Download Murattal Thaha Al Junayd - Juz 30 - 29, 27 - 26, Al-Fatihah, and More!

Muhammad Thaha Al Junayd / Muhammad Taha al Junayd/ محمد طه ألجنيد adalah seorang qari cilik dengan suara yang begitu merdu. Cara membaca Al Quran nya begitu lembut, ringan, dan menyejukkan. Akupun langsung jatuh cinta pada pendengaran pertama. :)
Inilah foto dari Thaha Al Junayd:

Tentu saja, foto tidak dapat menunjukkan kemerduan suara beliau, maka aku attach videonya dibawah ini, silakan dinikmati.. :)


Download this video : Shalat - Muhammad Thaha Al Junayd

Sudahkah menonton videonya? Bagaimana? Tertarik untuk mendengar lebih banyak? :)
Berikut ini ku attach seluruh audio file murattal Thaha Al Junayd dari hasil pencarianku di berbagai sumber, termasuk mengalih-tipekan dari video Youtube. Keseluruhannya dalam format mp3. Belum full version Quran, aku hanya bisa menemukan Juz 26, 27, 29, 30, serta sebagian surat dari beberapa juz lain.
Mohon beritahu aku jika kamu menemukan surat lainnya atau jika ada link yang broken dibawah ini.
Semoga tulisan ini bermanfaat :)

Juz 1
  • Surat 1 - Al Fatihah [ziddu] [mediafire]
    [mp3, taken from http://www.youtube.com/watch?v=9LUn2ii6pE8]

Juz 3

Juz 12

Juz 26
Juz 27

Juz 29 - Juz Tabarak
Juz 30 - Juz Amma

Bonus
 

Kisah Cinta Orang Terdahulu yang Mengharukan…

makna-cintaAda rahasia terdalam di hati ‘Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah. Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi, sungguh memesonanya. Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya.

Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta. Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta. Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya. Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis. Muhammad ibn ’Abdullah Sang Tepercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya! Maka gadis cilik itu bangkit. Gagah ia berjalan menuju Ka’bah. Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam. Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali. Mengagumkan! ‘Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta.

Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan. Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi. Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah. Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu.

”Allah mengujiku rupanya”, begitu batin ’Ali. Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakr. Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakr lebih utama, mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti ’Ali, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi. Lihatlah bagaimana Abu Bakr menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah sementara ’Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya.. Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berda’wah. Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakr; ’Utsman, ’Abdurrahman ibn ’Auf, Thalhah, Zubair, Sa’d ibn Abi Waqqash, Mush’ab.. Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak kurang pergaulan seperti ’Ali. Lihatlah berapa banyak budak muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakr; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, ’Abdullah ibn Mas’ud.. Dan siapa budak yang dibebaskan ’Ali? Dari sisi finansial, Abu Bakr sang saudagar, insyaallah lebih bisa membahagiakan Fathimah. ’Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin.

”Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ’Ali. ”Aku mengutamakan Abu Bakr atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.” Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan.

Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu. Lamaran Abu Bakr ditolak. Dan ’Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri. Ah, ujian itu rupanya belum berakhir. Setelah Abu Bakr mundur, datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa, seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum muslimin berani tegak mengangkat muka, seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh-musuh Allah bertekuk lutut. ’Umar ibn Al Khaththab. Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah. ’Umar memang masuk Islam belakangan, sekitar 3 tahun setelah ’Ali dan Abu Bakr. Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya? Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman? Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya ’Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin? Dan lebih dari itu, ’Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata, ”Aku datang bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan ’Umar..” Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah.
Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana ’Umar melakukannya. ’Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam. Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam. Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir. Menanti dan bersembunyi. ’Umar telah berangkat sebelumnya. Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka’bah. ”Wahai Quraisy”, katanya. ”Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah. Barangsiapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang ’Umar di balik bukit ini!” ’Umar adalah lelaki pemberani. ’Ali, sekali lagi sadar. Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah. Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak. ’Umar jauh lebih layak. Dan ’Ali ridha.

Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan. Itulah keberanian. Atau mempersilakan. Yang ini pengorbanan.

Maka ’Ali bingung ketika kabar itu meruyak. Lamaran ’Umar juga ditolak. Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi? Yang seperti ’Utsman sang miliarder kah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah? Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi’ kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah? Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri. Di antara Muhajirin hanya ’Abdurrahman ibn ’Auf yang setara dengan mereka. Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka? Sa’d ibn Mu’adz kah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu? Atau Sa’d ibn ’Ubadah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?
”Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”, kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunan. ”Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi..” ”Aku?”, tanyanya tak yakin. ”Ya. Engkau wahai saudaraku!” ”Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?” ”Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!”
’Ali pun menghadap Sang Nabi. Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya. Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap? Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang. ”Engkau pemuda sejati wahai ’Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan. Pemuda yang siap bertanggungjawab atas rasa cintanya. Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan-pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya.

Lamarannya berjawab, ”Ahlan wa sahlan!” Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi. Dan ia pun bingung. Apa maksudnya? Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan. Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab. Mungkin tidak sekarang. Tapi ia siap ditolak. Itu resiko. Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab. Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan. Ah, itu menyakitkan.
”Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?” ”Entahlah..” ”Apa maksudmu?” ”Menurut kalian apakah ’Ahlan wa Sahlan’ berarti sebuah jawaban!” ”Dasar bodoh! bodoh!”, kata mereka, ”Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya!”

Dan ’Ali pun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya. Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya. Itu hutang.
Dan ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi, dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari (setelah mereka menikah) Fathimah berkata kepada ‘Ali, “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda”

‘Ali terkejut dan berkata, “kalau begitu mengapa engkau mau manikah denganku? dan Siapakah pemuda itu”
Sambil tersenyum Fathimah berkata, “Ya, karena pemuda itu adalah dirimu”

sumber : http://www.akhwatmuslimah.com/2013/01/1264/kisah-cinta-orang-terdahulu-yang-mengharukan/
 

Kisah Mengharukan : Jangan Matikan Aku Sebelum Hafal Al Qur’an

al-quran-yang-mulia (1)Tepatnya tanggal 5 Oktober 2008 – seorang gadis kecil Indonesia mengalami musibah yang luar biasa di negeri antah berantah nan jauh – Syria. Dia terjatuh dari ketinggian sekiar 15 meter dan terbanting-banting di anak tangga ampiteater Roma di Busrah. Akibat kecelakaan ini gadis kecil tersebut mengalami pendarahan otak yang sangat hebat, dia harus menjalani berbagai pembedahan otak dan merasakan sakit yang luar biasa di kepalanya sampai berbulan-bulan kemudian. Pada saat pendarahan masih menguasai otaknya sehingga kesadarannya timbul tenggelam, gadis kecil ini lirih berdoa :
“Ya Allah, jangan matikan aku sebelum aku selesai menghafal Al-Qu’ran…”.

Dengan tekad yang luar biasa inilah gadis kecil tersebut berjuang melawan sakit di kepala yang tidak kunjung henti, terkadang dia harus menjeduk-jedukkan kepalanya di tempat tidur untuk mengimbangi rasa sakit yang sangat di dalam kepalanya.

Beratnya komitmen untuk menghafal Al-Qur’an yang dialami oleh gadis kecil ini juga jauh diatas beban manusia pada umumnya, betapa frustasinya dia ketika hafalan ayat-ayat Al-Qur’an seolah timbul tenggelam di kepalanya silih berganti dengan rasa sakit yang bisa tiba-tiba muncul kapan saja. Tetapi dia terus belajar dan terus menghafal nyaris tanpa henti, dia hanya berhenti menghafal ketika sakit kepalanya sudah tidak tahan lagi.

Allah dan para malaikat rupanya menyaksikan betapa kuat niat gadis kecil ini untuk menghafal Al-Qur’an. Pada bulan Mei 2010 oleh ustadzah-nya dia dibimbing untuk menyelesaikan ujian tahfiz setengah Al-Qur’an (15 Juz) dengan seorang syeikh Qura di Damascus.

Gadis kecil ini-pun lulus dan memperoleh syahadah (ijazah) sanad bacaan Al-Qur’an yang sampai kepada Ali bin Abi Talib Radhiallahu ‘Anhu, dan tentu saja sampai kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wasallam.
Tidak berhenti di sini, gadis kecil tersebut mencanangkan niatnya untuk menyelesaikan hafalan Al-Qur’an penuh 30 juz pada Ramdhan 1432 H. Maka target ini hanya meleset kurang lebih 3 pekan ketika pada tanggal 19 Syawwal 1432 H /19 September 2011 kemarin gadis kecil ini menyelesaikan hafalannya yang 30 juz, diiringi sujud syukur orang tuanya. Allahu Akbar…

Atas permintaan kedua orang tuanya yang tawadhu’, saya tidak bisa ungkapkan nama gadis kecil ini. Tetapi bagi para gadis kecil – gadis kecil lainnya yang belajar Al-Qur’an di Madrasah Al-Qur’an Daarul Muttaqiin Lil-Inaats (Pesantren Putri) – Jonggol, gadis kecil penghafal Al-qur’an ini kini menjadi salah satu guru atau mudarrisah (ustadzhah) mereka.

Bahkan bukan hanya bagi anak-anak putri yang belajar Al-qur’an di madrasah tersebut dia menjadi guru, gadis kecil penghafal Al-qur’an ini juga layak untuk menjadi guru bagi kita semua para orang tua.
Guru dalam hal menyikapi musibah, guru dalam hal menghadirkan Allah dalam mengatasi persoalan kita, guru dalam mengisi hidup dengan Al-Quran, guru dalam merealisasikan niat, guru dalam menjaga komitment, guru dalam syukur dan syabar.

Bila gadis kecil dengan beban sakit kepala yang luar biasa ini bisa menyelesaikan hafalan Al-Qur’an-nya 30 Juz dalam kurun waktu kurang dari 3 tahun, berapa banyak yang sudah kita hafal ?, berapa banyak yang kita niatkan untuk menghafalnya di sisa usia kita ?, seberapa kuat niat kita untuk mengamalkannya? Kita tahu persis jawabannya untuk diri kita masing-masing.

Semoga Allah dan para malaikatNya terus mendampingimu hingga dewasa dan menjadi guru dan sumber inspirasi untuk memperbaiki anak-anak (dan para orang tua) dunia. []

sumber : http://www.akhwatmuslimah.com/2012/12/1230/kisah-mengharukan-jangan-matikan-aku-sebelum-hafal-al-quran/
 

Kecelakaan Mobil di Jalan Tol : Jilbab Telah Menyelamatkan Wajah Anakku

ELF-Accident-March-3-2011-300x241Kisah nyata ini terjadi waktu musibah kecelakaan mobil travel jenis mini bus (Isuzu-ELF) yang ditumpangi anak bungsuku di jalan TOL Cipularang Km. 112,8 arah Bandung dari Jakarta pada hari Kamis sore tanggal 3 Maret 2011 yang lalu.

Kronologis kecelakaan bermula mobil ELF berjalan zigzak ke arah pinggir jalan sebelah kiri kemudian memutar ke arah kanan dan menabrak pembatas jalan, selanjutnya mobil tersbut terguling dengan sisi mobil sebelah kiri meluncur di atas aspal jalan tol.

Menurut penuturan anak bungsuku (sebut saja namanya Ayang) duduk pada posisi paling pinggir disebelah kiri, dia pun tertindih dua orang penumpang lain yang duduk disebelah kanannya. Bisa dibayangkan situasi yang dialaminya pada waktu kejadian kecelakaan tersebut dengan lengan dan bagian kepala sebelah kirinya menempel dan terseret di atas pecahan kaca dan aspal jalan tol (lihat Foto) terlampir.

Dengan menyebut nama-Nya “Allahu Akbar – Laa ilaha Illallahu Wallahu Akbar”, anakku tersadar dengan apa yang telah terjadi dan dia merasakan bahu sebelah kirinya terasa sakit dan tangan kirinya tidak bisa digerakkan…..”Subhanallah” pada waktu di evakuasi melalui kaca mobil dibagian belakang yang telah dipecahkan oleh relawan penyelamat, anakku hanya berpesan agar tangannya jangan dipegang dan mohon ditarik keluar dengan hanya memegang pinggang dan kakinya, tapi tangan sebelah kiri itu tetap saja tersentuh sehingga menimbulkan rasa sakit.

Dalam musibah kecelakaan yang begitu dahsyat ternyata Allah Swt masih memberi perlindungan dan kesadaran kepada anak bungsuku, setelah anakku diselamatkan dan didudukkan di pinggir jalan dia pun mohon diambilkan tas bawaannya yang tertinggal di atas mobil, kemudian anakku masih sempat mengabadikan mobil yang tergeletak di tengah jalan serta mengabarkan musibah tersebut kepada kakak perempuannya, teman kuliahnya di IT-Telkom Bandung dan Bundanya di Jakarta melalui pembicaraan lewat HP yang dimilikinya.

Kepada bundanya dia berkata : …”ayang baru saja kecelakaan mobil di jalan tol cipularang bersama rombongan keluarga yang datang dari Ipoh Malaysia”.

Dengan perasaan cemas sambil mengabarkan musibah tersebut kepada saya, Bundanya bertanya : ….”gimana keadaan ayang sekarang ???”

Anakku menjawab : …”Ayang tidak apa-apa, cuman tangan sebelah kiri terasa sakit dan tidak bisa digerakkan”
Bundanya bertanya lagi : …”Ayang sekarang ada dimana ?” …maksudnya apa masih ditempat kejadian atau sudah dibawa kerumah sakit.

Anakku menjawab : …”Ayang masih di tempat tejadinya kecelakaan di kilometer 112,8 arah ke bandung”
Dengan linangan air mata dan suara ter-isak, bundanya menjawab lagi : Iya…Iya, sabar ya nak, Bunda dan Ayah akan segera berangkat kesana sekarang juga.

Begitulah pembicaran singkat anak bungsuku dengan bundanya dan kamipun berangkat ke bandung dengan tergesa-gesa tanpa membawa pakaian untuk pengganti bersama kakaknya karena ada rencana untuk dibawa pulang dan dirawat pada salah satu rumah sakit terdekat di jakarta.
Didalam perjalanan salah seorang teman kuliahnya mengabarkan bahwa ayangtelah berada dan dirawat di RS. Cahya Kawaluyan (cabang RS Borromyus Bandung) yang terletak di Kota Baru Parahyangan – Padalarang.

Sesampai di rumah sakit tersebut kami temui ayang diruang UGD dengan infus dipergelangan tangan dan hidungnya ditemani teman2 baiknya serta sepupunya Econ (anak adik saya) dari bandung dengan kondisi lengan kiri luka tergores cukup banyak dan kepala sedikit memar.

Setelah berbicara seadanya dengan ayang, kamipun dipanggil oleh tim dokter yang menangani pertolongan pertama sambil memperlihatkan hasil rontgen tulang  dan CT Scan Kepala. Ternyata tulang bahu kiri anakku mengalami patah tulang sampai bergeser dan dempet (bertindihan) dan syukur alhamdulillah di bagian organ kepala hasilnya dinyatakan “Baik” semua dan tidak ada kelainan walaupun ada memar (bengkak) didekat telinga kiri.

Mengingat jarak rumah sakit di komplek perumahan Kota parahyangan Padalarang yang jauh dari kota Bandung dan atas kesepakatan pihak travel dan kami sekeluarga serta saran salah seorang kerabat (Ibu Baihakim) maka anak-ku hanya satu malam dirawat di RS Cahya Kawaluyan dan pelaksanaan operasi tulang bahu & perawtan dipindahkan / dirujuk ke RS. Halmahera Siaga (Khusus Bedah Tulang) di kota Bandung. Setelah menjalani perawatan pasca selama 4 (empat) hari anak bungsuku sudah boleh rawat jalan dan dibawa pulang ke rumah di jakarta dan pada hari Sabtu tgl 12 Maret 2011 kembali ke rumah sakit yang sama untuk dilakukan kontrol (pemeriksaan) pasca operasi.

Kembali kepada judul catatan ini : “JILBAB telah menyelamatkan WAJAH Anak-ku” ….., walaupun baju bagian bahu dan lengan sebelah kiri serta “jilbab” yang dipakai anakku sampai sobek ter koyak2 ternyata mukanya tidak ada terdapat goresan luka sedikitpun jua karena terlindung dandilindungi oleh selembar Jilbab yang selalu dipakai anak-ku apabila bepergian atau keluar rumah.Allahu Akbar3x dan Subhanallah Padahal lengan kiri anak bungsuku mengalami luka2 serta tulang bahunya patah dan harus dilakukan tindakan operasi (bedah) tulang untuk penyembuhannya.

Terima kasih ya Allah yang maha pengasih dan penyayang, Engkau telah menyelamatkan nyawa anak-ku dan melindungi mukanya dari musibah kecelakaan yang dialaminya. Hanya Kepada-Mu ya Allah ya Rakhman kami memohon menadahkan tangan dan berdo’a : Semoga anak kami diberi kesembuhan dan cepat pulih kembali untuk bisa beraktivitas melanjutkan studinya  yang hanya tinggal menyelesaikan penulisan skripsi di IT-Telkom Bandung, Amin Ya Rabbal Alamin…!

sumber : http://www.akhwatmuslimah.com/2012/12/1221/kecelakaan-mobil-di-jalan-tol-jilbab-telah-menyelamatkan-wajah-anakku/
 

Kepala Bagai Punuk Unta

Akhwatmuslimah.com – Nabi SAW bersabda, “Wanita-wanita yang berpakaian seperti bertelanjang dan pandai merayu, rambut mereka disasak seperti punuk onta, mereka tidak masuk surga dan juga tidak mencium aromanya. Padahal aroma surga itu bisa tercium dari jarak perjalanan selama lima ratus tahun.”  (HR. Muslim)

Diriwayatkan oleh Malik dari Muslim bin Abu Maryam, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah bahwa Nabi SAW bersabda, “Wanita-wanita yang berpakaian seperti bertelanjang dan pandai merayu, rambut mereka disasak seperti punuk onta, mereka tidak masuk surga dan juga tidak mencium aromanya. Padahal aroma surga itu bisa tercium dari jarak perjalanan selama lima ratus tahun.

Makna hadis ini saling menjelaskan dan melengkapi dengan riwayat Abu Musa al-’Asyari, bahwa Rasul saw. pernah bersabda: “Perempuan siapa saja yang memakai wangi-wangian lalu berjalan melewati suatu kaum supaya mereka mencium bau wanginya maka perempuan itu seperti seorang pezina
(HR an-Nasai, at-Tirmidzi, Abu Dawud, Ahmad, ad-Darimi, Ibn Khuzaimah, Ibn Hibban dan al-Baihaqi)


Dari buku Imam Al-Qurthubi dalam bukunya yang berjudul “Rahasia Kematian, Alam Akhirat dan Kiamat” dibahas bahwa dalam frasa ru’ûsuhunna ka-asnamah al-bukht al-mâ’ilah (kepala mereka seperti punuk unta yang miring) maknanya: membesarkan kepala dengan kerudung atau serban dan sebagainya yang disambungkan atau ditumpuk di atas rambut sehingga menjadi seperti punuk unta. Inilah tafsir yang masyhur untuk frasa ini. Ia bisa juga dimaknai: menarik rambut ke atas atau menata rambut sedemikian rupa sehingga seperti punuk unta. [ANW]

sumber : http://www.akhwatmuslimah.com/2011/07/263/kepala-bagai-punuk-unta/
 

Syarat-Syarat Pakaian Syar’i Yang Diwajibkan Bagi Kaum Wanita Muslimah, Menutupi Seluruh Tubuh, Tidak Ketat, Tidak Tipis Dan Lain Sebagainya

Barangkali masih banyak di antara para ukhti yang bertanya, bagaimanakah yang disebut pakaian yang syar’i yang diperintahkan oleh syari’at ajaran agama?? bagi para ukhti yang sudah mengetahui serta mengikuti pakaian syar’i yang diperintahkan dalam ajaran agama, Alhamdulillah jika ukhti sudah mengikuti sebagaimana yang diperintahkan. Namun sangat menyedihkan sekali mode-mode pakaian wanita di negeri Indonesia kita yang tercinta ini yang Alhamdulillah mayoritas muslim, namun justru para muslimah lebih menyukai trend fashion dan mode ala barat biar dibilang sexy atau lebih tepatnya dapat dikatakan mengundang sex-pent  Sexy-y=Sex, untuk itu bagi para ukhti yang hatinya masih cenderung pada kebaikan berikut adalah syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pakaian syar’i:

1. Menutupi seluruh tubuh selain yang dikecualikan
Lihat surat an Nuur: 31, Ayat ini menegaskan kewajiban bagi para wanita mukminah untuk menutup seluruh perhiasan, tidak memperlihatkan sedikitpun kepada orang-orang yang bukan mahromnya kecuali perhiasan yang biasa nampak.

2. Tidak ketat sehingga menggambarkan bentuk tubuh
Saudariku…Perhatikanlah pesan putri Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam, Fatimah binti Rosullulloh shollallohu alaihi wa sallam.. Beliau pernah berpesan kepada Asma’ : “Wahai Asma’ ! Sesungguhnya aku memandang buruk perilaku kaum wanita yang memakai pakaian yang dapat menggambarkan tubuhnya…)” (Dikeluarkan Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah dan Baihaqi)


3. Kainnya harus tebal, dan tidak tembus pandang sehingga tidak nampak kulit tubuh.

4. Tidak menyerupai pakaian laki-laki

Ada hadits nih, Dari Ibnu Abbas rodhiyallohu anhu berkata :“Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam melaknat pria yang memakai pakaian wanita dan wanita yang memakai pakaian pria” (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, Hakim dan Ahmad dengan sanad shohih)

5. Tidak mencolok dan berwarna yang dapat menarik perhatian

Tabarruj adalah perilaku wanita yang menampakkan perhiasan dan kecantikannya serta segala sesuatu yang mestinya ditutup karena hal itu dapat membangkitkan syahwat kaum lelaki.
Sungguh aneh tapi nyata, banyak para wanita apabila keluar rumah berdandan berjam-jam dengan sedemikian moleknya, tapi kalau di dalam rumah, di depan sang suami yang seharusnya mendapatkan pelayanan yang menyenangkan, justru biasa-biasa saja bahkan kerap kali rambutnya acak-acakan, bau badan tak sedap dianggap tidak masalah, penampilan menjengkelkan sudah hal yang lumrah, demikian seterusnya. Ini memang kenyataan yang tak bisa dipungkiri lagi. Semoga Alloh subhanahu wa ta’ala menunjukkan kita semua ke jalan yang benar.
Tapi jangan difahami penjelasan di atas secara dangkal, sehingga timbul suatu pemahaman bahwa pakaian wanita harus hitam saja sebagaimana difahami sebagian wanita komitmen.

6. Tidak menyerupai pakaian wanita kafir
Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam pernah bersabda :
من تشبه بقوم فهو منهم
“Siapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk dari kaum tersebut.” (HR. Abu Daud dan Ahmad dengan sanad shohih)
Betapa sedih hati kita melihat kaum hawa sekarang ini begitu antusias menggandrungi mode-mode busana ala barat baik melalui majalah, televisi dan foto-foto tata rias para artis dan bintang film. Setiap kali ada mode busana baru ala barat yang mereka dapati, serentak itu juga mereka langsung mencoba dan menikmatinya. Laa Haula Walaa Quwwata illaa BIllahi

7. Bukan pakaian untuk mencari popularitas
Hal ini berdasarkan hadits Ibnu Umar rodhiyallohu anhu yang berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ لَبِسَ ثَوْبَ شُهْرَةٍ فِي الدُّنْيَا أَلْبَسَهُ اللَّهُ ثَوْبَ مَذَلَّةٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثُمَّ أَلْهَبَ فِيهِ نَارًا
Barang siapa mengenakan pakaian syuhroh (untuk mencari popularitas) di dunia, niscaya Alloh mengenakan pakaian kehinaan kepadanya pada hari kiamat, kemudian membakarnya dengan api neraka. (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah dengan sanad hasan)
Maksud pakaian syuhroh adalah setiap pakaian dengan tujuan meraih popularitas di tengah-tengah orang banyak, baik pakaian tersebut mahal, yang dipakai dengan tujuan berbangga-bangga dengan dunia, maupun pakaian yang bernilai rendah yang dipakai seorang dengan tujuan menunjukkan kezuhudannya dan riya’.

8. Tidak diberi parfum atau wangi-wangian
Dari Abu musa Al-Asy’ari rodhiyallohu anhu bahwasanya ia berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda :
أَيُّمَا امْرَأَةٍ اسْتَعْطَرَتْ فَمَرَّتْ عَلَى قَوْمٍ لِيَجِدُوا مِنْ رِيحِهَا فَهِيَ زَانِيَةٌ
“Siapapun perempuan yang memakai wewangian, lalu ia melewati kaum laki-laki agar mereka mendapatkan baunya, maka ia adalah pezina.” (HR.Tirmidzi, Abu Daud, Ahmad,dll dengan sanad shohih)
Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu anhu ia berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda :
أَيُّمَا امْرَأَةٍ أَصَابَتْ بَخُورًا فَلَا تَشْهَدْ مَعَنَا الْعِشَاءَ الْآخِرَةَ
“Siapapun perempuan yang memakai bakhur (wewangian sejenis kemenyan-pent), maka janganlah ia menyertai kita dalam menunaikan sholat isya’ yang akhir. (HR.Muslim, Abu Awanah,dll)
Ibnu daqiq Al-“Ied mengatakan : “Hadits tersebut menunjukkan haramnya wewangian bagi wanita yang hendak keluar menuju masjid, karena hal itu akan dapat membangkitkan nafsu birahi kaum laki-laki.”
Itulah larangan agama yang diterjang habis-habisan oleh sekian banyak wanita. Coba perhatikan secara seksama, Jikalau ke masjid saja dilarang, lalu bagaimana pendapat ukhti dengan tempat-tempat lainnya seperti pasar, supermarket, terminal dan sebagainya. Tentu lebih dahsyat dosanya. Sungguh, terasa tidak pernah sepi suatu bus kota dari bau parfum yang campur dengan keringat.

 sumber : http://tausyah.wordpress.com/2011/11/01/syarat-syarat-pakaian-syari-yang-diwajibkan-bagi-kaum-wanita-muslimah-menutupi-seluruh-tubuh-tidak-ketat-tidak-tipis-dan-lain-sebagainya/
 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. abu-uswah - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger