skip to main |
skip to sidebar
Kisah
ini terjadi di sebuah kampung di sebelah barat kerajaan Saudi Arabia
Dikisahkan sendiri oleh Syeikh Ibrahim Bubastit dalam “Qashash
Mumayyizah”. Beliau menuturkan,
“Kami memasuki kampung itu. Tak ada tanda-tanda sentuhan kemodernan.
Sebuah kampung terpencil dengan bangunan yang sederhana. Kami menelusuri
tanjakan jalan menuju masjid di kampung itu. Hingga sampailah kami di
tempat itu, di masjid…tempat dimulainya kisah ini.
Tatkala
kami sampai di masjid, kami dapati di sisi depan pintu terdapat batu
besar yang diikat dengan sebuah tali. Tahukah Anda, tali apakah itu?
Satu ujungnya terikat di batu, sementara ujung tali yang lain memanjang
dan tidak kelihatan ujung tali yang lain karena jauh.
Kami
mulai menyusuri tali tersebut untuk mencari tahu, sampai di mana ujung
tali yang satunya. Cobalah Anda terka, di manakah ujung tali itu
berakhir? Tali itu terhampar memanjang di atas tanah. Setelah kira-kira
enam menit kami mengikuti arah tali tersebut dengan mobil, subhanallah,
kami menemukan tempat di mana ujung tali itu berakhir.
Ternyata, tali panjang itu berujung di sebuah rumah tua yang hanya
terdiri dari satu kamar dan tempat air. Di rumah tersebut kami bertemu
dengan pemiliknya, yakni seorang kakek tua yang kedua matanya tak lagi
bisa melihat. Umurnya kira-kira 85 tahun. Dia adalah seorang kakek buta
yang rajin beribadah.
Tatkala kami bertanya, “Wahai kakek,
beritahu kami, apa rahasia dari tali yang memanjang dari masjid hingga
rumah Kakek ini?” Maka dengarkanlah jawaban yang membekas di hati setiap
mukmin ini. Kakek itu menjawab, “Wahai anakku, ini adalah tali yang
menunjukkan jalanku untuk shalat lima waktu. Ketika masuk waktu shalat,
aku pegang tali ini, lalu saya keluar rumah ini menuju masjid dengan
memegangi tali ini.
Begitu pula tatkala aku pulang dari
masjid, karena tidak ada yang menuntunku untuk ke masjid.” Allahu Akbar!
Kami pun melihat bekas yang sangat ketara pada teapak tangannya yang
secara rutin bergesekan dengan tali yang dipegangnya?”
Lantas di manakah orang-orangyang kuat fisiknya? Yang sehat kedua
matanya, yang kokoh kedua kakinya, serta orang yang memiliki kendaraan
untuk hilir mudik, adakah alasan bagi mereka untuk meninggalkan shalat
jamaah di masjid? Wallahul muwaffiq. (Abu Umar Abdillah)
Related Post:
Posting Komentar
hampir semua postingan ini merupakan hasil copy paste dari blog lain. namun kami sertakan link rujukan asli tulisan tersebut. jika ada yang keberatan mohon konfirmasinya. kami akan segera menghapus postingan tersebut