Anak Cacat Itu Bernama SALIM

Belum sampai 30 tahun usiaku ketika istriku melahirkan anak pertamaku. Masih aku ingat malam itu, dimana aku menghabiskan malam bersama dengan teman-temanku hingga akhir malam, dimana waktu semalaman aku isi dengan ghibah dan komentar-komentar yang haram. Akulah yang paling banyak membuat mereka tertawa, membicarakan aib manusia, dan mereka pun tertawa.Aku ingat malam itu, dimana aku membuat mereka banyak tertawa. Aku punya bakat luar biasa untuk membuat mereka tertawa. Aku bisa mengubah nada suara hingga menyeruapi orang yang aku tertawakan. Aku menertawakan ini dan itu, hingga tidak ada seorangpun yang selamat dari tertawaanku walaupun ia adalah para sahabatku. Hingga akhirnya sebagian dari mereka menjauhiku agar selamat dari lisanku.
 
Aku ingat pada malam itu aku mengejek seorang yang buta, yang aku melihatnya sedang mengemis di pasar. Lebih buruk lagi, aku meletakkan kakiku di depannya untuk mendorongnya hingga ia goyah dan jatuh, hingga dia berpaling dengan kepalanya dan tidak mengetahui apa yang ia katakan. Leluconku menyebabkan orang-orang yang ada di pasar tertawa.Aku kembali ke rumah dalam keadaan terlambat seperti biasa. Aku mendapati istriku yang sedang menungguku tengah bersedih. Dia bertanya padaku, darimana saja kamu? Aku menjawabnya dengan sinis, “Aku lelah.” Kelelahan tampak jelas diwajahnya. Ia berkata dengan menangis tersedu, “Aku lelah sekali, tampaknya waktu persalinanku sudah dekat.” 
 
Dalam diamnya, air matanya menetes di pipinya. Aku merasa bahwa aku telah mengabaikan istriku dalam hal ini. Seharusnya aku memperhatikannya dan mengurangi begadangku, lebih khusus di bulan kesembilan dari kehamilannya ini. Akhirnya, aku membawanya ke rumah sakit dengan segera dan aku masuk ke ruang bersalin. Aku seakan merasakan sakit yang sangat beberapa saat. Aku menunggu persalinan istriku dengan sabar, tapi ternyata sulit sekali proses persalinannya. Aku menunggu lama sekali hingga aku kelelahan. Maka aku pulang ke rumah dengan meninggalkan nomor HP ku di rumah sakit dengan harapan mereka mengabariku.

Setelah beberapa saat, mereka menghubungiku dengan kelahiran Salim. Maka aku bergegas ke rumah sakit. Pertama kali mereka melihatku, aku bertanya tentang kamarnya. Tetapi mereka memintaku untuk menemui dokter yang bertanggung jawab dalam proses persalinan istriku. Aku berteriak kepada mereka: “Dokter apa? Aku hanya perlu melihat anakku.” Akan tetapi mereka mengatakan: “Anda harus menemui dokter terlebih dahulu.”
Akhirnya aku menemui dokter tersebut. Lantas dia berbicara kepadaku tentang musibah dan ridha terhadap takdir. Kemudian ia berkata: “Mata kedua anak anda buruk, dan sepertinya dia akan kehilangan penglihatannya!”
Aku menundukkan kepala dan berusaha mengendalikan ucapanku. Aku jadi teringat dengan pengemis buta yang aku dorong di pasar dan menertawakannya di hadapan manusia.

Maha Suci Allah, sebagaimana engkau mengutuk, maka engkau akan dikutuk. Aku sangat sedih dan tidak mengetahui apa yang aku katakan. Kemudian aku ingat istri dan anakku. Aku berterima kasih kepada dokter atas kelemah lembutannya, lantas aku berlalu dan tidak melihat istriku. Adapun istriku maka dia tidak bersedih, dia ridha dan beriman terhadap takdir Allah. Seringkali ia menasehatiku untuk menjaga diri dari menertawakan orang lain, dan ia juga senantiasa mengulang-ulanginya agar aku tidak ghibah.

Kami keluar dari rumah sakit bersama Salim. Sungguh, aku tidak banyak memperhatikannya. Aku menganggapnya tidak ada di rumah. Ketika tangisannya sangat keras, aku lari ke lorong untuk tidur di sana. Sedangkan istriku sangat memperhatikan dan mencintainya. Sebenarnya aku tidak membencinya, tetapi masih belum bisa mencintainya.

Salim pun semakin besar. Mulailah dia merangkak, akan tetapi cara merangkaknya aneh. Umurnya hampir setahun, dan mulailah dia berjalan. Maka semakin jelas jika dia pincang. Maka beban yang berada di pundakku semakin besar. Setelah itu istriku melahirkan anak yang normal setelahnya, Umar dan Khalid. Berlalulah beberapa tahun dan Salim semakin besar, dan tumbuh besar pula saudara-saudaranya. Aku sendiri tidak seberapa suka duduk-duduk di rumah, seringkali aku menghabiskan waktu bersama dengan teman-temanku.

Istriku tidak pernah putus asa untuk senantiasa menasehatiku. Dia senantiasa mendoakanku agar mendapat hidayah. Dia tidak pernah marah terhadap perbuatanku yang gegabah. Akan tetapi, ia sangat bersedih jika melihatku banyak memperhatikan saudara-saudara Salim, sementara kepada Salim aku meremehkannya. Salim semakin besar dan harapanku kepadanya juga semakin besar. Aku tidak melarang ketika istriku memintaku agar mendaftarkan Salim di salah satu sekolah khusus penyandang cacat. Tidak terasa aku telah melalui beberapa tahun hanya aku gunakan untuk bekerja, tidur, makan dan begadang dengan teman-temanku.

Pada hari Jumat, aku bangun pada pukul 11.00 waktu zhuhur. Dan ini masih terlalu pagi bagiku, dimana ketika itu aku diundang untuk menghadiri suatu perjamuan. Aku berpakaian, mengenakan wewangian dan hendak keluar. Aku berjalan melalui lorong rumah, namun wajah Salim menghentikan langkahku. Dia menangis dengan meluap-luap!

Ini adalah kali pertama aku memperhatikan Salim semenjak dia masih kecil. Telah berlalu 10 tahun, tetapi aku tidak pernah memperhatikannya. Aku mencoba untuk pura-pura tidak tahu, tetapi tidak bisa. Aku mendengarkan suaranya yang sedang memanggil ibunya, sementara aku sendiri berada di dalam kamar. Aku melihatnya dan berusaha mendekat kepadanya. Aku berkata: “Salim, mengapa engkau menangis?” Ketika mendengar suaraku, ia berhenti menangis. Maka ketika ia merasa aku telah berada di dekatnya, dia mulai merasakan apa yang ada di sekitarnya dengan kedua tangannya yang kecil. Dengan apakah dia melihat? Aku merasa bahwa dia berusaha untuk menjauh dariku!! Seolah-olah ia berkata: “Sekarang engkau telah merasakan keberadaanku. Dimana saja engkau selama 10 tahun yang lalu?!” Aku mengikutinya, ia masuk ke dalam kamarnya. Ia menolak memberitahukan kepadaku sebab dari tangisannya. Maka aku mencoba untuk berlemah lembut kepadanya. Mulailah Salim menjelaskan sebab tangisannya. Aku mendengar ucapannya, dan aku mulai bangkit.

Apakah kalian tahu apa yang menjadi sebabnya!! Saudaranya, Umar, terlambat, terlambat mengantarkannya pergi ke masjid, sebab ketika itu adalah shalat jumat, dia khawatir tidak mendapatkan shaf pertama. Ia memanggil Umar, ia memanggil ibunya, akan tetapi tidak ada yang menjawabnya, akhirnya ia menangis. Aku melihat airmata yang mengalir dari kedua matanya yang tertutup. Aku belum bisa memahami kata-katanya yang lain. Aku meletakkan tanganku kepadanya dan berkata: “Apakah untuk itu engkau menangis, wahai Salim…?!”
Dia berkata, “Ya…”
Aku telah lupa dengan teman-temanku, aku telah lupa dengan undangan perjamuan.
Aku berkata: “Salim, jangan bersedih! Tahukah engkau siapakah yang akan berangkat denganmu pada hari ini ke Masjid?”
Ia berkata: “Dengan Umar tentunya, tetapi ia selalu terlambat.”
Aku berkata: “Bukan, tetapi aku yang akan pergi bersamamu.”
Salim terkejut, ia seakan tidak percaya. Dia mengira aku mengolok-oloknya. Dia meneteskan airmata kemudian menangis. Aku mengusap airmatnya dengan tanganku dan aku pegang tangannya. Aku ingin mengantarkannya dengan mobil, tetapi ia menolak seraya mengatakan: “Masjidnya dekat, aku hanya ingin berjalan menuju masjid!”

Aku tidak ingat kapan kali terakhir aku masuk ke dalam masjid. Akan tetapi ini adalah kali pertama aku merasakan adanya takut dan penyesalan atas apa yang telah aku lalaikan selama beberapa tahun belakangan. Masjid itu dipenuhi dengan orang-orang yang shalat, kecuali aku mendapati Salim duduk di shaf pertama. Kami mendengarkan khutbah jumat bersama, dan dia shalat di sampingku. Bahkan, sebenarnya akulah yang shalat di sampingnya.

Setelah shalat, Salim meminta kepadaku sebuah mushaf. Aku merasa aneh, bagaimana dia akan membacanya padahal ia buta? Aku hampir saja mengabaikan permintaannya dan berpura-pura tidak mengetahui permintaannya. Akan tetapi aku takut jika aku melukai perasaannya. Akhirnya aku mengambilkan sebuah mushaf. Aku membuka mushaf dan memulainya dari surat al Kahfi. Terkadang aku membalik-balik lembaran, terkadang pula aku melihat daftar isinya. Maka ia mengambil mushaf itu dari tanganku kemudian meletakkannya. Aku berkata: “Ya Allah, bagaimana aku mendapatkan surat al kahfi, aku mencari-carinya hingga mendapatkannya di hadapannya!!”
Mulailah ia membaca surat itu dalam keadaan kedua matanya tertutup. Ya Allah…!! Ia telah hafal surat al Kahfi secara keseluruhan…!

Aku malu pada diriku sendiri. Aku memegang mushaf, namun aku rasakan seluruh anggota badanku menggigil. Aku baca dan aku baca. Aku berdoa kepada Allah agar mengampuniku dan memberi petunjuk kepadaku. Aku tidak kuasa, maka mulailah aku menangis seperti anak kecil. Manusia masih berada di masjid untuk mendirikan shalat sunnah. Aku malu pada mereka, maka mulailah aku menyembunyikan tangisanku. Maka berubahlah tangisan itu menjadi isakan.

Aku tidak merasakan apa-apa ketika itu kecuali melalui tangan kecil yang meraba wajahku dan mengusap kedua airmataku. Dialah Salim!! Aku dekap dia ke dadaku dan aku melihatnya. Aku berkata kepada diriku sendiri, “Engkau tidaklah buta wahai anakku, akan tetapi akulah yang buta, ketika aku bersyair di belakang orang fasiq yang menyeretku ke dalam api neraka.”

Kami kembali ke rumah. Istriku sangat gelisah terhadap Salim. Namun seketika itu juga kegelisahannya berubah menjadi airmata kebahagiaan ketika ia mengetahui bahwa aku telah shalat jumat bersama Salim.
Sejak saat itu, aku tidak pernah ketinggalan untuk mendirikan shalat jamaah di masjid. Aku telah meninggalkan teman-teman yang buruk. Sekarang aku telah mendapatkan banyak teman yang aku kenal di masjid. Aku merasakan nikmatnya iman bersama mereka. Aku mengetahui dari mereka banyak hal yang dilalaikan oleh dunia. Aku tidak pernah ketinggalan mendatangi kelompok-kelompok pengajian atau shalat witir. Aku telah mengkhatamkan al Quran beberapa kali dalam sebulan. Lisanku telah basah dengan dzikir agar Allah mengampuni dosa-dosaku berupa ghibah dan menertawakan manusia. Aku merasa lebih dekat dengan keluargaku. Hilang sudah ketakutan dan belas kasihan yang selama ini ada di mata istriku. Senyuman tidak pernah pergi menjauhi wajah anakku, Salim. Siapa yang melihatnya akan mengira bahwa dia adalah seorang malaikat dunia beserta isinya. Aku banyak memuji Allah atas segala nikmat-Nya.

Suatu hari, teman-temanku yang shalih menetapkan diri melakukan safar untuk berdakwah. Aku ragu-ragu untuk pergi. Aku melakukan istikharah dan bermusyawarah dengan istri. Aku merasa dia akan menolak keinginanku. Akan tetapi ternyata sebaliknya, ia menyetujui keinginanku! Aku sangat bahagia, bahkan ia memotivasiku. Dia telah melihat masa laluku, dimana aku melakukan safar tanpa musyawarah dengannya sebagai bentuk kefasiqan dan perbuatan jahat.

Aku menghadap ke arah Salim. Aku mengabarinya jika aku hendak melakukan safar. Maka dia memegangku dengan kedua tangannya yang masih kecil sebagai ungkapan selamat jalan.
Aku telah meninggalkan rumahku lebih dari satu bulan. Selama itu, aku masih senantiasa menghubungi istriku dan juga berbicara kepada anak-anakku selama ada kesempatan. Aku sangat rindu kepada mereka. Ah, betapa rindunya aku kepada Salim. Aku sangat ingin mendengarkan suaranya. Dialah satu-satunya yang belum berbicara denganku semenjak aku melakukan safar. Bisa jadi karena dia berada di sekolah, bisa juga dia berada di masjid ketika aku menghubungi mereka.

Setiap kali aku berbicara dengan istriku perihal kerinduanku padanya (Salim), maka ia tertawa suka cita dan bahagia. Kecuali kali terakhir aku meneleponnya, aku tidak mendengar tawanya seperti biasa, suaranya berubah.

Aku berkata kepadanya: “Sampaikan salamku kepada Salim.” Istriku menjawab: “Insya Allah…!” Kemudian ia terdiam.
Terakhir, aku pun kembali ke rumah. Aku ketuk pintu. Aku berangan-angan jika Salim yang akan membukakan pintu itu. Akan tetapi, aku mendapati anakku Khalid yang usianya belum sampai 4 tahun membukakan pintu. Aku gendong dia, dan dia berteriak-teriak: “Baba…baba…”
Aku tidak tahu kenapa dadaku berdebar ketika memasuki rumah.
Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.
Istriku menyambutku. Wajahnya mulai berubah, seolah-olah kebahagiaannya dibuat-buat.
Aku perhatikan ia baik-baik kemudian aku bertanya: “Ada apa denganmu?”
Ia berkata: “Tidak apa-apa.”
Tiba-tiba aku teringat Salim, maka aku berkata: “Dimana Salim.”
Istriku menundukkan wajahnya dan tidak menjawab. Airmata yang masih hangat menetes di pipinya.
Aku berteriak, “Salim…! Di mana Salim?”
Aku mendengar suara anakku Khalid yang hanya bisa mengatakan: “Baba…”
“Salim telah melihat surga,” kata istriku.
Istriku tidak kuasa dengan situasi ketika itu. Ia hendak menangis, hampir saja ia pingsan. Maka kemudian aku keluar dari kamar.

Aku tahu setelah itu, bahwa Salim terserang panas yang sangat tinggi beberapa hari sebelum kedatanganku. Istriku telah membawanya ke rumah sakit, ketika tiba disana maka ia menghembuskan nafas terakhir. Ruhnya telah meninggalkan jasadnya.

Aku mengira, anda semua wahai para pembaca akan menangis, dan air mata anda akan mengalir sebagaimana air mata kami juga mengalir. Anda akan tersentuh sebagaimana kami juga tersentuh. Aku berharap Anda semua tidak lupa untuk mendoakan Salim, lebih khusus lagi bagi ibunya yang tetap teguh menjalankan tugasnya walaupun suaminya pergi. Jadilah ibu tersebut seperti perusahaan sebenarnya yang menghasilkan kaum laki-laki yang kuat. Semoga Allah membalas amal kebaikannya.(Pelaku dari kisah ini termasuk diantara dai yang ternama dan terkenal. Ia memiliki banyak rekaman, ceramah dan tulisan.
 
Sumber diambil dari kisah yang berjudul “Allah Azza wa Jalla memberi hidayah kepada siapa yang Ia kehendaki”, majalah Qiblati edisi 02 thn VII)
 

Tidak Baik Bagimu Wahai Ayahku..Bertakwalah Kepada Allah…

Yaqthan Madinatur Riyadh menjalani hidup dengan hura-hura tanpa makna, hanya sedikit sekali mengenal Allah. Sudah bertahun-tahun ia tidak pernah masuk masjid, bahkan tidak pernah bersujud kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala walau sekali. Ternyata, Allah Subhanahu wa Ta’ala berkehendak membukakan pintu taubat di hatinya melalui putri mungilnya.

Ia bercerita, “Aku biasa begadang bersama teman-teman sampai pagi. Sepanjang malam kuhabiskan untuk hura-hura dan bermain. Kutinggalkan istriku yang malang dihinggapi kesendirian, penderitaan, dan dera siksa. Hanya Allah-lah Yang Mahatahu. Istriku yang saleh sudah tidak bisa berbuat apa-apa kepadaku. Pernah ia berusaha menasihati dan menegurku, tetapi sia-sia.

Pada suatu malam, aku pulang dari begadang. Jarum jam menunjukkan angka tiga pagi. Melihat istri dan anakku yang tidur lelap, aku langsung menuju kamar sebelah untuk menghabiskan sisa malam dengan menonton video mesum. Padahal, pada jam-jam seperti itu Allah Subhanahu wa Ta’ala turun dan berfirman, ‘Adakah
yang berdoa supaya kuistijabah? Adakah yang beristighfar agar kuampuni? Dan, adakah yang meminta sesuatu supaya kupenuhi?’

Tiba-tiba, pintu kamar terbuka. Petri mungilku yang belum genap lima tahun memandangiku heran dan hina. Sebaris kalimat meluncur dari bibirnya, ‘Tidak baik bagimu, ayahku, bertakwalah kepada Allah.’ Kalimat itu ia ulangi tiga kali, lalu daun pintu kembali ditutup lagi. Setelah itu, ia pergi. Aku bingung. Segera kumatikan video, kemudian duduk kebingungan. Kata-kata putriku masih terus terngiang-ngiang di telingaku hingga hampir membunuhku. Aku keluar mengikuti jejak putriku, ternyata ia telah kembali ke tempat tidur. Aku seperti gila, tak tahu apa yang sedang menimpaku saat itu. Tidak lama kemudian, suara muadzin menggema di masjid dekat rumahku, memacahkan keheningan malam yang mena­kutkan. Suara itu memanggil umat manusia untuk shalat fajar. Akhirnya, aku pun berwudhu’ dan berangkat ke masjid. Sejatinya, aku tidak begitu ingin shalat. Tetapi, kata-kata putriku mengusik ketenanganku.

Shalat subuh didirikan. Sang imam menguman­dangkan takbir, kemudian membaca ayat Al-Qur’an. Ketika ia sujud, dan aku juga ikut sujud di belakangnya, kuletakkan keningku di atas hamparan bumi, tangisanku pecah seketika. Aku tidak tahu apa sebabnya. Inilah pertama kali aku bersujud kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sejak tujuh tahun yang silam.

Tangisan itu membuka pintu kebaikan untukku. Seluruh kekafiran, kemunafikan, dan keburukan yang menodai hatiku keluar bersama tangisan itu. Semenjak itu, aku mulai merasakan arus keimanan menjalari sanubariku. Sehabis shalat, aku duduk sejenak, kemudian kembali ke rumah. Aku tidak tidur sampai berangkat kerja. Setibanya di kantor, temanku merasa aneh melihatku datang pagi. Biasanya, karena begadang, aku selalu datang terlambat. Ditanya mengapa datang pagi, kuceritakan pada temanku seluruh peristiwa yang kualami tadi malam. Temanku bilang, ‘Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah mengirim putri mungilmu untuk menyadarkanmu dari kelalaianmu. Beruntung Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak mengutus malaikat maut untuk mencabut nyawamu pada saat itu.’

Menjelang waktu Dzuhur, aku merasa capai, karena tidak memejamkan mata sekian lama. Kuminta temanku meneruskan pekerjaanku, dan aku bermaksud pulang untuk beristirahat. Di lubuk hatiku terpendam kerinduan membara untuk segera melihat putri mungilku. Dia telah menjadi penyebab terbukanya pintu hidayah bagiku, juga mengembalikan aku kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Lebih lanjut ia berkata, “Aku pun pulang ke rumah membawa kerinduan membara untuk segera bertemu putriku. Saat itu, kurasa kakiku bersaing dengan hembusan angin. Setibanya di rumah, tidak seperti biasa kulihat istriku berdiri di depan pintu. Di hadapanku ia berkata lantang, ‘Ke mana saja engkau?’ Kujawab, ‘Aku di tempat kerja.’ Ia bilang, ‘Kami telah berusaha menghubungimu berkali-kali, tetapi tidak ada. Di mana saja engkau?’ Kujawab, ‘Aku di masjid kantorku. Memangnya, apa yang terjadi? Mengapa engkau berdiri di depan pintu seperti ini?’

Istriku berkata lirih, Putrimu telah tiada.
Ia bilang, “Berita itu memukul telak jiwaku. Ta­ngisanku pecah seketika. Tidak ada yang ingat selain perkataan putriku, ‘Tidak baik bagimu, ayahku, ber­takwalah kepada Allah… Tidak baik bagimu, ayahku, bertakwalah kepada Allah.’
Aku menghubungi temanku. Kusampaikan padanya kalau anak yang telah mengeluarkanku dari kegelapan menuju benderang cahaya telah tiada.
Tidak lama kemudian, temanku datang. Aku masuk memandikan dan mengafani putriku. Orang-orang membawanya ke masjid untuk dishalati, kemudian dibawa ke kuburan. Temanku bilang, ‘Ambillah putrimu, dan kuburkanlah.’
Kuambil putriku, lalu kukuburkan. Kubilang pada or­ang-orang di sekitarku, ‘Demi Allah, aku tidak menguburkan putriku, melainkan cahaya yang menerangi jalanku kepada Allah. Anak ini telah membukakan pintu hidayah untukku. Aku berharap, semoga Allah mem­pertemukanku dengannya di surga.’
Orang-orang yang hadir di pemakaman ikut meneteskan air mata. Hati mereka hampir terputus karena menahan kesedihan yang mengharu biru atas kepergian anak kecil itu.
Begitulah saudaraku…

Tidak seorang pun tahu kapan malaikat maut datang menjemputnya. Kematian tidak mengenal besar dan kecil. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Maka apabila telah tiba waktunya (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukannya” (An-Nahl: 61).
Karena itu, segeralah kembali kepada Allah. Segeralah bertaubat dengan tulus. Semoga taubat yang tulus menjadi penutup usia, dan menjadi balasan terbaik di surga Yang Maha Pengasih. [Mawaqif Min Hayat Al-Anbiya', hlm. 123]

Sumber: Buku ”Kisah Orang-Orang Shaleh Dalam Mendidik Anak, Pustaka al Kautsar
 

Seorang Gadis Tewas Di Malam Pernikahan


Hanin (bukan nama sebenarnya) adalah seorang gadis yang masih muda belia dan merupakan anak satu-satunya bagi kedua orang tuanya. Dia lahir ke dunia setelah masa-masa mandul selama sepuluh tahun. Sepanjang itu, sang bapak dan ibu merasakan ketiadaan anak. Pandangan masyarakat yang sinis membunuh hati sang ibu dan berbagai perasaan putus asa mengebirinya. Sang bapak mendambakan bisa melihat keturunannya, meski dia sudah termakan usia. Sedangkan sang ibu mendambakan agar dikarunia sesuatu yang bisa menjaga dan menutupi aibnya.

Namun, hari dari demi hari dan tahun demi tahun berlalu, tapi kondisi pun tetap kritis. Maka, tidak ada lagi harapan dari segi medis maupun pihak dokter. Dia hanya bisa bergantung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah pun menghendaki dia membaca berita di salah satu koran tentang perkembangan baru dalam dunia kedokteran, khususnya tentang masalah kemandulan di salah satu negara Eropa. Maka, dia pun mengemasi koper dan berpamitan pada keluarga dan orang-orang tercinta. Dia mengikuti pengobatan intensif sepanjang bulan untuk menjalani beberapa pemeriksaan dan eksperimen sampai akhirnya bisa melahirkan bayi.
Dia pun pulang membawa bayinya kepada keluarganya dan keluarga suaminya di saat semuanya larut dalam kegembiraan dan kebahagiaan. Kesedihan pun berubah menjelma menjadi kebahagiaan. Semua itu terjadi pada malam hari raya.
Bocah ini pun tumbuh dewasa dan menjadi pusat perhatian semuanya. Sementara tahun-tahun berlalu begitu cepat sampai anak ini pun melanjutkan studi di perguruan tinggi untuk mejadi seorang guru agar dapat memenuhi obsesinya dan menjadi elemen yang baik di tengah masyarakat. Dia pun berhasil meraih ijazah gelar sarjana dan lulus di saat banyak orang malah terancam Drop Out (DO). Dia duduk di rumah sepanjang musim kemarau sambil menanti surat panggilan kerja. Sungguh, kebahagiaan telah mengetuk pintunya sewaktu dia menerima surat panggilan kerja. Malam harinya, dia pun tidak bisa tidur karena saking gembiranya.
Pada pagi harinya, dia berangkat ke tempat tujuan untuk mengetahui tempat kerjanya dengan didampingi kedua orangtuanya. Akan tetapi, serasa belum lengkap kegembiraan itu, tiba-tiba dia merasa bumi bergetar di bawah kedua telapak kakinya mengancamkan sesuatu yang tidak menyenangkan.

Dia tahu benar bahwa dia bakal bekerja di salah satu pemukiman yang berjarak 250 km dari kota tinggalnya, dengan melewati jalan-jalan yang dikelilingi banyak mara-bahaya. Sang bapak pulang ke rumahnya sedang kesedihan senantiasa menyelimutinya. Dia merasa telah berjalan menentang arus dan berjalan di balik prasangka, tapi dia tidak menuai selain fatamorgana.

Malam harinya, dia tidak bisa tidur. Dia dipusingkan oleh pikiran, apakah harus mencegah putri dan anak semata wayangnya itu untuk menerima pekerjaan itu.? Apakah dia harus memaksanya untuk tetap di rumah karena menjaga kehidupannya padahal dia lahir setelah mengalami masa-masa gersang (mandul).?
Putrinya bersimpuh di depannya sambil menangis, menjerit dan memohon kepadanya agar hatinya luluh, “Ayahanda, jangan engkau tolak pekerjaanku sebagai kesempatan yang barangkali takkan terulang lagi untuk selamanya.”

Sang bapak yang malang ini pun menjawab, “Kamu adalah kesempatan umurku yang takkan terulang lagi untuk kedua kalinya…lalu bagaimana aku menyia-nyiakanmu dengan begitu mudah.?”
Di hadapan permohonan sang anak dan ibunya, sang bapak pun menyerah dan dengan terpaksa dia sepakat. Setiap hari, sang putri menumpang bus bersama teman-teman wanitanya menempuh jarak yang tidak kurang dari 6 jam pulang dan pergi, hingga ketika sudah kembali ke rumahnya seolah-olah tulang-tulangnya remuk redam akibat kelelahan.

Usia sang putri sudah menginjak dewasa dan telah menjadi mempelai cantik yang menantikan seorang lelaki yang akan mengetuk pintu hatinya dan menjadi pendamping hidupnya nanti, agar mereka bisa bersama-sama membangun mahligai rumah tangga. Akhirnya, salah seorang kerabatnya yang bekerja sebagai arsitektur di salah satu perusahaan meminangnya. Tanpa berpikir panjang, dia pun langsung menerimanya. Pada saat itu, dia sudah mendekati usia perawan tua dan bisa saja terlambat menikah.

Masa pertunangan dan akad nikah pun sudah berjalan setahun. Di sela-sela itu, mereka mempersiapkan perangkat rumah tangga dan menentukan liburan panjang untuk melangsungkan pernikahan, mengingat ada banyak waktu di masa-masa itu untuk menyelami kebahagiaan dan ketenangan.

Hari demi hari terus berjalan, sedang dia selalu merasakan sukarnya jalan dan kepenatan perjalanan sehari-hari yang menyita seluruh waktunya. Akan tetapi, dia tetap menahan, merasakan dan menyembunyikan banyak hal yang dialaminya dari keluarganya, setelah terlihat senyuman dingin pada kedua bibirnya. Satu tahun hampir usai, ketika mulai fase ujian akhir tahan. Itulah hari-hari di mana dia merasakan ketenangan dan kebahagiaan dalam bahtera rumah tangganya.

Pada hari yang ditentukan, seperti biasanya dia pun menumpang bus, lalu bus membawanya memutari kota hingga penuh para guru wanita dan bus pun menuju jalan tol… Laju bus semakin kencang dan akibatnya dari sisi bus keluar goncangan dan suara aneh yang mungkin diakibatkan kurang terawatnya bus. Sopir merasa bangga dengan kecepatannya dan dia pun miring ke kanan dan ke kiri. Semua penumpang menentang dan memintanya untuk mengontrol dirinya, tapi sopir itu malah menimpali, “Sobat, aku begini karena cepatnya waktu.” Sang sopir pun meneruskan nafsu dan keterburu-buruannya meski jalanan sempit dan banyak turunan dan tanjakan.

Di tengah-tengah laju perjalanannya itu, dia menghindari mobil yang pertama dan berjalan seperti kilat. Tiba-tiba, trotoar terbelah oleh truk yang muncul bagaikan momok. Sopir berusaha menghindar dan berkelit darinya, tapi keseimbangan mobil hilang, maka bus pun terperosok ke dasar jurang dan membentur salah satu batu besar untuk mengantarkan seluruh penumpangnya menjadi mayat-mayat beku yang bergelimpangan dan sang pengantin pun tewas di malam perkawinannya.”

Sumber: Serial Kisah Teladan -Kumpulan Kisah-Kisah Nyata- karya Muhammad bin Shalih al-Qahthani, hal. 35-39, juz II
 

Kisah Nyata Seorang Pemuda Arab Yang Menimba Ilmu Di Amerika.

Ada seorang pemuda arab yang baru saja me-nyelesaikan bangku kuliahnya di Amerika. Pemuda ini adalah salah seorang yang diberi nikmat oleh Allah berupa pendidikan agama Islam bahkan ia mampu mendalaminya.

Selain belajar, ia juga seorang juru dakwah Islam. Ketika berada di Amerika , ia berkenalan dengan salah seorang Nasrani. Hubungan mereka semakin akrab, dengan harapan semoga Allah SWT memberinya hidayah masuk Islam.

Pada suatu hari mereka berdua berjalan-jalan di sebuah perkampungan di Amerika dan melintas di dekat sebuah gereja yang terdapat di kampung tersebut. Temannya itu meminta agar ia turut masuk ke dalam gereja.
Semula ia berkeberatan. Namun karena ia terus mendesak akhirnya pemuda itupun memenuhi permintaannya lalu ikut masuk ke dalam gereja dan duduk di salah satu bangku dengan hening, sebagaimana kebiasaan mereka. Ketika pendeta masuk, mereka serentak berdiri untuk memberikan penghor-matan lantas kembali duduk.

Di saat itu si pendeta agak terbelalak ketika meli-hat kepada para hadirin dan berkata, "Di tengah kita ada seorang muslim. Aku harap ia keluar dari sini." Pemuda arab itu tidak bergeming dari tempatnya.
Pendeta tersebut mengucapkan perkataan itu berkali-kali, namun ia tetap tidak bergeming dari tempatnya. Hingga akhirnya pendeta itu berkata, "Aku minta ia keluar dari sini dan aku menjamin keselamatannya. " Barulah pemuda ini beranjak keluar.

Di ambang pintu ia bertanya kepada sang pen-deta, "Bagaimana anda tahu bahwa saya seorang mus-lim." Pendeta itu menjawab, "Dari tanda yang terdapat di wajahmu." Kemudian ia beranjak hendak keluar. Namun sang pendeta ingin memanfaatkan keberadaan pemuda ini, yaitu dengan mengajukan beberapa pertanyaan, tujuannya untuk memojokkan pemuda tersebut dan sekaligus mengokohkan markasnya. Pemuda muslim itupun menerima tantangan debat tersebut.

Sang pendeta berkata, "Aku akan mengajukan kepada anda 22 pertanyaan dan anda harus menja-wabnya dengan tepat." Si pemuda tersenyum dan berkata, "Silahkan!"

Sang pendeta pun mulai bertanya,
  1. satu yang tiada duanya
  2. dua yang tiada tiganya
  3. tiga yang tiada empatnya
  4. empat yang tiada limanya
  5. lima yang tiada enamnya
  6. enam yang tiada tujuhnya
  7. tujuh yang tiada delapannya
  8. delapan yang tiada sembilannya
  9. sembilan yang tiada sepuluhnya
  10. sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh
  11. sebelas yang tiada dua belasnya
  12. dua belas yang tiada tiga belasnya
  13. tiga belas yang tiada em-pat belasnya
  14. Sebutkan sesuatu yang dapat bernafas namun tidak mempunyai ruh!
  15. Apa yang dimaksud dengan kuburan berjalan membawa isinya?
  16. Siapakah yang berdusta namun masuk ke dalam surga?
  17. Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah namun Dia tidak menyukainya?
  18. Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dengan tanpa ayah dan ibu!
  19. Siapakah yang tercipta dari api, siapakah yang diadzab dengan api dan siapakah yang terpelihara dari api?
  20. Siapakah yang tercipta dari batu, siapakah yg diadzab dengan batu dan siapakah yang terpelihara dari batu?
  21. Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap besar!
  22. Pohon apakah yang mempu-nyai 12 ranting, setiap ranting mempunyai 30 daun, setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah naungan dan dua di bawah sinaran matahari?"
Mendengar pertanyaan tersebut pemuda itu tersenyum dengan senyuman mengandung keyakinan kepada Allah.

Setelah membaca basmalah ia berkata,
  1. yang tiada duanya ialah Allah SWT.
  2. Dua yang tiada tiganya ialah malam dan siang. Allah SWT berfirman, "Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran kami)."(Al-Isra': 12).
  3. yang tiada empatnya adalah kekhilafan yang dilakukan Nabi Musa ketika Khidir menenggelamkan sampan, membunuh seorang anak kecil dan ketika menegakkan kembali dinding yang hampir roboh.
  4. Empat yang tiada limanya adalah Taurat, Injil, Zabur dan al-Qur'an.
  5. Lima yang tiada enamnya ialah shalat lima waktu.
  6. Enam yang tiada tujuhnya ialah jumlah hari ke-tika Allah SWT menciptakan makhluk.
  7. Tujuh yang tiada delapannya ialah langit yang tujuh lapis. Allah SWT berfirman, "Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Rabb Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang." (Al-Mulk: 3).
  8. Delapan yang tiada sembilannya ialah malaikat pemikul Arsy ar-Rahman. Allah SWT berfirman,"Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung 'Arsy Rabbmu di atas kepala) mereka." (Al-Haqah: 17).
  9. Sembilan yang tiada sepuluhnya adalah mu'jizat yang diberikan kepada Nabi Musa : tongkat, tangan yang bercahaya, angin topan, musim paceklik, katak, darah, kutu dan belalang dan
  10. Sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh ialah kebaikan. Allah SWT berfirman, "Barangsiapa yang berbuat kebaikan maka untuknya sepuluh kali lipat." (Al-An'am: 160).
  11. Sebelas yang tiada dua belasnya ialah jumlah saudara-saudaraYusuf
  12. Dua belas yang tiada tiga belasnya ialah mu'jizat Nabi Musa yang terdapat dalam firman Allah, "Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman, 'Pukullah batu itu dengan tongkatmu.' Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air." (Al-Baqarah: 60).
  13. Tiga belas yang tiada empat belasnya ialah jumlah saudara Yusuf ditambah dengan ayah dan ibunya.
  14. Adapun sesuatu yang bernafas namun tidak mempunyai ruh adalah waktu Shubuh. Allah SWT ber-firman, "Dan waktu subuh apabila fajarnya mulai menying-sing. "(At-Takwir: 18).
  15. Kuburan yang membawa isinya adalah ikan yang menelan Nabi Yunus AS.
  16. Mereka yang berdusta namun masuk ke dalam surga adalah saudara-saudara Yusuf , yakni ketika mereka berkata kepada ayahnya, "Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami tinggalkan Yusuf didekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala." Setelah kedustaan terungkap, Yusuf berkata kepada mereka," tak ada cercaaan ter-hadap kalian." Dan ayah mereka Ya'qub berkata, "Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Rabbku. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang"
  17. Sesuatu yang diciptakan Allah namun tidak Dia sukai adalah suara keledai. Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya sejelek-jelek suara adalah suara eledai." (Luqman: 19).
  18. Makhluk yang diciptakan Allah tanpa bapak dan ibu adalah Nabi Adam, malaikat, unta Nabi Shalih dan kambing Nabi Ibrahim.
  19. Makhluk yang diciptakan dari api adalah Iblis, yang diadzab dengan api ialah Abu Jahal dan yang terpelihara dari api adalah Nabi Ibrahim. Allah SWT berfirman, "Wahai api dinginlah dan selamatkan Ibrahim." (AlAnbiya': )
  20. Makhluk yang terbuat dari batu adalah unta Nabi Shalih, yang diadzab dengan batu adalah tentara bergajah dan yang terpelihara dari batu adalah Ash-habul Kahfi (penghuni gua).
  21. Sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap perkara besar adalah tipu daya wanita, sebagaimana firman Allah SWT, "Sesungguhnya tipu daya kaum wanita itu sangatlah besar." (Yusuf: 28).
  22. Adapun pohon yang memiliki 12 ranting setiap ranting mempunyai 30 daun, setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah teduhan dan dua di bawah sinaran matahari maknanya: Pohon adalah tahun, ranting adalah bulan, daun adalah hari dan buahnya adalah shalat yang lima waktu, tiga dikerjakan di malam hari dan dua di siang hari.
Pendeta dan para hadirin merasa takjub mende-ngar jawaban pemuda muslim tersebut. Kemudian ia pamit dan beranjak hendak pergi. Namun ia mengurungkan niatnya dan meminta kepada pendeta agar menjawab satu pertanyaan saja. Permintaan ini disetujui oleh sang pendeta.

Pemuda ini berkata, "Apakah kunci surga itu?"

Mendengar pertanyaan itu lidah sang pendeta menjadi kelu, hatinya diselimuti keraguan dan rona wajahnya pun berubah. Ia berusaha menyembunyikan kekhawatirannya, namun hasilnya nihil.

Orang-orang yang hadir di gereja itu terus mendesaknya agar menjawab pertanyaan tersebut, namun ia berusaha mengelak.

Mereka berkata, "Anda telah melontarkan 22 pertanyaan kepadanya dan semuanya ia jawab, sementara ia hanya memberimu satu pertanyaan namun anda tidak mampu menjawabnya! "

Pendeta tersebut berkata,
"Sungguh aku mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut, namun aku takut kalian marah.

" Mereka menjawab, "Kami akan jamin keselamatan anda."

Sang pendeta pun berkata,
"Jawabannya ialah: Asyhadu an La Ilaha Illallah wa Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah."

Lantas sang pendeta dan orang-orang yang hadir di gereja itu memeluk agama Islam.
Sungguh Allah telah menganugrahkan kebaikan dan menjaga mereka dengan Islam melalui tangan seorang pemuda muslim yang bertakwa.

Kaum yang berpikir (termasuk para pendeta) sedianya telah mengetahui bahwa Islam adalah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan akan menjaga manusia dalam kesejahteraan baik di dunia dan di akherat..
Apa yang menyebabkan hati-hati para pendeta itu masih tertutup bahkan cenderung mereka sendiri yang menutup rapat jiwanya..

Semoga Allah SWT memberikan Hidayah kepada mereka yang mau berpikir..amien


Jangan putuskan e mail ini... please forward
 

Istimewanya Seorang Muslimah

Kalian semua harus bangga jadi seorang muslimah, tidak perlu iri dengan kelebihan yang ada pada lelaki. Nggak percaya? baca ini:

Kaum feminis bilang, susah menjadi wanita ISLAM. Lihat saja peraturan dibawah ini :

1. Wanita auratnya lebih susah dijaga dibanding lelaki.
2. Wanita perlu meminta izin dari suaminya apabila mau keluar rumah tetapi tidak sebaliknya.
3. Wanita saksinya kurang dibanding lelaki.
4. Wanita menerima pusaka atau warisan kurang dari lelaki.
5. Wanita harus menghadapi kesusahan mengandung dan melahirkan anak.
6. Wanita wajib taat kepada suaminya tetapi suami tak perlu taat pada isterinya.
7. Talak ada di tangan suami dan bukan isteri.
8. Wanita kurang banyak beribadah karena masalah haid dan nifas yang tidak dialami lelaki.

Makanya mereka tidak lelah-lelahnya berpromosi untuk "MEMERDEKAKAN WANITA ISLAM"!

Pernahkah kita lihat sebaliknya (kenyataannya) ...??

Benda yang mahal harganya akan dijaga dan dibelai serta disimpan di tempat yang teraman dan terbaik. Sudah pasti intan permata tidak akan dibiarkan terserak, bukan?

Itulah bandingannya dengan seorang wanita. Wanita perlu taat kepada suami tetapi lelaki pun wajib taat kepada ibunya 3 kali lebih utama dari bapaknya.

Bukankah ibu adalah seorang wanita?

Wanita menerima pusaka atau warisan kurang dari lelaki tetapi harta itu menjadi milik pribadinya dan tidak perlu diserahkan kepada suaminya. Manakala lelaki menerima pusaka atau warisan, ia akan menggunakan hartanya untuk isteri dan anak-anaknya.

Wanita perlu bersusah payah mengandung dan melahirkan anak, tetapi setiap saat dia didoakan oleh segala makhluk, malaikat, dan seluruh makhluk ALLAH di mukabumi ini, dan matinya jika karena melahirkan adalah syahid.

Di akhirat kelak, seorang lelaki akan mempertanggungjawab kan 4 wanita ini: Isterinya, ibunya, anak perempuannya, dan saudara perempuannya.

Seorang wanita pula, tanggung jawab terhadapnya ditanggung oleh 4 orang lelaki ini: Suaminya, ayahnya, anak lelakinya dan saudara, lelakinya.

Seorang wanita boleh memasuki pintu syurga melalui pintu manapun yang disukainya cukup dengan 4 syarat saja : shalat 5 waktu, puasa di bulan Ramadhan, taat pada suaminya dan menjaga kehormatannya.

Seorang lelaki perlu pergi berjihad fisabilillah tetapi wanita jika taat pada suaminya serta menunaikan tanggungjawabnya kepada ALLAH, ia akan turut menerima pahala seperti pahala orang pergi berperang fisabilillah tanpa perlu mengangkat senjata.

Masya ALLAH... demikian sayangnya ALLAH pada wanita, kan?

Bagaimana... ...? Masih merasa tidak adil?
Berbahagialah menjadi seorang muslimah!!!
 

Ramai-Ramai Bersyahadat di Regent Park Mosque


ATAS saran Imam Syeikh Khalifah, saya ikut dan datang ke pengajian hari Sabtu. Walau tidak bisa datang setiap hari Sabtu, namun kehadiran kami cukup dikenal oleh brother Naugal dan istrinya serta teman-teman yang lain. Selain ke masjid, kami juga menyempatkan bersilaturahim dengan teman lainnya. Kadang kita lanjutkan dengan minum kopi atau makan malam.

Masjid ini memang lokasinya sangat sentral, sangat nyaman karena terletak di pusat kota, dai Regent Park, satu kawasan dengan Baker Street. Tempatnya Madame Tussaud (Rumah muesium lilin) sehingga di masjid ini kadang dijadikan meeting point untuk amprokan atau rendevous, bahasa keren-nya.

Syahdan, ‘Islamic Circle’ ini didirikan oleh brother Yusuf Islam pada tahun 1979, saat ia baru masuk Islam. Alhamdulilah pengajian ini masih berjalan secara langgeng yang kini di koordinir oleh brother Naugal Durani yang beristrikan orang Inggris. Sementara Yusuf Islam sendiri hampir jarang berada di UK, selain beliau punya kesibukan lain seperti sekolahnya yang bernama Islamiya, charity-nya dan juga kegiatan bisnis lainnya.

Pengajian ini berlangsung sangat simpel dan sederhana. Dimulai sekitar jam 3 sore setiap hari Sabtu dan dilaksanakan di basement atau kadang kita menggunakan ruang di lantai pertama.

Pengajian dihadiri oleh siapa saja termasuk non-Muslim atau bagi mereka yang masih mencari tahu tentang Islam.

Pembicaranya bisa dari mana saja dan siapa saja. Selama mampu berorasi dengan ilmu yang memadai dengan durasi selama 1 jam. Biasanya, acara ditutup dan di akhiri dengan minum teh dan biscuit. Setelah itu para jamaah saling bersilaturahmi, saling berkenalan dan menambah teman baru.

Tidak ada sesi tanya jawab apalagi diskusi mengingat setiap pembicara sudah punya jadwal di tempat lain. Atau bila ada permintaan dari para jamaah yang ingin diskusi atau bertanya jawab, dilanjutkan sehabis sholat Ashar.

Saya berada di kantornya Syeikh Khalifa, saya tertarik dengan bundelan sertifikat yang bertumpuk di meja kerja beliau. Saya lihat sertifikat para muallaf (orang yang baru masuk Islam).
Saya beranikan untuk meminta ijin pada beliau dan melihatnya. Alhamdulillah, beliaupun mengijinkan.

Luar biasa. Para muallaf datang dari berbagai macam latar belakang baik bangsa, agama dan warna kulit. Ada yang berasal dari kulit hitam, coklat, kuning dan mereka yang berkulit putih baik dari London bahkan dari Jerman dan Prancis. Bahkan ada yang datang dari Eropa Timur seperti; dari Polandia, Romania dan lainnya.

“Ya Syeikh berapa banyak orang yang berikrar syahadat di masjid ini?”

“Ada sekitar 5-6 orang seharinya, terlebih hari Jumat ramai sekali orang bersyahadat, pokoknya ada saja orang berikrar, “ ujar Syeikh Khalifah, Imam masjid lulusan Universitas Al Azhar ini.

Bahkan di akhir pecan, kadang yang ingin bersyahadat jauh lebih banyak dari biasanya. Jika sudah begitu, acara dilakukan di aula yang lebih besar, ujar beliau.

Selain mengurusi masjid, menjadi imam shalat dalam sehari, Syeikh Khalifah juga mengurus pernikahan, nasihat bagi yang sedang mengalami keretakan rumah tangga dan urusan lainnya tentang Islam di London.

Bergetar

Suatu saat saya dapat SMS untuk menghadiri acara ‘ikrar ber-syahadat’ bagi calon pendatang Muslim. Alhamdulilah, saya sempat hadir dan menyaksikan acara yang amat mengharukan ini.
Banyaknya orang yang akan bersyahadat kali bahkan memerlukan ruangan yang lebih besar karena sister Amina membawa rombongan sekitar 19 orang wanita.
Ternyata jumlah yang 19 jadi membengkak hingga mencapai 28 dan mungkin 30 orang karena ada tambahan 2 kelompok lagi. Satu kelompok lelaki saja dan satu kelompok lagi laki-laki dan perempuan dan bahkan ada yang mendadak sontak ingin berikrar pada saat itu juga.

Yang membuat kami semua agak terkejut, hari itu brother Yusuf Islam tiba-tiba hadir. Betul-betul sebuah kejutan bagi yang lainnya juga. Ia nampak santai dengan mengenakan kemeja berlengan pendek dan berpantalon warna khaki. Tidak memakai baju koko Muslim panjang lengkap dengan sorbannya, sebagaimana yang sering ia pakai.
Beliau duduk di sebelah brother Abu Muntasir. Tak tak ayal, brother Naugal, sang panitia memintanya mengucap sepatah dua patah kata sebagai sambutan.

Sepertinya hadirin mendapat privillage (keistimewaan) dengan kunjungan Yusuf Islam hari itu. Tambahan siraman rohani darinya tentunya menambah semangat para muallaf. Maklum Yusuf Islam adalah seorang tokoh selebriti yang kami banggakan di UK.

Momen menggetarkan ketika mendengar para calon saudara-saudari Muslim mulai mengucapkan kalimah Syahadat.

“Asy hadu..ala... ila..ha iIl Allah..wa asyhadu ana..Muhammad dar Rasulullah....” (yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris).

Usai bersyahadat mereka ditakbiri lalu disalami dan berpelukan antara teman, sahabat mereka dengan penuh haru. Bahkan ada yang terisak-isak menangis.
Lalu setiap mereka dapat paket (hadiah) berupa sajadah, al-Quran dan beberapa leaflet atau buku-buku kecil berisi panduan tentang Islam

Berikrar syahadat adalah sebuah transformasi akan sebuah kehidupan untuk seorang manusia dengan segala risiko dan akibat. Tak sedikit para muallaf ini akan mengalami isolasisi atau kehilangan keluarga, teman dan sahabat atau masyarakat sekitarnya. Maklum, keyakinan baru ini akan menghilangkan kebiasaan yang mereka lakukan dulu; baik soal makanan, minuman dan pakaian harus mereka rubah pula. Dan kadang, mereka jauh lebih kaffah dan komit dari pada kita yang lahir sebagai Muslim di Indonesia.

Menariknya lagi, hari itu yang bersyahadat terus bertambah untuk berikrar. Mereka sibuk mengisi formulir baik lelaki dan perempuan. Dan Syeikh Khalifa melakukan dan membimbing mereka untuk bersyahadat sampai 3 atau 4 kali.

Ada sedikit kelelahan pada wajah Syeikh Khalifah karena harus melayani dan membimbing orang-orang yang ingin memeluk Islam hingga sore hari. Namun beliau masih sempat melemparkan senyumnya di saat saya mengarahkan kamera ke wajahnya.

Terus Meningkat

Seperti diketahui, dalam masa seputuh tahun terakhir ini, diperkirakan ada sekitar 100.000 orang British (Inggris, Scottish, Irlandia dan Wales) telah mengikrarkan dua kalimah Syahadat. Mereka menemukan dan memeluk agama baru, bernama Islam. Ini menurut angka statisktik dari para peneliti yang berbasis di Universiats Swansea.

Berita ini sudah beredar di koran cetak atau eletronik tahun lalu yang lumayan membuat dunia terkejut. Ini berita yang luar biasa significan dibanding satu dasawarsa lalu yang berjumlah sekitar kurang lebih 60.000 orang.

Yang mengagumkan, dua pertiga dari jumlah yang bersyahadat adalah wanita, dan rata-rata cukup muda. Berarti Islam amat diminati perempuan di Eropa.  [baca juga; Lautan Jilbab di Britania Raya]

Ini sangat kontradiktif dibanding tuduhan bahwa Islam itu menindas (oppress) perempuan atau tuduhan tidak ada kebebasan terutama dalam hal mengenakan jilbab, menikmati pendidikan, bekerja, memilih suami, soal kawin cerai dan soal harta waris.
Faktanya, wanita Eropa justru berbondong-bondong masuk Islam, menyatakan testimoni-nya bertauhid dan mengakui ke Rasulan Muhammad Shallahu ‘alaihi Wassalam.

“Jazakllah khair ya Sheikh for your great job.”

Dan kepada saudaraku yang baru, semoga Allah tidak akan menarik kembali hidayah yang telah Allah semaikan di lahan qalbu kalian. Mudah-mudahan iman terus tumbuh subur bersemi dan akan kuat dan tangguh bak pohon-pohon yang memultigandakan melalui anak cucu mereka. Amien ya Rabb.*/Nizma Agustjik, London, 18 Maret 2012
Keterangan foto: 1. Seorang muallaf mengangkat sertifikat tanda telah memeluk Islam. 2, kehadiran Yusuf Islam yang mengagetkan dan 3, para wanita Eropa yang antri mengucapkan Syahadat


Red: Cholis Akbar
 http://www.hidayatullah.com/read/21782/19/03/2012/ramai-ramai-bersyahadat-di-regent-park-mosque-.html
 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. abu-uswah - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger