, apakah engkau tidak memerlukan apa-apa dari Rabb-mu Yang Maha  Suci? Demi  Allah,  aku
mohon  kepada Rabb-ku segala  sesuatu sampai dalam urusan garam.”

****************

Urwah  bin Zubair Radhiyallahu ‘Anhu adalah seorang  yang ringan tangan,  longgar dan dermawan.  Di  antara bukti  kedermawanannya  itu  adalah manakala beliau  memiliki sebidang  kebun yang  luas  di Madinah dengan air sumurnya  yang  tawar, pepohonan  yang  rindang  serta buahnya lebat. Beliau pasang pagar  yang mengelilinginya  untuk , menjaga kerusakannya dari binatang-binatang dan anak-anak yang usil. Hinggga tatkala  buah telah masak  dan membangkitkan selera  bagi  yang memandangnya,  dibukalah beberapa  pintu  sebagai  jalan masuk bagi siapapun yang menghendakinya.

Begitulah, orang-orang keluar masuk kebun Urwah  sambil merasakan  lezatnya buah-buahan yang masak sepuas-puasnya  dan mermbawa sesuai  dengan keinginannya. Setiap  kali memasuki kebun,beliau mengulang-ulang firman  Allah:

ÙˆَÙ„َÙˆْلا Ø¥ِØ°ْ دَØ®َÙ„ْتَ جَÙ†َّتَÙƒَ Ù‚ُÙ„ْتَ Ù…َا Ø´َاءَ اللَّÙ‡ُ لا Ù‚ُÙˆَّØ©َ Ø¥ِلا بِاللَّÙ‡ِ …..(٣٩)

Dan mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu "maasyaallaah, laa quwwata illaa billaah (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). .(al-kahfi 39)

****************

Satu masa di  zaman khilafah  Al-Walid  bin  Abdul  Malik,  Allah berkehendak menguji Urwah  dengan suatu cobaan  yang  tak seorang pun mampu bertahan dan tegar  selain  orang  yang hatinya subur dengan  keimanan dan penuh  dengan keyakinan.

Tatkala Amirul  mukminin  mengundang  Urwah  untuk  berziarah ke Damaskus. Beliau mengabulkan  undangan  tersebut dan mengajak putra  sulungnya.  Amirul  Mukminin  menyambutnya  dengan gembira, memperlakukan dengan penuh  hormat  dan melayaninya  dengan ramah.

Kemudian  datanglah  ketetapan  dan  kehendak  Allah Subhanahu Wata'ala,  laksana angin  kencang  yang  tak  dikehendaki  penumpang perahu. Putera Urwah  masuk  ke  kandang  kuda  untuk  melihat  kuda-kuda  piaraan pilihan.  Tiba-tiba saja  seekor  kuda menyepaknya  dengan keras hingga menyebabkan  kematiannya.

Belum  lagi  tangan  seorang ayah  ini bersih dari  tanah penguburan puteranya,  salah satu  telapak kakinya  terluka. Betisnya tiba-tiba membengkak,  penyakit  semakin menjalar  dengan  cepatnya. Kemudian  bergegaslah Amirul  Mukminin  mendatangkan  para tabib  dari  seluruh  negeri  untuk  mengobati  tamunya  dan  memerintahkan mereka untuk  mengobati Urwah  dengan cara apaun.

Namun  para  tabib  itu  sepakat untuk  mengamputasi  kaki  urwah sampai betis sebelum penyakit  menjalar  ke seluruh  tubuh  yang  dapat merenggut  nyawanya.

Jalan  itu  harus  ditempuh.  Tatkala ahli bedah  telah datang  dengan membawa pisau untuk  menyayat daging dan gergaji untuk  memotong tulangnya,  tabib berkata  kepada Urwah:  "sebaiknya  kami  memberikan minuman  yang memabukkan  agar Anda  tidak  merasakan sakit-
nya  diamputasi."  Akan  tetapi  Urwah  menolak:  "Tidak  perlu,  aku  tidak  akan menggunakan  yang  haram  demi mendapat  afiat [kesehatan]. Tabib  berkata: "Kalau begitu kami akan membius Anda!"  Beliau menjawab:  "Aku  tidak  mau  diambil  sebagian dari  tubuh tanpa
kurasakan  sakitnya  agar  tidak  hilang  pahalanya  di  sisi Allah  Subhanahu Wata'ala ."

Ketika operasi hendak dimulai,  beberapa orang mendekati  urwah, lalu beliau bertanya:  "Apa  yang  hendak mereka lakukan?"  Lalu  dijawab:  "Mereka akan memegangi Anda,  sebab  bisa jadi  Anda  nanti merasa kesakitan  lalu  menggerakkan  kaki  dan  itu  bisa membahayakan Anda.,,  Beliau berkata: “Cegahlah mereka, aku  tidak membutuhkannya.  Akan  kubekali  diriku  dengan  dzikir  dan  tasbih." Mulailah  tabib  menyayat  dagingnya  dengan  pisau  dan  tatkala
mencapai tulang,  diambillah  gergaji untuk  memotongnya.  Sementara lalu  Urwah  tak henti-hentinya  mengucapkan:  "Laa  ilaaha  Illallah Allahu Akbar ",  sang  tabib  terus melakukan  tugasnya  dan Urwah  juga  terus bertakbir  hingga  selesai  proses amputasi  itu.

Setelah itu  dituangkanlah  minyak  yang  telah dipanaskan  mendidih dan  dioleskan  di  betis  Urwah  bin  Zubair  untuk  menghentikan perdarahan  dan  menutup  lukanya.  Urwah  pingsan  untuk  beberapa lama  dan terhenti membaca  ayat-ayat Al Qur'an  di hari  itu. Inilah  satu-
satunya hari  di mana beliau  tidak  bisa melakukan  kebiasaan yang beliau jaga semenjak remajanya.

Ketika  Urwah  tersadar  dari  pingsannya,  beliau  meminta  potongan kakinya.  Dibolak-baliknya  sambil  berkata:  "Dia  (Allah)  yang  membimbing  aku  untuk  membawamu  di  tengah malam  ke masjid, Maha Mengetahui  bahwa  aku  tak  pemah  menggunakannya  untuk  hal-hal yang haram."

Kemudian  dibacanya  syair  Ma'an  bin  Aus  :

Tak  pernah kuingin  tanganku menyentuh yang meragukan
Tidak  juga  kakiku membawaku  kepada  kejahatan
Telinga  dan pandangan  matapun demikian
Tidak pula menuntun ke  arahnya  pandangan  dan pikiran
Aku  tahu, tiadalah  aku  ditimpa musibah  dalam kehidupan
Melainkan  telah menimpa  orang lain sebelumku.

ioop

Kejadian  tersebut membuat  Amirul  Mukminin,  Al-Walid  bin Abdul Malik  sangat terharu. Urwah  telah kehilanganputeranya,lalu  sebelah kakinya.  Maka  dia  berusaha  menghibur  dan  menyabarkan  hati tamunya  atas musibah  yang  menimpanya  tersebut.

Bersamaan  dengan  itu,  di  rumah  khalifah  datang  satu  rombongan Bani Abbas  yang  salah seorang  di antaranya  buta matanya,  Kemudian Al-Walid  menanyakan  sebab musabab  kebutaannya.  Dia  menjawab:
“Wahai Amirul  Mukminin,  dulu  tidak  ada  seorangpun  di  kalangan Bani  Abas  yang  lebih  kaya  dalam  harta  dan  anak  dibanding  saya. Saya  tinggal bersama  keluarga  di  suatu  lembah di  tengah kaum  saya. Mendadak  muncullah  air  bah  yang  langsung  menelan  habis  seluruh harta  dan keluarga  saya. Yang tersisa bagi  saya hanyalah  seekor  onta
dan seorang bayi  yang baru  lahir. Onta  tersebut sangat  liar  dan dia lari dari  saya. Maka  saya taruh  bayi  itu  di  atas  tanah  lalu  saya kejar onta tadi. Belum  seberapa  jauh,  saya mendengar  jerit  tangis bayi  itu.  Saya menoleh  dan  temyata  kepalanya  telah berada  di  mulut  serigala, dia telah memangsanya. Saya kembali, tapi tak bisa berbuat apa-apalagi karena bayi  itu  sudah habis di  lalapnya.  Lalu  serigala tersebut lari  dengan  kencengnya. Akhimya  saya  kembali mengejar onta liar  tadi sampai  dapat.  Tapi begitu saya mendekat dia menyepak dengan keras  hingga hancur wajah saya dan  buta  kedua  mata  saya. Demikianlah,  saya dapati  diri  saya kehilangan  semua harta  dan  keluarga  dalam  sehari semalam  saja dan hidup  tanpa memiliki  penglihatan.

Kemudian Al walid  berkata kepada pengawalnya:  "Ajaklah  orang ini menemui tamu kita Urwah, lalu mintalah agar dia mengisahkan nasibnya  agar beliau  tahu  bahwa  ternyata  masih  ada  orang  yang ditimpa  musibah  lebih  berat  darinya"'

Tatkala beliau  diantarkan  pulang  ke Madinah  dan menjumpai  keluarganya,  urwah  berkata  sebelum ditanya:  "Janganlah kalian  risaukan apa  yang  kalian  lihat.  Allah  Subhanahu Wata'ala  telah  memberiku  empat  orang anak dan Dia  berkehendak  mengambil  satu. Maka  masih  tersisa tiga, puji  syukur  bagi-Nya.  Aku  dikaruniai empat  kekuatan  lalu  hanya  diambil  satu, maka  masih  tersisa  tiga'  Puji  syukur  bagi-Nya'  Dia  mengambil  sedikit  dariku  dan masih banyak  yang ditinggalkan-Nya  untukku.  Bila Dia menguji  sekali, kesehatan yang Dia karuniakan  masih lebih  banyak  dan  lebih  lama  darinya"'

Demi melihat kedatangan dan keadaan imam dan gurunya, maka penduduk  Madinah  ,segera datang  berbondong-bondong  ke  rumahnya  untuk  menghibur.

Yang paling  baik  di antara ungkapan  teman-teman Urwah  adalah dari  Ibrahim bin  Muhammad  bin  Thalhah:  "Bergembiralah  wahai Abu  Abdillah,  sebagian dari  tubuhmu  dan puteramu  telah mendahuluimu  ke jannah. Insya  Allah  yang lain akan segera menyusul  kemudian. Karena  rahmat-Nya,  Allah  Subhanahu Wata'ala  meningalkan  engkau  untuk  kami,  sebab kami  ini  fakir  dan  memerlukan  ilmu  fiqih  dan  pengetahumu.  semoga Allah  mernberikan  manfaat bagimu  dan juga  kami. Allah  Subhanahu Wata'ala   adalah wali  bagi  pahala  untukmu  dan  Dia  pula  yang menjamin  kebagusan hisab untukmu."

****************

Urwah  bin Zubair  menjadi  menara hidayah  bagi  kaum  muslimin. Menjadi  penunjuk  jalan  kemenangan  dan menjadi  da'i  selama  hidupnya. Perhatian beliau  yang  paling  besar adalah mendidik  anak-anaknya secara  khusus dan generasi Islam secara  umum.  Beliau tidak  suka
menyia-nyiakan  waktu  dan kesempatan untuk  memberikan  petunjuk dan  selalu mencurahkan  nasihat  demi  kebaikan  mereka.

Tak bosan-bosannya beliau memberikan  motivasi  kepada Para Putranya  untuk  bersungguh-sungguh  dalam  menuntut  ilmu.  Beliau berkata:  "Wahai putera-puteriku,  tuntutlah  ilmu  dan  curahkan  seluruh  tenagamu  untuknya.  Karena,  kalaupun  hari  ini  kalian  menjadi kaum yang kerdil,  kelak dengan ilmu  tersebut Allah  menjadikan  kalian sebagai  pembesar kaum."  Lalu beliau melanjutkan:  "Sungguh menyedihkan,  adakah  di  dunia  ini  yang  lebih  buruk  daripada  seorang tua yang bodoh?"

****************

Beliau anjurkan  pula  kepada mereka untuk  memperbanyak  sedekah,  sedangkan  sedekah  adalah  hadiah  yang  ditujukan  kepada  Allah Subhanahu Wata'ala .  Beliu  berkata:  "Wahai  anak-anakku,  janganlah  kalian  menghadiahkan  kepada Allah  dengan apa yang kalian merasa malu menghadiahkannya  kepada  para  pemimpin  kalian,  sebab Allah Mulia,  Maha  Pemurah  dan  lebih  berhak  didahulukan  dan  diutamakan."

Beliau senantiasa mengajak orang-orang  untuk  memandang  suatu masalah dari  sisi hakekatnya.  Beliau berkata:  "Wahai putera-puteriku,  jika  engkau  melihat  kebaikan  pada  seseorang maka  akuilah  itu baik,  walaupuh  dalam  pandangan  banyak  orang  dia  adalah  orang jahat.  Sebab setiap  perbuatan  baik  itu  pastilah  ada  kelanjutannya. Dan  jika  melihat  pada  seseorang perbuatan  jahat, maka  hati-hatilah dalam bersikap walaupun  dalam pandangan  orang-orang  dia adalah orang  yang  baik.  Sebab setiap  perbuatan  ada  kesinambungannya.
Jadi camkanlah,  kebaikan  akan melahirkan  kebaikan  setelahnya dan kejahatan menyebabkan  timbulnya  kejahatan berikutnya.”

****************

Beliau  juga mewasiatkan agarberlemah lembut,bertutur  kata  yang baik dan berwajah  ramah. Beliau berkata: "wahai  putera-puteriku,  tertulis  di dalam hikmah:  "Jadikanlah  tutur  katamu  indah  dan wajahmu penuh  senyum, sebab  hal itu  iebih disukai  orang daripada  suatu pemberian."

Jika beliau melihat  seseorang  condong  pada kemewahan  dan mengutamakan  kenikmatan,  diingatkannya  betapa Rasululah  Sallallahu 'Alaihi Wasallam  selulu membiasakan  diri  untuk  hidup  sederhana.

Sebagai contoh  adalah  kisah yang  diceritakan  oleh Muhammad  bin Al-Muntadir:  "Aku  bertemu  dengan Urwah  bin  Zubair' Dia  menggandeng  tanganku sambil  berkata:  "wahai Abu Abdillah."  Aku  jawab, Labbaik. "Urwah  berkata: "Aku  pernah menjumpai  ibuku  Aisyah  Radiaallahu 'Anha lalu beliau berkata: "wahai  anakku., demi Allah,  ada kalanya selama  40  hari tak  ada api  menyala di  rumah  Rasulullah  Sallallahu 'Alaihi Wasallam  untuk  lampu  ataupun memasak.,,  Maka aku bertanya: "Bagaimana Anda berdua  hidup pada waktu  itu?" Beliau menjawab: "Dengan korma dan air.”

Urwah  hidup  hingga  usia  71  tahun'  Hidupnya  penuh  dengan kebajikan,  kebaktian  dan  diliputi  ketaqwaan.  Ketika  dirasa  ajalnya telah dekat  dan  dia  dalam  keadaan shaum,  keluarganya  mendesak agar beliau  mau  makan,,  tetapi  beliau menolak  keras karena  ingin berbuka  di  sisi Allah  Subhanahu Wata'ala  dengan  minuman  dari  telaga Al-Kautsar yang dituangkan  dalam gelas-gelas  perak oleh para bidadari  cantik dijannah. 

Disalin dari :
SHUWAR MIN HAYATIT TABI’IN
KARYA :
Dr. ABDURRAHMAN RA’FAT BASYA

TERBITAN AT-TIBYAN SOLO
DENGAN
JUDUL JEJAK PARA TABI’IEN

DISALIN ULANG OLEH

ABU AMMAR

nantikan kisah berikutnya. Insya Alloh
 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. abu-uswah - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger