DARI HIMAR MENUJU KURSI KHILAFAH

Yang hendak saya tuturkan ini merupakan salah satu kisah nyata yang mengundang decak kagum dalam catatan panjang sejarah umat Islam. Kisah nyata berlatar Daulah Umawiyah II di ranah Andalusia. Sejarah meriwayatkannya kepada kita. (admin: maka itu bacalah dengan seksama)

Adalah tiga remaja yang bekerja sebagai tukang tarik himar atau keledai pikul,mereka menerima upah dari jasa mengangkut barang-barang orang dengan keledai mereka dari satu tempat ke tempat lain. Pada suatu malam setelah membanting tulang seharian ketiga remaja tanggung itu duduk-duduk bercerita ngalor-ngidul selepas makan malam.

Salah seorang di antara mereka, Muhammad demikian namanya, berkata, “Coba kalian bayangkan saya ini adalah khalifah...! Nah apa permintaan kalian berdua?”

Kedua temannya menyanggah, “Hei Muhammad, tidak mungkin!”
“Anggap saja saya ini betul-betul jadi khalifah!”
Salah seorang kawannya berkata, “Itu mustahil.” Sementara yang kedua berkata, “Muhammad, kamu pantasnya hanya jadi penarikhimar. Jadi Khalifah..?! Kamu tidak mungkin menjadi khalifah, dan tidak pantas. Kamu hanyalah penarikhimar, tukang himar, titik!!”

Muhammad menanggapi, “Sudah kukatakan kepada kalian, anggap saja iya.Anggap..! Bukan membicarakan mungkin atau tidak mungkin!!”

“Nah, apa permintaanmu..?” Kali ini Muhammad melemparkan pertanyaan kepada temannya yang pertama.
“Baiklah... Saya menginginkan kebun yang subur!” Akhirnya dia menuruti Muhammad.

“Apa lagi?”
“Kuda satu istal!”
“Apa lagi?”
“Seratus orang budak wanita!”
“Apa lagi Bung..?””
“Seratus ribu Dinar emas!”
“Apa lagi?”
“Itu saja, wahai Amirul mukminin!”

Sementara percakapan berlangsung, Muhammad tenggelam dalam imajinasinya yang dipenuhi rasa optimis yang membara. Ia membayangkan sedang menduduki kursi kekhalifahan. Dia merasakan seolah sedang melimpahkan pemberian yang berlimpah, merasakan betapa bahagianya bisa membahagiakan orang lain, bisa memberi setelah selama ini hanya menerima dan menerima, membiayai orang lain setelah sebelumnya selalu berusaha mengais rezeki, merasa hebat memerintahkan ini dan itu padahal biasanya hanya menjalankan permintaan para pelanggan.

Masih dalam kondisi menikmati fantasinya itu, Muhammad pun menoleh kepada kawannya yang kedua kemudian berkata bak Khalifah, “Hei Bung! Sekarang giliran Anda, apa yang Anda minta?!”
Kawan yang kedua ini berkata, “Muhammad, kamu hanya tukang himar,tukang keledai, tidak pantas menjadi khalifah...!”

“Hei kawan, sudah kubilang ini bukan yang sebenarnya, tapi hanya anggapan!! Andaikata saya ini adalah khalifah apa yang kamu minta kawan!” Muhammad tidak menyerah menghadapi olokan kawannya ini.
“Meskipun langit runtuh menimpa bumi, Engkau tidak akan sampai ke kursikekhalifahan, paham...!!?”

“Terserah kamu mau bilang apa, yang penting apa yang kamu inginkan...?”
“Baiklah kalau begitu...Dengar baik-baik Muhammad! Jika kamu jadi khalifah maka dudukkan saya di atas seekor keledai menghadap ke belakang. Lalu arak saya sepanjang jalan kota, perintahkan juru seru mengumumkan di sepanjang jalan. Suruh dia mengakatan begini: perhatian-perhatiaaaan..!!! Orang ini adalah Dajjal penipu! Siapa yang berjalan bersamanya atau berbicara dengannya, maka akan saya masukkan ke penjara.”
Percakapan tiga sekawan kuli angkut itu pun berakhir sampai di sini malam itu.

Subuh-subuh sekali Muhammad telah bangun, lalu melakukan shalat sunah Fajar. Setelah itu dia tetap duduk sambil berpikir memutar otak, mencerna kembali diskusinya semalam. Benar,orang yang mengurus Keledai tentu tidak akan sampai kepada kekhilafahan, demikan dia membatin. Lalu dia pun memikirkan langkah pertama yang harus ditempuh untuk mewujudkan cita-citanya itu. Akhirnya dia merasa yakin telah mendapatkan jawabannya.

Ya, dia memutuskan pertama sekali harus menjual keledainya.
Setelah keledainya laku terjual dia mulai langkah berikutnya untuk mendekatkan dirinya ke pusat kekuasaan. Dia memutuskan untuk menjadi polisi kota. Begitu diterima, Muhammad bekerja dengan sungguh-sungguh.

Pekerjaan kasar dan berat ketika menjadi tukang himar telah menempa dirinya menjadi pekerja keras. Tradisi kerja keras itu dilanjutkannya dalam menjalankan profesi barunya ini, ditambah lagi dengan cita-citanya tinggi. Kesungguhannya ini membuat kagum orang-orang di sekelilingnya: atasan, rekan-rekan seprofesi, dan orang-orang kebanyakan yang mengenal dirinya. Karirnya melejit hingga khalifah mengangkatnya menjadi Kepala Kepolisian Andalusia.

Pada saat menjabat Kepala Kepolisian itulah Khalifah Umawiyah meninggal dunia digantikan oleh putra mahkota yang masih sangat belia Hisyam al-Mu`ayid billāh yang masih berusia sepuluh tahun. Memperhatikan situasi ini, para pejabat tinggi negara memutuskan membentuk dewan mandataris atau pelaksana tugas khalifah dari unsur luar Bani Umayah, guna menghindari terjadinya perebutan kekuasaan dalam keluarga Umawiyah.

Akhirnya diangkatlah sang kepala polisi Muhammad bin Abi Amir, Ibnu Abi Ġalib, dan al-Muṣḥafi untuk menerima mandat tersebut. Dalam pelaksanaan tugas dewan tersebut, Muhammad bin Abi Amir tampil lebih dominan sehingga mendapat kepercayaan lebih dari ibunda Khalifah. Akhirnya urusan tersebut diserahkan sepenuhnya kepadanya.

Dia pun menetapkan kebijakan-kebijakan penting, seperti larangan bepergian bagi Khalifah tanpa seizin dirinya, dan memindahkan urusan-urusan kepemerintahan ke istananya. Dia menata kembali angkatan bersenjata dan menjadikannya lebih kuat dari semula, lalu mengerahkan bala tentara untuk melakukan ekspansi atau perluasan wilayah kekuasaan Bani Umawiyah.

Dia berhasil memenangkan berbagai pertempuran dan penaklukan secara gemilang, mengalahkan kehebatan raja-raja sebelumnya dari klan Umawiyah. Bahkan sebagian ahli sejarah menganggap periode pemerintahannya tidak termasuk periode Umawiyah, tetapi mereka sebut sebagai era dinasti ‘Āmiriyah. Muhammad bin Abi ‘Āmir, tukang keledai pikul itu, akhirnya benar-benar menduduki kursi kekhalifahan, dengan menyandang gelar al-Ḥājib al-Manṣūr.

Pembaca yang dirahmati Allah, kisah ini belum berhenti sampai di sini. Pada suatu hari, tiga puluh tahun setelah memutuskan berhenti menjadi tukang himar, saat Muhammad bin ‘Āmir yang bergelar al-Ḥājib al-Manṣur berada di singgasananya, dia teringat kedua orang sahabatnya tempo dulu. Dia pun memerintahkan seorang prajurit untuk menemui mereka.

Dia menerangkan ciri-ciri kedua kawannya itu dan di tempat mana mereka dapat ditemukan. Prajurit itu dapat menemukan kedua orang dimaksud tanpa susah payah, persis seperti yang diceritakan oleh al-Manṣur, masih dua orang sahabatnya di masa lalu, masih di tempat yang dulu, masih dengan pekerjaan dan keahlian yang dulu.

Prajurit itu pun berkata kepada mereka, “Amirul Mukminin memanggil kalian!”
“Apa salah kami? Kami tidak melakukan pelanggaran.” Jawab mereka.
“Beliau memerintahkan kami untuk mencari dan menghadapkan kalian!” Prajurit itu menegaskan.
Akhirnya kedua orang tukang himar itu mematuhi perintah. Mereka takjub saat memasuki istana al-Manṣūr, mereka berdecak, “Dia kawan kita dulu, Muhammad.”
Muhammad al-Ḥājib al-Manṣūr berkata, “Kalian kenal dengan saya?”
Mereka kompak, “Ya, tetapi kami khawatir Anda tidak kenal lagi dengan kami.”
“Oh, saya tidak melupakan kalian.”

Berikutnya sambil memandang kepada hadirin yang ada di majelis itu,al-Manṣūr berkata, “Tiga puluh tahun yang lalu saya bersama kedua pria ini, kami sama-sama tukang himar. Pada suatu malam kami bertiga berbincang-bincang. Saya berkata kepada mereka jika aku adalah khalifah apa permintaan kalian? Dan masing-masing telah menyampaikan permintaannya. Lalu dia memandang kepada laki-laki yang pertama, “Apa yang telah engkau minta, Fulan?”

Dia mengingat dan mengulang jawabannya tiga puluh tahun yang silam, “Kebun yang subur.” Al-Manṣūr pun berkata, “Kebun ini, ini, dan ini sekarang menjadi hak milikmu!”“Apa lagi?” Kawan lamanya itu menjawab, “Kuda satu istal.” Al-Manṣūr bertanya lagi, “Apa lagi.” Dia segera menjawab, “Seratus orang hamba sahaya perempuan.” “Apa lagi?” Jawabnya, “Seratus ribu Dinar uang emas.” Al-Manṣūr pun berkata, “Permintaanmu dikabulkan! Apa lagi?” Orang itu menjawab, “Itu saja, wahai Amirul Mukminin.” Tetapi al-Manṣūr menukas, “Engkau juga akan mendapatkan tunjangan bulanan, dan bebas menemui saya kapan saja!”

Selesai dengan yang pertama, al-Manṣūr pun menoleh kepada kawan lamanya yang kedua, “Apa yang telah engkau minta kepadaku?” Kawannya itu menjawab dengan kecut, “Maafkan saya wahai Amirul Mukminin!” al-Manṣūr menyela, “Tidak, demi Allah saya tidak akan mengampunimu sampai engkau sampaikan di hadapan mereka semua!” Orang itu berkata, “Ingat persahabatan kita wahai Amirul Mukminin..!?” “Tidak! Sampai Engkau sampaikan kepada mereka!”

Akhirnya laki-laki itu pun berkata, “Baiklah, saya dulu berkata bahwa jika Engkau jadi khalifah maka dudukkanlah saya di atas seekor keledai menghadap ke belakang. Lalu arak sepanjang jalan kota, perintahkan juru seru mengumumkan di sepanjang jalan. Suruh dia mengakatan: perhatian-perhatiaaaan..!!!

Orang ini adalah Dajjal penipu! Siapa yang berjalan bersamanya atau berbicara dengannya, maka saya penjarakan.”Al-Ḥājib al-Manṣur Muhammad bin Abi ‘Āmir pun bertitah, “Penuhi permintaannya supaya dia ingat Innallāha ‘alā kulli syay`in qadīr (bahwa Allah Mahakuasa).

Pembaca, Muhammad bin Abi ‘Āmir menjual himarnya untuk memenangkan impian. Tetapi sesungguhnya bukan sekedar himar, melainkan beban-beban berat yang ada bersamanya, yang juga pikul oleh banyak orang, seperti ungkapan, saya tidak mampu, saya tidak pantas, saya tidak berguna, saya tidak bisa apa-apa dan sejenisnya.

Dia menyingkirkannya dan menukarnya dengan ungkapan, saya bisa insya Allah. Oleh karena itu jika Anda benar-benar ingin mewujudkan impian Anda, maka katakan dengan penuh keyakinan, “Saya bisa insya Allah!” dan ingatlah selalu bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatunya.” Dan janganlah melanggar rambu-rambu syariat Allah yang telah dipancangkan-Nya.

Syaikh Mamduh Farhan al-Buhairi
Via: Majalah Qiblati
 

Wahai Putriku

# Wahai Saudariku Ini Nasehat Untukmu #

(Nasehat Seorang ulama Suria Syaikh Ali At-Tonthowi rahimahullah kepada para gadis…agar tidak tertipu oleh para lelaki tukang gombal)

Sebelum nasi menjadi bubur Wahai putriku…aku adalah seorang yang berjalan pada umur 50 tahunan…masa muda telah meninggalkanku, meninggalkan impian-impiannya dan angan-angan kosongnya. Aku pun telah banyak merantau di negeri-negeri, aku telah bertemu dengan berbagai model manusia. Aku memiliki banyak pengalaman tentang orang-orang…maka dengarlah -wahai putriku- sebuah nasehat yang sungguh-sungguh dariku, yang aku ungkapkan berdasarkan umurku dan pengalaman-pengalamanku, engkau tidak akan mendengarkannya dari selainku.

Sungguh aku telah banyak menulis…aku telah menyeru…menyeru kepada pembenahan akhlak dan penghilangan kerusakan dan penundukan syahwat…bahkan sampai-sampai pena-penaku telah lelah…lisan-lisan telah bosan…akan tetapi kami tidak bisa berbuat apa-apa. Kami tidak berhasil menghilangkan kemungkaran, bahkan kemungkaran-kemungkaran semakin bertambah…kerusakan semakin tersebar…, para wanita semakin membuka wajah-wajah mereka, membuka aurot mereka, bahkan semakin buka-bukaan…semakin bertambah kerusakan, semakin melebar lingkaran kerusakan…, berkembang dari satu negeri ke negeri yang lain…bahkan sampai-sampai tidak ada satu negeri Islampun –menurut persangkaanku- yang selamat dari kerusakan ini. Bahkan negeri Syaam (Suria), yang dahulunya bertebaran jilbab yang menutup sekujur tubuh, yang memiliki sikap keras dalam menjaga kehormatan dan menutup aurot, maka sungguh telah nampak para wanita-wanita Syaam dalam kondisi membuka wajah-wajah mereka, membuka kerudung mereka, menampakan lengan-lengan dan leher-leher mereka….

Ternyata kami –para dai- tidak berhasil, bahkan aku menyangka kami tidak akan pernah berhasil. Tahukah engkau wahai putriku kenapa demikian?

Karena hingga hari ini kita belum berhasil menemukan pintu perbaikan, dan kita belum tahu jalan menuju perbaikan. Sesungguhnya pintu perbaikan berada di hadapanmu wahai putriku…kuncinya berada di tanganmu…

Jika engkau telah memiliki kuncinya dan engkau memasuki pintu perbaikan tersebut maka kondisi akan berubah…

Memang benar bahwasanya lelakilah yang menjalankan langkah awal dalam melakukan dosa…dan bukan seorang wanita yang melangkahkan langkah awal selamanya…akan tetapi kalau bukan karena keridhoanmu tentu sang lelaki tidak akan maju melangkah…

Kalau bukan karena kelembutanmu…sang lelaki tidak akan semakin bersemangat.

Engkaulah wahai putriku yang telah membukakan pintu baginya…lalu iapun membuka pintu tersebut. Engkaulah wahai putriku yang berkata, "Silahkan masuk wahai pencuri…!". Tatkala ia mencurimu lalu engkaupun berteriak, "Tolonglah aku…wahai manusia, sungguh aku telah dicuri…"

Sungguh kalau engkau mengetahui wahai putriku bahwasanya para lelaki seluruhnya adalah serigala, dan engkau adalah seekor domba tentu engkau akan lari sejauh-jauhnya dari mereka sebagaimana larinya seekor domba dari terkaman serigala. Jika engkau tahu mereka para lelaki semuanya para pencuri tentunya engkau akan mengambil penjagaan untuk menjagamu sebagaimana seorang yang pelit menjaga hartanya dari pencuri. Jika serigala tidaklah menghendaki dari seekor domba kecuali dagingnya maka sesungguhnya apa yang diinginkan oleh seorang lelaki darimu (yaitu mahkota keperawananmu-pen) tentu lebih mulia di sisimu dari daging domba, dan lebih buruk pada dirimu kalau engkau hidup dalam kehilangan mahkotamu daripada engkau meninggal. Ia mengingkan dari perkara yang paling berharga pada dirimu, yaitu harga dirimu yang dengannya engkau menjadi mulia…, dengannya engkau bisa berbangga dan bisa menjalani kehidupan.

Kehidupan seorang putri yang telah dicuri harga dirinya (mahkota keperawanannya) oleh seorang lelaki, seratus kali lebih berat dari kematian bagi seekor domba yang telah disantap dagingnya oleh seekor serigala…benar demi Allah..

Tidaklah seorang pemuda melihat seorang gadis kecuali sang pemuda dengan khayalannya akan menelanjangi sang gadis dari pakaiannya, lalu ia mengkhayalkan sang gadis tanpa busana sama sekali. Sungguh demi Allah…, aku bersumpah kepada engkau untuk kedua kalinya…, dan jangan sekali-kali kau membenarkan perkataan sebagian pemuda yang menyatakan bahwa mereka tidaklah melihat pada seorang gadis kecuali akhlak dan adabnya…bahwasanya mereka berbicara dengan seorang gadis sebagaimana pembicaraan seorang sahabat, dan mereka mencintainya sebagaimana kecintaan seorang sahabat. Ini adalah kedustaan…demi Allah…

Jika seandainya engkau –wahai putriku- mendengar pembicaraan para pemuda tatkala mereka sedang berkumpul sendirian maka engkau tentu akan mendengar hal-hal yang sangat ngeri dan menakutkan.

Tidaklah seorang pemuda tersenyum kepadamu…, tidaklah ia lembut kepadamu…, tidaklah ia melayanimu kecuali ini hanya sebagai pembuka untuk mencapai apa yang ia inginkan. Atau paling tidak ia mengesankan pada dirinya bahwasanya itu adalah pembukaan saja.

Lantas setelah itu apa? Apa seterusnya wahai putriku?, renungkanlah…kalian berdua bersama-sama akan merasakan kelezatan (zina) yang hanya sesaat, lalu iapun melupakanmu…akhirnya engkau sendirian yang akan merasakan pahitnya. Lelaki itu pergi meninggalkanmu dan mencari mangsa gadis lain yang hendak ia curi kehormatannya. Sementara engkau menanggung beratnya janin yang ada diperutmu, kesedihan yang menyelimuti dirimu, rasa malu dan aib yang tercapkan di keningmu. Masyarakat memaafkan sang lelaki yang zolim, mereka berkata, "Ia lelaki yang tersesatkan, kemudian bertaubat". Sementara engkau tetap menjadi corengan hitam kerendahan, kehinaan meliputimu sepanjang hayatmu, masyarakat tidak akan memaafkanmu.

Jika engkau dahulu tatkala bertemu dengannya lantas engkau husungkan dadamu dan engkau palingkan pandanganmu darinya, engkau tunjukkan ketegasan dan sikap berpalingmu…lantas jika ia tidak juga berpaling darimu setelah sikapmu ini dan setelah engkau memakinya dengan lisanmu atau engkau tampar dia dengan tanganmu, lalu engkau lepaskan sendalmu dan kau pukulkan ke kepalanya…, seandainya engkau melakukan ini semua tentu setiap orang yang lewat akan menolongmu untuk mengusirnya. Dan setelah itu tidak akan ada pemuda fajirpun yang akan mengganggu para gadis sholehah. Engkau akan melihat –jika ia pemuda yang sholeh- tentu ia akan datang kepadamu dengan bertaubat dan memohon ampun darimu, dia akan meminta agar bisa menjalin hubungan denganmu dengan cara yang halal, ia akan mendatangimu untuk menikahimu.

Ketahuilah…bahwasanya seorang gadis bagaimanapun tinggi kedudukannya, bagaimanapun kayanya dia, betapapun ketenarannya…ia tidak akan menemukan cita-citanya dan kebahagiaannya yang terbesar kecuali pada pernikahan, yaitu ia menjadi seorang istri yang sholihah, menjadi seorang ibu yang dihormati dan ibu rumah tangga. Apakah ia seorang ratu, ataukah putri raja, ataukah artis holiwood yang memiliki kesohoran dan ketenaran yang menipu banyak para wanita.

Saya mengetahui dua orang wanita pujangga yang sudah tua di Mesir dan Syaam, mereka berdua benar-benar pujangga. Mereka telah memiliki harta dan puncak keahlian bahasa, akan tetapi keduanya kehilangan suami mereka berdua, jadilah mereka berdua kehilangan akal mereka, dan jadilah mereka berdua orang gila. Tidak usah kau bertanya kepadaku tentang nama mereka berdua !!! kedua wanita ini terkenal.

Pernikahan merupakan puncak angan-angan seorang wanita, meskipun ia adalah anggota parlemen atau memiliki kekuasaan. Seorang wanita yang fasiq dan hina pengikut hawa nafsu tidak akan dinikahi oleh seorang lelakipun. Bahkan lelaki yang hobi menggelincirkan gadis yang mulia dengan janji akan menikahinya, jika ia berhasil menggelincirkannya (berhasil menzinahinya) maka iapun akan meninggalkan gadis tersebut setelah menjatuhkannya. Jika ia ingin menikah maka iapun akan mencari wanita yang mulia, karena ia tidak ridho jika istrinya, ibu rumah tangganya, ibu anak-anaknya seorang wanita yang rendahan.

Seorang lelaki meskipun ia adalah seorang yang fasik dan suka berzina, jika ia tidak mendapatkan di pasar kelezatan seorang gadis yang rela untuk ditumpahkan mahkotanya dibawah kedua kaki sang lelaki, atau rela untuk menjadi bulan-bulanan sang lelaki, jika lelaki pezina ini tidak menemukan seorang gadis yang fasik, atau gadis yang buruk yang mau untuk dinikahinya dalam agama Iblis (yaitu zina) dan syari'at kucing-kucing jalanan…, maka ia akan mencari wanita yang akan menjadi istrinya sesuai dengan ajaran Islam. Maka kebangkrutan pasar pernikahan yang syar'i disebabkan oleh kalian para wanita, kalau seandainya tidak ada wanita-wanita yang fasiq maka tidak akan sepi pasar pernikahan yang syar'i dan tidak akan ramai pasar perzinahan…lantas kenapa kalian tidak bertindak?? Kenapa kalian tidak bertindak??

Kalian –para wanita- lebih utama untuk bertindak, karena kalian lebih paham tentang bahwasanya wanita -yaitu kalian para wanita yang mulia hendaknya memerangi bencana ini-. Kalian pula yang lebih tahu tentang cara menjelaskan yang terbaik terhadap wanita (yang hendak dikerjain oleh para lelaki rusak-pen). Karena tidak ada yang menjadi korban kerusakan ini kecuali kalian para wanita, yaitu para gadis yang mulia, yang beragama…., betapa banyak wanita yang shalihah di rumah-rumah yang sudah mencapai usia pernikahan akan tetapi tidak menemukan calon suami dikarenakan para lelaki telah mendapatkan para wanita yang siap menjadi pacar dan kekasih mereka sehingga para pemuda tidak membutuhkan para wanita yang sholehah…..

Ingatkanlah para wanita agar mereka takut kepada Allah…

Jika mereka tidak takut kepada Allah maka sampaikanlah kepada mereka akan bahayanya penyakit yang timbul akibat pergaulan bebas…

Jika mereka tidak kawatir dengan penyakit tersebut maka katakanlah kepada mereka, "kalian sekarang adalah wanita muda yang cantik, karenanya para pemuda mendatangi kalian dan berkumpul di sekitar kalian…, akan tetapi…apakah kecantikan dan masa muda kalian akan bertahan?, bagaimana nasib kalian jika kalian telah tua dengan pungguh yang bongkok, wajah yang keriput, maka siapakah yang akan memperhatikan kalian? Siapakah yang akan bertanya-tanya tentang kondis kalian?

Tahukah kalian siapakah yang memperhatikan para wanita tua dan menghormati mereka??, putra dan putri merekalah yang akan menghormati dan menghargai mereka…cucu-cucu merekalah…maka tatkala itulah sang wanita tua menjadi seorang ratu yang menyandang mahkota di atas singgasananya.

Lain halnya dengan wanita tua yang terjerumus dalam perzinahan…bagaimanakah kondisinya tatkala telah tua renta??

Apakah kalian para wanita rela menghorbankan kebahagiaan kalian di masa tua hanya untuk memperoleh kelezatan perzinahan yang hanya sesaat??


(Ditulis oleh Syaikh Ali At-Thonthowi pada tahun 1406 H (sekitar tahun 1985), dan tulisan ini masih ada kelanjutannya akan tetapi hingga disinilah diterjemahkan secara bebas oleh Abu Abdil Muhsin Firanda Andirja)

Kota Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam-, 17-04-1434 H / 27 Februari 2013 M
www.firanda.com

 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. abu-uswah - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger