Kisah Sabar Yang Paling Mengagumkan

Oleh: Mamduh Farhan al-Buhairi
Dari Kaset Asbab Mansiah (Sebab-Sebab Yang Terlupakan)
 
Prof. Dr. Khalid al-Jubair penasehat spesialis bedah jantung dan urat nadi di rumah sakit al-Malik Khalid di Riyadh mengisahkan sebuah kisah pada sebuah seminar dengan tajuk Asbab Mansiah (Sebab-Sebab Yang Terlupakan). Mari sejenak kita merenung bersama, karena dalam kisah tersebut ada nasihat dan pelajaran yang sangat berharga bagi kita.
 
Sang dokter berkata:
Pada suatu hari -hari Selasa- aku melakukan operasi pada seorang anak berusia 2,5 tahun. Pada hari Rabu, anak tersebut berada di ruang ICU dalam keadaan segar dan sehat.
 
Pada hari Kamis pukul 11:15 -aku tidak melupakan waktu ini karena pentingnya kejadian tersebut- tiba-tiba salah seorang perawat mengabariku bahwa jantung dan pernafasan anak tersebut berhenti bekerja. Maka akupun pergi dengan cepat kepada anak tersebut, kemudian aku lakukan proses kejut jantung yang berlangsung selama 45 menit. Selama itu jantungnya tidak berfungsi, namun setelah itu Allah Subhanaahu wa Ta`ala menentukan agar jantungnya kembali berfungsi. Kamipun memuji Allah Subhanaahu wa Ta`ala .

Kemudian aku pergi untuk mengabarkan keadaannya kepada keluarganya, sebagaimana anda ketahui betapa sulit mengabarkan keadaan kepada keluarganya jika ternyata keadaannya buruk. Ini adalah hal tersulit yang harus dihadapi oleh seorang dokter. Akan tetapi ini adalah sebuah keharusan. Akupun bertanya tentang ayah si anak, tapi aku tidak mendapatinya. Aku hanya mendapati ibunya, lalu aku katakan kepadanya: "Penyebab berhentinya jantung putramu dari fungsinya adalah akibat pendarahan yang ada pada pangkal tenggorokan dan kami tidak mengetahui penyebabnya. Aku kira otaknya telah mati."
 
Coba tebak, kira-kira apa  jawaban ibu tersebut?
Apakah dia berteriak? Apakah dia histeris? Apakah dia berkata: "Engkaulah penyebabnya!"
Dia tidak berbicara apapun dari semua itu bahkan dia berkata: "Alhamdulillah." Kemudian dia meninggalkanku dan pergi.
 
Sepuluh hari berlalu, mulailah sang anak bergerak-gerak. Kamipun memuji Allah Subhanaahu wa Ta`ala serta menyampaikan kabar gembira sebuah kebaikan yaitu bahwa keadaan otaknya telah berfungsi.
 
Pada hari ke-12, jantungnya kembali berhenti bekerja disebabkan oleh pendarahan tersebut. Kami pun melakukan proses kejut jantung selama 45 menit, dan jantungnya tidak bergerak. Maka akupun mengatakan kepada ibunya: "Kali ini menurutku tidak ada harapan lagi." Maka dia berkata: "Alhamdulillah, ya Allah jika dalam kesembuhannya ada kebaikan, maka sembuhkanlah dia wahai Rabbi."
 
Maka dengan memuji Allah, jantungnya kembali berfungsi, akan tetapi setelah itu jantung kembali berhenti sampai 6 kali hingga dengan ketentuan Allah Subhanaahu wa Ta`ala spesialis THT berhasil menghentikan pendarahan tersebut, dan jantungnya kembali berfungsi.
 
Berlalulah sekarang 3,5 bulan, dan anak tersebut dalam keadaan koma, tidak bergerak. Kemudian setiap kali dia mulai bergerak dia terkena semacam pembengkakan bernanah aneh yang besar di kepalanya, yang aku belum pernah melihat semisalnya. Maka kami katakan kepada sang ibu bahwa putra anda akan meninggal. Jika dia bisa selamat dari kegagalan jantung yang berulang-ulang, maka dia tidak akan bisa selamat dengan adanya semacam pembengkakan di kepalanya. Maka sang ibu berkata: "Alhamdilillah." Kemudian meninggalkanku dan pergi. Setelah itu, kami melakukan usaha untuk merubah keadaan segera dengan melakukan operasi otak dan urat syaraf serta berusaha untuk menyembuhkan sang anak. Tiga minggu kemudian, dengan karunia Allah Subhanaahu wa Ta`ala , dia tersembuhkan dari pembengkakan tersebut, akan tetapi dia belum bergerak.
 
Dua minggu kemudian, darahnya terkena racun aneh yang menjadikan suhunya 41,2oC. maka kukatakan kepada sang ibu: "Sesungguhnya otak putra ibu berada dalam bahaya besar, saya kira tidak ada harapan sembuh." Maka dia berkata dengan penuh kesabaran dan keyakinan: "Alhamdulillah, ya Allah, jika pada kesembuhannya terdapat kebaikan, maka sembuhkanlah dia."
 
Setelah aku kabarkan kepada ibu anak tersebut tentang keadaan putranya yang terbaring di atas ranjang nomor 5, aku pergi ke pasien lain yang terbaring di ranjang nomor 6 untuk menganalisanya. Tiba-tiba ibu pasien nomor 6 tersebut menagis histeris seraya berkata: "Wahai dokter, kemari, wahai dokter suhu badannya 37,6o, dia akan mati, dia akan mati." Maka kukatakan kepadanya dengan penuh heran: "Lihatlah ibu anak yang terbaring di ranjang no 5, suhu badannya 41o lebih sementara dia bersabar dan memuji Allah." Maka berkatalah ibu pasien no. 6 tentang ibu tersebut: "Wanita itu tidak waras dan tidak sadar."
 
Maka aku mengingat sebuah hadits Rasulullah Sholallohu `alaihi wa sallam yang indah lagi agung:
(طُوْبَى لِلْغُرَبَاِء)  "Beruntunglah orang-orang yang asing." Sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, akan tetapi keduanya menggoncangkan ummat. Selama 23 tahun bekerja di rumah sakit aku belum pernah melihat dalam hidupku orang sabar seperti ibu ini kecuali dua orang saja.
 
Selang beberapa waktu setelah itu ia mengalami gagal ginjal, maka kami katakan kepada sang ibu: "Tidak ada harapan kali ini, dia tidak akan selamat." Maka dia menjawab dengan sabar dan bertawakkal kepada Allah: "Alhamdulillah." Seraya meninggalkanku seperti biasa dan pergi.
 
Sekarang kami memasuki minggu terakhir dari bulan keempat, dan anak tersebut telah tersembuhkan dari keracunan. Kemudian saat memasuki pada bulan kelima, dia terserang penyakit aneh yang aku belum pernah melihatnya selama hidupku, radang ganas pada selaput pembungkus jantung di sekitar dada yang mencakup tulang-tulang dada dan seluruh daerah di sekitarnya. Dimana keadaan ini memaksaku untuk membuka dadanya dan terpaksa menjadikan jantungnya dalam keadaan terbuka. Sekiranya kami mengganti alat bantu, anda akan melihat jantungnya berdenyut di hadapan anda..
 
Saat kondisi anak tersebut sampai pada tingkatan ini aku berkata kepada sang ibu: "Sudah, yang ini tidak mungkin disembuhkan lagi, aku tidak berharap. Keadaannya semakin gawat." Diapun berkata: "Alhamdulillah." Sebagaimana kebiasaannya, tanpa berkata apapun selainnya.
 
Kemudian berlalulah 6,5 bulan, anak tersebut keluar dari ruang operasi dalam keadaan tidak berbicara, melihat, mendengar, bergerak dan tertawa. Sementara dadanya dalam keadaan terbuka yang memungkinkan bagi anda untuk melihat jantungnya berdenyut di hadapan anda, dan ibunyalah yang membantu mengganti alat-alat bantu di jantung putranya dengan penuh sabar dan berharap pahala.
 
Apakah anda tahu apa yang terjadi setelah itu?
Sebelum kukabarkan kepada anda, apakah yang anda kira dari keselamatan anak tersebut yang telah melalui segala macam ujian berat, hal gawat, rasa sakit dan beberapa penyakit yang aneh dan kompleks? Menurut anda kira-kira apa yang akan dilakukan oleh sang ibu yang sabar terhadap sang putra di hadapannya yang berada di ambang kubur itu? Kondisi yang dia tidak punya kuasa apa-apa kecuali hanya berdo'a, dan merendahkan diri kepada Allah Subhanaahu wa Ta`ala ?
 
Tahukah anda apa yang terjadi terhadap anak yang mungkin bagi anda untuk melihat jantungnya berdenyut di hadapan anda 2,5 bulan kemudian?
Anak tersebut telah sembuh sempurna dengan rahmat Allah Subhanaahu wa Ta`ala sebagai balasan bagi sang ibu yang shalihah tersebut. Sekarang anak tersebut telah berlari dan dapat menyalip ibunya dengan kedua kakinya, seakan-akan tidak ada sesuatupun yang pernah menimpanya. Dia telah kembali seperti sedia kala, dalam keadaan sembuh dan sehat.
 
Kisah ini tidaklah berhenti sampai di sini, apa yang membuatku menangis bukanlah ini, yang membuatku menangis adalah apa yang terjadi kemudian:
Satu setengah tahun setelah anak tersebut keluar dari rumah sakit, salah seorang kawan di bagian operasi mengabarkan kepadaku bahwa ada seorang laki-laki berserta istri bersama dua orang anak ingin melihat anda. Maka kukatakan kepadanya: "Siapakah mereka?" Dia menjawab, "tidak mengenal mereka."
 
Akupun pergi untuk melihat mereka, ternyata mereka adalah ayah dan ibu dari anak yang dulu kami operasi. Umurnya sekarang 5 tahun seperti bunga dalam keadaan sehat, seakan-akan tidak pernah terkena apapun, dan juga bersama mereka seorang bayi berumur 4 bulan.
 
Aku menyambut mereka, dan bertanya kepada sang ayah dengan canda tentang bayi baru yang digendong oleh ibunya, apakah dia anak yang ke-13 atau 14? Diapun melihat kepadaku dengan senyuman aneh, kemudian dia berkata: "Ini adalah anak yang kedua, sedang anak pertama adalah anak yang dulu anda operasi, dia adalah anak pertama yang datang kepada kami setelah 17 tahun mandul. Setelah kami diberi rizki dengannya, dia tertimpa penyakit seperti yang telah anda ketahui sendiri."
 
Aku tidak mampu menguasai jiwaku, kedua mataku penuh dengan air mata. Tanpa sadar aku menyeret laki-laki tersebut dengan tangannya kemudian aku masukkan ke dalam ruanganku dan bertanya tentang istrinya. Kukatakan kepadanya: "Siapakah istrimu yang mampu bersabar dengan penuh kesabaran atas putranya yang baru datang setelah 17 tahun mandul? Haruslah hatinya bukan hati yang gersang, bahkan hati yang  subur dengan keimanan terhadap Allah Subhanaahu wa Ta`ala ."
 
Tahukah anda apa yang dia katakan?
Diamlah bersamaku wahai saudara-saudariku, terutama kepada anda wahai saudari-saudari yang mulia, cukuplah anda bisa berbangga pada zaman ini ada seorang wanita muslimah yang seperti dia.
 
Sang suami berkata: "Aku menikahi wanita tersebut 19 tahun yang lalu, sejak masa itu dia tidak pernah meninggalkan shalat malam kecuali dengan udzur syar'i. Aku tidak pernah menyaksikannya berghibah (menggunjing), namimah (adu domba), tidak juga dusta. Jika aku keluar dari rumah atau aku pulang ke rumah, dia membukakan pintu untukku, mendo'akanku, menyambutku, serta melakukan tugas-tugasnya dengan segenap kecintaan, tanggung jawab, akhlak dan kasih sayang."
 
Sang suami menyempurnakan ceritanya dengan berkata: "Wahai dokter, dengan segenap akhlak dan kasih sayang yang dia berikan kepadaku, aku tidak mampu untuk membuka satu mataku terhadapnya karena malu." Maka kukatakan kepadanya: "Wanita seperti dia berhak mendapatkan perlakuan darimu seperti itu." Kisah selesai.
 
Kukatakan:
Saudara-saudariku, kadang anda terheran-heran dengan kisah tersebut, yaitu terheran-heran terhadap kesabaran wanita tersebut, akan tetapi ketahuilah bahwa beriman kepada Allah Subhanaahu wa Ta`ala dengan segenap keimanan dan tawakkal kepada-Nya dengan sepenuhnya, serta beramal shalih adalah perkara yang mengokohkan seorang muslim saat dalam kesusahan, dan ujian. Kesabaran yang demikian adalah sebuah taufik dan rahmat dari Allah Subhanaahu wa Ta`ala .
 
Allah Subhanaahu wa Ta`ala berfirman:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأمْوَالِ وَالأنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (١٥٥)الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (١٥٦)أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ (١٥٧)
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al-Baqarah: 155-157)
 
Nabi Sholallohu `alaihi wa sallam bersabda:
مَا يُصِيْبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَحُزْنٍ وَلاَ أَذىً وَلاَ غَمٍّ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلاَّ كَفَّرَ اللهُ بِهَا خَطاَيَاهُ
"Tidaklah menimpa seorang muslim dari keletihan, sakit, kecemasan, kesedihan tidak juga gangguan dan kesusahan, hingga duri yang menusuknya, kecuali dengannya Allah Subhanaahu wa Ta`ala akan menghapus kesalahan-kesalahannya." (HR. al-Bukhari (5/2137))
 
Maka, wahai saudara-saudariku, mintalah pertolongan kepada Allah Subhanaahu wa Ta`ala , minta dan berdo'alah hanya kepada Allah Subhanaahu wa Ta`ala terhadap berbagai kebutuhan anda sekalian.
 
Bersandarlah kepada-Nya dalam keadaan senang dan susah. Sesungguhnya Dia Subhanaahu wa Ta`ala adalah sebaik-baik pelindung dan penolong.
 
Mudah-mudahan Allah Subhanaahu wa Ta`ala membalas anda sekalian dengan kebaikan, serta janganlah melupakan kami dari do'a-do'a kalian.
رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ (١٢٦)
"Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu)." (QS. Al-A'raf: 126) (AR)*
 
sumber : http://qiblati.com/kisah-sabar-yang-paling-mengagumkan.html
 

Kisah Gadis Kecil Yang Shalihah

Oleh: Ummu Mariah Iman Zuhair
Aku akan meriwayatkan kepada anda kisah yang sangat berkesan ini, seakan-akan anda mendengarnya langsung dari lisan ibunya.
Berkatalah ibu gadis kecil tersebut:
Saat aku mengandung putriku, Afnan, ayahku melihat sebuah mimpi di dalam tidurnya. Ia melihat banyak burung pipit yang terbang di angkasa. Di antara burung-burung tersebut terdapat seekor merpati putih yang sangat cantik, terbang jauh meninggi ke langit. Maka aku bertanya kepada ayah tentang tafsir dari mimpi tersebut. Maka ia mengabarkan kepadaku bahwa burung-burung pipit tersebut adalah anak-anakku, dan sesungguhnya aku akan melahirkan seorang gadis yang bertakwa. Ia tidak menyempurnakan tafsirnya, sementara akupun tidak meminta tafsir tentang takwil mimpi tersebut.
Setelah itu aku melahirkan putriku, Afnan. Ternyata dia benar-benar seorang gadis yang bertakwa. Aku melihatnya sebagai seorang wanita yang shalihah sejak kecil. Dia tidak pernah mau mengenakan celana, tidak juga mengenakan pakaian pendek, dia akan menolak dengan keras, padahal dia masih kecil. Jika aku mengenakan rok pendek padanya, maka ia mengenakan celana panjang di balik rok tersebut.

Afnan senantiasa menjauh dari segenap perkara yang membuat murka Allah. Setelah dia menduduki kelas 4 SD, dia semakin menjauh dari segenap perkara yang membuat murka Allah. Dia menolak pergi ke tempat-tempat permainan, atau ke pesta-pesta walimah. Dia adalah seorang gadis yang perpegang teguh dengan agamanya, sangat cemburu di atasnya, menjaga shalat-shalatnya, dan sunnah-sunnahnya. Tatkala dia sampai SMP mulailah dia berdakwah kepada agama Allah. Dia tidak pernah melihat sebuah kemungkaran kecuali dia mengingkarinya, dan memerintah kepada yang ma'ruf, dan senantiasa menjaga hijabnya.
Permulaan dakwahnya kepada agama Allah adalah permulaan masuk Islamnya pembantu kami yang berkebangsaan Srilangka.

Ibu Afnan melanjutkan ceritanya:
Tatkala aku mengandung putraku, Abdullah, aku terpaksa mempekerjakan seorang pembantu untuk merawatnya saat kepergianku, karena aku adalah seorang karyawan. Ia beragama Nasrani. Setelah Afnan mengetahui bahwa pembantu tersebut tidak muslimah, dia marah dan mendatangiku seraya berkata: "Wahai ummi, bagaimana dia akan menyentuh pakaian-pakaian kita, mencuci piring-piring kita, dan merawat adikku, sementara dia adalah wanita kafir?! Aku siap meninggalkan sekolah, dan melayani kalian selama 24 jam, dan jangan menjadikan wanita kafir sebagai pembantu kita!!"

Aku tidak memperdulikannya, karena memang kebutuhanku terhadap pembantu tersebut amat mendesak. Hanya dua bulan setelah itu, pembantu tersebut mendatangiku dengan penuh kegembiraan seraya berkata: "Mama, aku sekarang menjadi seorang muslimah, karena jasa Afnan yang terus mendakwahiku. Dia telah mengajarkan kepadaku tentang Islam." Maka akupun sangat bergembira mendengar kabar baik ini.
Saat Afnan duduk di kelas 3 SMP, pamannya memintanya hadir dalam pesta pernikahannya. Dia memaksa Afnan untuk hadir, jika tidak maka dia tidak akan ridha kepadanya sepanjang hidupnya. Akhirnya Afnan menyetujui permintaannya setelah ia mendesak dengan sangat, dan juga karena Afnan sangat mencintai pamannya tersebut.

Afnan bersiap untuk mendatangi pernikahan itu. Dia mengenakan sebuah gaun yang menutupi seluruh tubuhnya. Dia adalah seorang gadis yang sangat cantik. Setiap orang yang melihatnya akan terkagum-kagum dengan kecantikannya. Semua orang kagum dan bertanya-tanya, siapa gadis ini? Mengapa engkau menyembunyikannya dari kami selama ini?

Setelah menghadiri pernikahan pamannya, Afnan terserang kanker tanpa kami ketahui. Dia merasakan sakit yang teramat sakit pada kakinya. Dia menyembunyikan rasa sakit tersebut dan berkata: "Sakit ringan di kakiku." Sebulan setelah itu dia menjadi pincang, saat kami bertanya kepadanya, dia menjawab: "Sakit ringan, akan segera hilang insya Allah." Setelah itu dia tidak mampu lagi berjalan. Kamipun membawanya ke rumah sakit.

Selesailah pemeriksaan dan diagnosa yang sudah semestinya. Di dalam salah satu ruangan di rumah sakit tersebut, sang dokter berkebangsaan Turki mengumpulkanku, ayahnya, dan pamannya. Hadir pula pada saat itu seorang penerjemah, dan seorang perawat yang bukan muslim. Sementara Afnan berbaring di atas ranjang.
Dokter mengabarkan kepada kami bahwa Afnan terserang kanker di kakinya, dan dia akan memberikan 3 suntikan kimiawi yang akan merontokkan seluruh rambut dan alisnya. Akupun terkejut dengan kabar ini. Kami duduk menangis. Adapun Afnan, saat dia mengetahui kabar tersebut dia sangat bergembira dan berkata: "Alhamdulillah… alhamdulillah… alhamdulillah." Akupun mendekatkan dia di dadaku sementara aku dalam keadaan menangis. Dia berkata: "Wahai ummi, alhamdulillah, musibah ini hanya menimpaku, bukan menimpa agamaku."

Diapun bertahmid memuji Allah dengan suara keras, sementara semua orang melihat kepadanya dengan tercengang!!

Aku merasa diriku kecil, sementara aku melihat gadis kecilku ini dengan kekuatan imannya dan aku dengan kelemahan imanku. Setiap orang yang bersama kami sangat terkesan dengan kejadian ini dan kekuatan imannya. Adapun penerjamah dan para perawat, merekapun menyatakan keislamannya!!
Berikutnya adalah perjalanan dia untuk berobat dan berdakwah kepada Allah.
Sebelum Afnan memulai pengobatan dengan bahan-bahan kimia, pamannya meminta akan menghadirkan gunting untuk memotong rambutnya sebelum rontok karena pengobatan. Diapun menolak dengan keras. Aku mencoba untuk memberinya pengertian agar memenuhi keinginan pamannya, akan tetapi dia menolak dan bersikukuh seraya berkata: "Aku tidak ingin terhalangi dari pahala bergugurannya setiap helai rambut dari kepalaku."

Kami (aku, suamiku dan Afnan) pergi untuk yang pertama kalinya ke Amerika dengan pesawat terbang. Saat kami sampai di sana, kami disambut oleh seorang dokter wanita Amerika yang sebelumnya pernah bekerja di Saudi selama 15 tahun. Dia bisa berbicara bahasa Arab. Saat Afnan melihatnya, dia bertanya kepadanya: "Apakah engkau seorang muslimah?" Dia menjawab: "Tidak."

Afnanpun meminta kepadanya untuk mau pergi bersamanya menuju ke sebuah kamar yang kosong. Dokter wanita itupun membawanya ke salah satu ruangan. Setelah itu dokter wanita itu kemudian mendatangiku sementara kedua matanya telah terpenuhi linangan air mata. Dia mengatakan bahwa sesungguhnya sejak 15 tahun dia di Saudi, tidak pernah seorangpun mengajaknya kepada Islam. Dan di sini datang seorang gadis kecil yang mendakwahinya. Akhirnya dia masuk Islam melalui tangannya.

Di Amerika, mereka mengabarkan bahwa tidak ada obat baginya kecuali mengamputasi kakinya, karena dikhawatirkan kanker tersebut akan menyebar sampai ke paru-paru dan akan mematikannya. Akan tetapi Afnan sama sekali tidak takut terhadap amputasi, yang dia khawatirkan adalah perasaan kedua orang tuanya.
Pada suatu hari Afnan berbicara dengan salah satu temanku melalui Messenger. Afnan bertanya kepadanya: "Bagaimana menurut pendapatmu, apakah aku akan menyetujui mereka untuk mengamputasi kakiku?" Maka dia mencoba untuk menenangkannya, dan bahwa mungkin bagi mereka untuk memasang kaki palsu sebagai gantinya. Maka Afnan menjawab dengan satu kalimat: "Aku tidak memperdulikan kakiku, yang aku inginkan adalah mereka meletakkanku di dalam kuburku sementara aku dalam keadaan sempurna." Temanku tersebut berkata: "Sesungguhnya setelah jawaban Afnan, aku merasa kecil di hadapan Afnan. Aku tidak memahami sesuatupun, seluruh pikiranku saat itu tertuju kepada bagaimana dia nanti akan hidup, sedangkan fikirannya lebih tinggi dari itu, yaitu bagaimana nanti dia akan mati."

Kamipun kembali ke Saudi setelah kami amputasi kaki Afnan, dan tiba-tiba kanker telah menyerang paru-paru!!

Keadaannya sungguh membuat putus asa, karena mereka meletakkannya di atas ranjang, dan di sisinya terdapat sebuah tombol. Hanya dengan menekan tombol tersebut maka dia akan tersuntik dengan jarum bius dan jarum infus.

Di rumah sakit tidak terdengar suara adzan, dan keadaannya seperti orang yang koma. Tetapi hanya dengan masuknya waktu shalat dia terbangun dari komanya, kemudian meminta air, kemudian wudhu` dan shalat, tanpa ada seorangpun yang membangunkannya!!

Di hari-hari terakhir Afnan, para dokter mengabari kami bahwa tidak ada gunanya lagi ia di rumah sakit. Sehari atau dua hari lagi dia akan meninggal. Maka memungkinkan bagi kami untuk membawanya ke rumah. Aku ingin dia menghabiskan hari-hari terakhirnya di rumah ibuku.

Di rumah, dia tidur di sebuah kamar kecil. Aku duduk di sisinya dan berbicara dengannya.
Pada suatu hari, istri pamannya datang menjenguk. Aku katakan bahwa dia berada di dalam kamar sedang tidur. Ketika dia masuk ke dalam kamar, dia terkejut kemudian menutup pintu. Akupun terkejut dan khawatir terjadi sesuatu pada Afnan. Maka aku bertanya kepadanya, tetapi dia tidak menjawab. Maka aku tidak mampu lagi menguasai diri, akupun pergi kepadanya. Saat aku membuka kamar, apa yang kulihat membuatku tercengang. Saat itu lampu dalam keadaan dimatikan, sementara wajah Afnan memancarkan cahaya di tengah kegelapan malam. Dia melihat kepadaku kemudian tersenyum. Dia berkata: "Ummi, kemarilah, aku mau menceritakan sebuah mimpi yang telah kulihat." Kukatakan: "(Mimpi) yang baik Insya Allah." Dia berkata: "Aku melihat diriku sebagai pengantin di hari pernikahanku, aku mengenakan gaun berwarna putih yang lebar. Engkau, dan keluargaku, kalian semua berada disekelilingku. Semuanya berbahagia dengan pernikahanku, kecuali engkau ummi."

Akupun bertanya kepadanya: "Bagaimana menurutmu tentang tafsir mimpimu tersebut." Dia menjawab: "Aku menyangka, bahwasannya aku akan meninggal, dan mereka semua akan melupakanku, dan hidup dalam kehidupan mereka dalam keadaan berbahagia kecuali engkau ummi. Engkau terus mengingatku, dan bersedih atas perpisahanku." Benarlah apa yang dikatakan Afnan. Aku sekarang ini, saat aku menceritakan kisah ini, aku menahan sesuatu yang membakar dari dalam diriku, setiap kali aku mengingatnya, akupun bersedih atasnya.
Pada suatu hari, aku duduk dekat dengan Afnan, aku, dan ibuku. Saat itu Afnan berbaring di atas ranjangnya kemudian dia terbangun. Dia berkata: "Ummi, mendekatlah kepadaku, aku ingin menciummu." Maka diapun menciumku. Kemudian dia berkata: "Aku ingin mencium pipimu yang kedua." Akupun mendekat kepadanya, dan dia menciumku, kemudian kembali berbaring di atas ranjangnya. Ibuku berkata kepadanya: "Afnan, ucapkanlah la ilaaha illallah."
Maka dia berkata: "Asyhadu alla ilaaha illallah."
Kemudian dia menghadapkan wajah ke arah qiblat dan berkata: "Asyhadu allaa ilaaha illallaah." Dia mengucapkannya sebanyak 10 kali. Kemudian dia berkata: "Asyhadu allaa ilaaha illallahu wa asyhadu anna muhammadan rasuulullaah." Dan keluarlah rohnya.

Maka kamar tempat dia meninggal di dalamnya dipenuhi oleh aroma minyak kasturi selama 4 hari. Aku tidak mampu untuk tabah, keluargaku takut akan terjadi sesuatu terhadap diriku. Maka merekapun meminyaki kamar tersebut dengan aroma lain sehingga aku tidak bisa lagi mencium aroma Afnan. Dan tidak ada yang aku katakan kecuali alhamdulillahi rabbil 'aalamin. (AR)*

http://qiblati.com/kisah-gadis-kecil-yang-shalihah.html
 

Bulan Memang Pernah Terbelah

Dibalik Proyek Amerika Yang Menghabiskan 1 Milyar U$ Ternyata Kebenaran Islam Yang Terungkap

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ
“Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan”. (QS al Qomar: 1)
Yang menarik adalah ayat diatas menjadi sebab Islamnya seseorang yang nantinya akan menjadi ketua Hizib Islami Britani. Bagaimanakah ceritanya? Ikuti ulasan berikut ini.

Dalam wawancara televisi dengan seorang pakar geologi muslim Prof. Dr. Zaqhlul An-Najar, pembawa acara bertanya kepada beliau tentang ayat diatas: “Apakah terdapat i’jaz ilmi (kemukjizatan yang bersifat sains) yang terkandung didalam ayat diatas?  Dr. Zaqhlul memberikan jawaban dengan mengatakan: “Berkenaan dengan ayat ini, aku  mempunyai sebuah cerita. Sejak beberapa waktu lamanya aku menjadi tenaga pengajar di Universitas Chardif di bagian barat Inggris. Yang datang mengikuti perkuliahaanku terdiri dari muslim dan non muslim. Pernah suatu ketika terjadi diskusi yang menarik tentang i’jaz ilmi dalam al-Qur`an. Ditengah-tengah diskusi, ada seorang pemuda muslim berdiri dan mengatakan: “Tuan, apakah anda melihat bahwa didalam firman Allah “Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan” terdapat isyarat i’jaz ilmi dalam al-Qur`an?” Dr. Zaqhlul mengatakan: “Tidak, karena i’jaz ilmi ditafsiri oleh ilmu (sains).

Sedangkan mukjizat, ilmu (sains) itu tidak mampu menafsirinya, karena mukjizat adalah suatu perkara luar biasa yang tidak dapat ditafsiri oleh hukum alam (hukum kausalitas). Terbelahnya rembulan adalah mukjizat, yang terjadi untuk Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan bersaksi tentang kenabian dan kerasulannya. Mukjizat visual adalah bukti nyata bagi orang yang menyaksikannya. Seandainya hal itu tidak datang dalam kitab Allah dan sunnah Rarul-Nya tentu kita umat Islam di abad ini tidak wajib mengimaninya. Akan tetapi kita mengimaninya karena telah datang keterangannya didalam kitab Allah dan didalam sunnah Rasul-Nya dan karena Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.


Mukjizat Kenabian

Dr. Zaqhlul kemudian menyampaikan terbelahnya rembulan sebagaimana yang terdapat dalam kitab-kitab hadits. Dia mengatakan lima tahun sebelum Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berhijrah dari Makkah ke Madinah, ada sekelompok orang Quraisy yang datang menemui beliau dan mengatakan: “Hai Muhammad, jika engkau benar-benar seorang Nabi dan Rasul maka datangkanlah bukti yang menunjukkan bahwa engkau memang benar-benar seorang Nabi dan Rasul.” Maka Nabi bertanya kepada mereka: “Apa yang kalian inginkan?” Mereka berkata dengan tujuan melemahkan dan menantang: “Belahlah untuk kami rembulan itu!” Nabi lantas berdiri beberapa saat. Beliau berdoa kepada Allah agar memberikan pertolongan untuknya dalam situasi ini. Allah lantas memberikan ilham kepada beliau untuk berisyarat dengan menggunakan jari tangan beliau kearah rembulan. Tiba-tiba rembulan tersebut terbelah menjadi dua bagian. Satu bagian menjauh dari bagian yang lain selama beberapa jam kemudian menyatu kembali.

Maka orang kafir berkomentar: “Muhammad telah menyihir kita.” Akan tetapi orang-orang yang cerdas diantara mereka mengatakan: “Sesungguhnya sihir itu terkadang dapat mempengaruhi orang-orang yang menyaksikannya dan tidak dapat mempengaruhi seluruh manusia. Maka tunggulah rombongan yang akan datang dari perjalanan.” Maka orang-orang kafir bergegas keluar menuju tempat-tempat keluarnya kota Makkah untuk menunggu orang-orang yang datang dari perjalanan. Ketika rombongan pertama datang orang kafir menanyakan kepada mereka: “Apakah kalian membuat sesuatu yang aneh telah terjadi pada rembulan itu?” Mereka menjawab: “Ya, benar. Pada malam fulaniah kami melihat rembulan itu telah terbelah menjadi dua dan saling berjauhan satu dari yang lain kemudian kembali menyatu.” Maka berimanlah sebagian dari mereka orang yang beriman dan kafirlah orang yang tetap kafir.
Oleh karena itu Allah berfirman dalam kitabnya:

اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ . وَإِنْ يَرَوْا آيَةً يُعْرِضُوا وَيَقُوْلُوا سِحْرٌ مُسْتَمِرٌّ . وَكَذَّبُوا وَاتَّبَعُوا أَهْوَاءَهُمْ وَكُلُّ أَمْرٍ مُسْتَقِرٌّ
“Telah dekat (datangnya) saat itu, dan telah terbelah bulan. Dan jika (orang-orang musyrikin) melihat sesuatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata: “(ini adalah) sihir yang terus menerus.” Dan mereka mendustakan (Nabi) dan mengikuti hawa nafsu mereka, sedang tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya.” (QS Al-Qamar ayat 1-3)

Kisah Nyata

Doktor Zaqhlul melanjutkan penjelasannya dengan mengatakan: “Dan sesudah aku mengakhiri penjelasanku, maka ada seorang pemuda Inggris muslim berdiri dia memperkenalkan dirinya: “Aku bernama Dawud Musa Bidcook, Ketua Hizib Islami Britani”. Setelah itu dia mengatakan: “Tuan, bolehkah aku memberi keterangan tambahan?” Aku Jawab: “Silahkan.” Dia berkata: “Sebelum memeluk Islam saya mempelajari banyak berbagai agama. Satu hari ada seorang mahasiswa muslim memberikan hadiah kepadaku berupa terjemahan Al-Qur’an. Aku berterima kasih kepadanya karena hadiah tersebut. Lalu buku terjemah Al Qur’an tersebut aku bawa pulang kerumah. Saat aku  membuka buku terjemah Al-Qur’an itu, surat yang pertama kali aku baca adalah surat Al-Qomar. Aku membaca ayat:
اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ
Maka saya katakan: “Apakah ucapan ini masuk akal? Apa mungkin rembulan itu terbelah kemudian menyatu kembali? Kekuatan apakah yang mampu melakukan itu?” Maka pemuda tadi mengatakan: “Ayat ini membuatku tidak dapat melanjutkan membaca al-Qur`an dan akupun tersibukkan dengan urusan dunia. Akan tetapi Allah mengetahui seberapa jauh keikhlasanku dalam mencari kebenaran. Maka Tuhanku mendudukkan aku didepan televisi Inggris yang disana ada acara dialog antara komentator Inggris dengan tiga ilmuwan ruang angkasa Amerika. Pembawa acara ini memberikan komentar miring terhadap tiga pakar tersebut karena telah menghabiskan uang dalam jumlah besar untuk perjalanan keruang angkasa pada saat bumi dipenuhi berbagai problematika kelaparan, kemiskinan, timbulnya berbagai penyakit, dan keterbelakangan. Sang komentator mengatakan: “Seandainya biaya yang demikian banyak itu dihabiskan untuk memakmurkan bumi tentu lebih bermanfaat”. Akan tetapi tiga pakar tersebut tetap membela pendapat-pendapatnya dengan mengatakan sesungguhnya teknologi ini bisa bermanfaat secara praktis dalam berbagai aspek kehidupan, bisa bermanfaat dalam ilmu kedokteran, industri dan pertanian. Jadi biaya yang demikian besar itu bukanlah harta yang dihambur-hamburkan dengan percuma akan tetapi biaya tersebut membantu perkembangan teknologi yang maju untuk mewujudkan tujuan yang mulia.”

Disela-sela dialog tersebut muncul penyebutan tentang perjalanan yang mendaratkan seseorang astronot diatas permukaan rembulan. Karena pendaratan tersebut adalah perjalanan ruang angkasa yang paling banyak memakan biaya, ia telah menghabiskan lebih dari 100 milyar US$, maka dengan nada tinggi, komentator Inggris mengatakan: “Kebodohan macam apa ini? 100 milyar US$ hanya untuk mendaratkan seorang ilmuwan Amerika diatas bulan?” Mereka menjawab: “Tidak, tujuannya bukan untuk mendaratkan ilmuwan Amerika diatas bulan, tapi kami mempelajari susunan bulan bagian dalam. Dan kamipun telah menemukan sebuah fakta ilmiah, seandainya kita menghabiskan biaya berkali-kali lipat daripada ini untuk membuat orang percaya terhadap fakta tersebut, tentu tidak ada orang yang mempercayai kami.” Maka sang komentator mengatakan: “Fakta apa itu?” Mereka menjawab: “Rembulan ini pernah terbelah pada suatu hari kemudian menyatu kembali.” Komentator bertanya: “Bagaimana kalian mengetahui hal itu?” Mereka menerangkan: “Kami mendapatkan sebuah sabuk dari bebatuan yang membelah rembulan dari permukaannya hingga kebagian dalamnya. Kami lantas berembuk dengan para pakar ilmu tanah dan geologi dan mereka mengatakan hal tersebut tidak mungkin terjadi kecuali jika rembulan pernah terbelah kemudian menyatu lagi.”
Dawud Musa Bidcook lalu  mengatakan: “Maka saya segera meloncat dari kursi tempat duduk saya dan saya katakan: “Sebuah mukjizat terjadi untuk Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pada 1400 tahun yang lalu. Allah Subhanahu wa Ta’ala menundukkan orang-orang Amerika untuk membelanjakan lebih dari 100 Milyar US$ guna menetapkan kebenaran mukjizat itu untuk umat Islam?! Kalau begitu, pasti agama ini adalah agama yang haq.” Pemuda itu melanjutkan perkataannya: “Maka sayapun segera kembali ke mushaf dan langsung membaca surat al-Qomar, dan surat itulah yang menjadi pintu masuknya Islam kedalam hatiku.
الحمد لله رب العالمين

(Majalah Qiblati Th. I Ed. 5)
sumber : http://qiblati.com/bulan-memang-pernah-terbelah.html
 

Pendeta Sily : Karena Tidak Bisa Menjawabnya, Maka Aku Menyatakan Diri Masuk Islam

Oleh Hasyim Sarhan
Kisah ini adalah kisah yang menakjubkan seputar hidayah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kalau sekiranya saya tidak mengalami dan mendengarnya langsung, niscaya tidak ada seorangpun yang saya percayai. Kisah ini bermula ketika saya menjadi Direktur Rabithah Al ‘Alam Al Islamy di Johannesburg Afrika Selatan.

Peristiwa ini terjadi pada tahun 1996 ketika musim dingin. Keadaan hari itu diliputi mendung dan angin yang kencang. Ketika saya menunggu kedatangan seseorang yang sudah ada janji sebelumnya, maka istriku menyiapkan hidangan makan siang untuk menghormatinya. Janji tersebut  adalah dengan seseorang yang memiliki hubungan kekerabatan dengan mantan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela. Orang tersebut adalah seorang penginjil; penyebar agama Nashrani, ia adalah seorang pendeta bernama Sily. Pertemuan dengan Sily ini dimediatori oleh Sekretaris Kantor Robithoh Abdul Kholiq, dimana ia memberitahukan kepada saya bahwa ada seorang pendeta yang ingin datang ke kantor Robithoh untuk urusan penting. Dan pada hari yang telah ditentukan itulah ia hadir dengan ditemani seseorang yang bernama Sulaiman, ia mantan petinju yang telah menjadi anggota dewan tinju setelah Allah memberinya petunjuk kepada Islam. Kemudian saya menemui mereka semua di kantor saya dan berbahagia dengan ini semua.
Sily ini orang yang berperawakan pendek, kulitnya hitam dan senantiasa tersenyum. Dia duduk di depan saya dan mulai berbicara dengan dipenuhi kelembutan. Saya bertanya kepadanya: “Wahai saudaraku Sily! Bisakah anda menceritakan kisah anda ketika memeluk Islam?” Tersenyumlah Sily dan  berujar: “Dengan senang hati!” Saya berkata: “Dengarlah wahai saudaraku sekalian!”.

Sily memulai ceritanya:
“Dulu saya adalah seorang pendeta aktif, saya mengabdikan diri saya ke gereja dengan sungguh-sungguh dan senang hati. Tidak cukup hanya itu saja, bahkan saya termasuk pembesar gerakan kristenisasi di Afrika Selatan. Karena keaktifan saya itulah akhirnya saya dipilih oleh Vatikan untuk mengemban amanat kristenisasi dengan sokongan dana dari sana. Maka saya senantiasa mengambil dana yang dikirim dari sana untuk tujuan ini. Saya juga menjadikan semua cara yang dapat mengantarkan kepada tujuan. Seringkali saya melakukan kunjungan ke kampus-kampus, sekolah-sekolah, rumah sakit-rumah sakit, desa-desa dan bahkan hutan-hutan. Saya bagikan uang itu kepada mereka dalam berbagai bentuk bantuan, pemberian, hadiah dan sedekah, agar sampai ke tujuan yang saya inginkan dan manusia masuk ke agama Kristen. Adapaun sokongan dari gereja sangat melimpah, sehingga jadilah saya orang kaya. Saya memiliki rumah, kendaraan, gaji tetap dan kedudukan yang terhormat diantara para pendeta.

Pada suatu hari saya pergi untuk membeli beberapa hadiah di pusat perbelanjaan di negara saya. Di pasar saya menemui seseorang yang memakai peci, ia seorang pedagang yang menjual hadiah-hadiah (souvenir), sedangkan saya menggunakan pakaian kebesaran pendeta yang panjang dengan mutiara putih yang membedakan dengan orang yang lain. Orang tersebut mulai menawarkan hadiah-hadiah terbaik. Dan saya tahu kalau ia adalah seorang muslim. Kami di Afrika Selatan menyebut agama Islam sebagai agama India, kami tidak mengatakan agama Islam -karena kebanyakan pemeluknya berasal dari India-. Sesudah saya membeli apa yang saya inginkan, sebelum memperangkap orang yang sederhana tersebut, sebagaimana biasanya kami selalu menipu orang-orang fakir di kalangan kaum muslimin di Afrika Selatan, dengan agama Nashrani dan memberinya bantuan.

Tiba-tiba pedagang tersebut bertanya: “Anda pendeta bukan?”, saya menjawab: “Benar”. Kemudian ia bertanya siapa tuhan saya, saya menjawab: “al-Masih adalah tuhan saya”. Ia bertanya lagi: “Bisakah anda menunjukkan kepada saya satu ayat saja dalam injil yang menyatakan dengan lisan al-Masih sendiri bahwa ia berkata: “Saya Allah atau saya adalah anak Allah, maka sembahlah saya!” Mendengar pertanyaan itu seolah-olah saya disambar petir, saya tidak bisa menjawabnya. Saya berusaha untuk mengingat-ingat apa yang pernah saya baca dari kitab Injil dan kitab-kitab agama Nashrani, tetapi saya tidak menemukan jawaban yang memuaskan. Tidak ada satupun disana ayat yang bersumber dari lisan al-Masih yang mengatakan bahwa ia adalah Allah atau anak Allah. Maka tangan saya lemas dan saya dipenuhi kesedihan yang mendalam hingga dada saya sesak. Bagaimana pertanyaan semacam ini tidak pernah terpikirkan oleh saya?

Kemudian saya meninggalkan orang tersebut dan saya menutupi wajah saya. Saya tidak mengetahui keadaan diri saya sendiri kecuali saya terus berjalan dan tidak menoleh kearah manapun. Kemudian saya berjanji untuk meneliti masalah ini walaupun hal ini memberatkan saya. Akan tetapi saya lemah dan kalah. Kemudian saya pergi ke dewan gereja dan saya meminta semua anggotanya dikumpulkan. Ketika sudah berkumpul, saya memberitahukan kepada mereka semua apa yang telah saya alami. Akhirnya mereka semua menyerang saya dan berkata: “Orang India itu telah menipumu. Ia ingin menyesatkanmu dengan agama India mereka”. Kemudian saya menimpali: “Kalau demikian, jawablah pertanyaan saya!” Akhirnya mereka saling bertanya dan tidak ada satupun yang menjawab.

Ketika hari Ahad tiba, waktu dimana saya harus menyampaikan khutbah di gereja, saya berusaha berbicara di depan jamaah namun tidak kuasa. Orang-orang tertegun melihat saya terdiam dan tidak berbicara. Kemudian saya keluar dan meminta kepada teman saya yang lain untuk menggantikan tugas saya. Saya memberitahukan jika saya sakit, padahal tidak demikian, justru saya tersiksa dan bingung terhadap diri sendiri. Akhirnya saya pulang ke rumah dalam keadaan bingung, lalu saya memasuki tempat yang kecil di rumahku, kemudian duduk dan mengambil nafas kuat-kuat. Lalu saya mengangkat pandanganku keatas, kemudian berdo’a. Tapi saya bingung akan berdo’a kepada siapa? Kemudian saya arahkan doa saya kepada yang saya yakini, Allah sebagai sang Pencipta. Dan berujar dalam do’a saya itu:

 “Rabbi…Penciptaku! Bagiku semua pintuku telah tertutup selain daripada pintu-Mu, janganlah Engkau mengharamkanku untuk mengetahui kebenaran, di manakah kebenaran, di manakah yang sebenarnya? Wahai Penciptaku! Jangalah membiarkanku dalam kebingungan, tunjukkanlah kepadaku yang benar!”

Kemudian saya mengantuk dan akhirnya tertidur. Ketika tidur itulah saya bermimpi berada di suatu aula yang besar, tidak ada seorangpun di dalamnya. Tetapi di tengahnya saya melihat ada punggung seseorang, namun tidak jelas karena adanya cahaya disekitarnya. Aku mengira itu adalah Allah yang mengajakku berbicara untuk menunjukkan kepadaku kebenaran. Tetapi yang aku yakini ia adalah seseorang yang bercahaya. Kemudian orang tersebut menunjuk kepadaku dan menyeru: “Hai Ibrahim!” Aku melihat sekitarku untuk melihat siapa yang dimaksud dengan Ibrahim, namun aku tidak mendapati seseorang bersamaku di aula tersebut. Orang itu berkata kepadaku: “Anda Ibrahim, nama anda Ibrahim. Lihat di sebelah kanan anda!” Kemudian saya melihat kanan saya, disana ada seseorang yang berpakaian putih. Orang itu melanjutkan ucapannya: “Ikutilah ia untuk mengetahui kebenaran!” Kemudian saya terbangun dan saya merasa bahagia sekali.

Akhirnya saya berketetapan hati untuk melakukan perjalanan, perjalanan mencari kebenaran, sebagaimana yang telah ditunjukkan kepadaku dalam mimpiku. Dan saya yakin bahwa ini semua merupakan bimbingan dari Allah. Maka saya mengambil upah dari pekerjaan saya dan kemudian melakukan perjalanan. Saya senantiasa mencari dan bertanya seseorang yang memakai pakaian putih hingga pencarian dan perjalanan saya berlangsung lama. Hingga tibalah pencarian saya di kota Johannesburg. Kemudian saya mendatangi kantor penerimaan Lajnah Muslim Afrika, dan saya bertanya kepada karyawan resepsionis: “Bukankah anda memiliki tempat ibadah yang dekat dari sini?” Kemudian ia menunjukkan tempat tersebut dan saya menuju ke sana. Ketika saya dalam masa penantian, tiba-tiba di pintu masjid berdiri seorang laki-laki berpakaian putih yang membuat hati saya senang, karena ia sama dengan yang saya lihat dalam mimpi saya. Saya arahkan pandangan saya dan saya senang melihatnya. Kemudian orang tersebut memanggil saya sebelum saya mengucapkan sepatah katapun: “Marhaban Wahai Ibrahim!” Saya kaget dengan apa yang saya dengar. Orang itu mengetahui nama saya sebelum saya mengenalkan diri saya sendiri. Orang tersebut melanjutkan ucapakannya: “Saya telah melihat anda di dalam mimpi saya bahwa anda ingin mengetahui kebenaran. Dan yang benar adalah agama yang telah diridhoi Allah untuk hamba-Nya adalah Islam.” Kemudian saya memeluk laki-laki itu dan ia pun menyambutnya serta mengucapkan selamat atas nikmat Allah kepada saya untuk mengetahui kebenaran.

Ketika datang waktu shalat Zhuhur, orang tersebut mempersilakan saya untuk duduk di bagian belakang masjid. Kemudian ia shalat bersama dengan orang-orang yang berada di sana. Mereka semua ruku’ dan sujud kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kemudian saya berkata kepada diri saya sendiri: “Demi Allah, ini adalah agama yang benar! saya telah membaca dalam kitab-kitab bahwa para nabi dan para rasul menundukkan dahi mereka ke bumi untuk sujud kepada Allah”.
Selesai shalat, hati saya menjadi tenang atas apa yang telah saya lihat dan dengar. Saya pun berkata lagi: “Demi Allah, Allah telah menunjukkah kepadaku agama yang benar!” Orang itupun memanggilku untuk memberitahukan keislamanku, akhirnya aku mengucapkan dua kalimat syahadat, dan aku menangis dengan tangisan kebahagian atas nikmat Allah berupa hidayah-Nya.”

Dan kami berkata dengan lisan pedagang tersebut menantang semua  orang Nashrani agar mendatangkan satu ayat dalam injil, yang dikatakan oleh al-Masih sendiri bahwa dia mengatakan: “Aku adalah Allah atau anak Allah, maka sembahlah aku!” niscaya mustahil  ia bisa menjawabnya. (AZ)

sumber : http://qiblati.com/pendeta-sily-karena-tidak-bisa-menjawabnya-maka-aku-menyatakan-diri-masuk-islam.html
 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. abu-uswah - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger