HIDUP BIJAK BERSAMA ISTRI


 Suamiku sering menyebut-nyebut kelebihan wanita lain di depanku. Seolah-olah dia menyesal menikah denganku...,” ujar seorang  ummahat . Tampak kesedihan terpancar dari wajahnya. Dan, kedua matanya pun berkaca-kaca.
Memang, ada kalanya seorang suami tidak puas dengan  keadaan istrinya. Ia selalu mengingat kekurangan istrinya, dan membandingkannya dengan wanita lain.

Boleh jadi kekurangan istri dirasa cukup berat bagi suami, akan tetapi dalam waktu yang sama, sang istri sesungguhnya juga memiliki banyak kelebihan atau keistimewaan, serta sekian banyak sifat yang terpuji. Ini semua menuntut sang suami untuk perlahan-lahan dan berhatihhati di dalam mengambil sikap. Jangan sampai ia menilai dan meghukum istrinya hanya melalui aib-aibnya saja, akan tetapi ia harus melihat kebaikan dan keburukannya, serta kelebihan dan kekurangannya secara bersamaan. Janganlah ia memberikan keputusan berdasarkan satu sudut pandang saja.

Janganlahia membenci istri karena satu perilaku yang menjadi bagian dari tabiatnya.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,
وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَتَعَدَّ حُدُودَهُ يُدْخِلْهُ نَارًا خَالِدًا فِيهَا وَلَهُ عَذَابٌ مُهِينٌ (١٤)

“ ... Dan bergaullah dengan mereka secara patut, kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (Al-Nisa':19)

Oleh karena itu, janganlah seorang suami membenci istrinya karena perilaku tertentu. Sekali-kali jangan! Nabi Sallallhu ‘alaihi Wasallam bersabda, “Janganlah seorang mukmin itu membenci seorang mukminah. Jika ia benci kepada satu perilaku, maka ia akan puas dengan perilaku yang lainnya.” (Riwayat Muslim)

Hendaklah sang suami itu sadar,bahwa ia tidak akan mendapatkan seorang istri yang bebas dari kekurangan. Boleh jadi istrinya itu, dengan segala kekurangan yang ada, tetap lebih baik daripada sekian wanita lainnya, hanya saja ia tidak melihat kekurangan atau aib wanita lainnya itu.
Jika engkau ingin mengenal hal itu, peganglah kertas dan pena, dan
tulislah kelebihanhkelebihan istrimu dan kekurangan-kekurangannya,
tentu engkau akan melihat bahwa kelebihannya jauh lebih banyak
daripada kekurangannya.
Ketahuilah, bahwa dalam kehidupan rumah tangga ini tidak memungkinkan
bagimu untuk mendapatkan seorang istri yang seratus persen sesuai
dengan kriteria yang engkau inginkan. Sudah tentu terdapat perbedaan
karakter, dan sudah tentu pula bahwa engkau akan melihat sesuatu
yang mengagumkanmu dan sesuatu yang tidak menyenangkanmu.

Ketahuilah hai para suami, istrimu tidak dan tidak akan seratus persen
sebagaimana yang engkau inginkan. Sebab, ia menerima pendidikan yang
berbeda dengan pendidikan yang engkau dapatkan, serta memiliki
tabiat yang berbeda dengan tabiat yang ada pada dirimu.

Terkadang ia memang mirip denganmu dalam beberapa hal,
namun berbeda dalam hal lainnya. Oleh karena itu, terimalah kenyataan
ini. Janganlah engkau melawan kehidupan dan hendak mengalahkan
tabiat yang sudah mengakar, karena tidak mudah mengubahnya. Sekalipun hal itu mungkin, akan tetapi jelas memerlukan waktu yang cukup panjang, kesabaran yang mendalam, latihan secara terushmenerus, nafas yang panjang dan jiwa yang tabah.

Hargai Pendapatnya Selain kurang bersabar terhadap kekurangannya, kadang para suami suka melecehkan akal para istrinya dan cara dia dalam berpikir. Suami yang melakukan hal seperti ini sebenarnya hanya menyebarkan keletihan dan tidak mencari kebahagiaan rumah tangga.

Demikian juga, ia adalah seorang suami yang tidak pantas mendapatkan penghormatan dari istrinya, karena yang namanya penghormatan itu adalah sesuatu yang bersifat timbal balik. Sepanjang engkau tidak menghormati orang lain, maka orang tersebut tidak akan menghormatimu, kecuali jika engkau mau hormat kepadanya.

Seorang istri yang merasakan bahwa suaminya melakukan hal seperti ini, yaitu pelecehan terhadap akalnya dan caranya dalam berpikir, maka istri tersebut tidak akan memberikan cintanya kepada suaminya.

Ada persoalan yang dipahami secara keliru oleh kaum laki-laki. Yaitu bahwa mereka menganggap akal wanita itu lemah dan kurang cerdas, serta
cara berpikirnya bengkok, kurang lurus. Dan bahwa ia tidak mungkin
memiliki pendapat yang lurus.

Pendapat dan anggapan seperti ini sama sekali tidak ada dasarnya, dan
jelas tidak benar. Sumbernya adalah pemahaman yang keliru mengenai
beberapa hadits yang berbicara mengenai masalah ini. Misalnya adalah
hadits yang menyebutkan bahwa mereka adalah "Orang-orang yang
kurang akal dan agamanya." Redaksi hadits seperti ini dipahami secara
keliru oleh sebagian orang. Mereka memahami bahwa kurangnya akal
di sini adalah kurangnya kecerdasan atau kebengkokan dalam berpikir. Ini
jelas keliru. Yang dimaksudkan di sini adalah sifat lupanya kaum wanita
lebih banyak daripada lelaki. Hal itu disebabkan karena ada banyak hal
yang dialami oleh kaum wanita yang membuatnya mudah lupa, terlebih
dalam kehidupan umum, dimana ia tidak bisa seleluasa kaum lelaki.

Dalil mengenai hal itu ialah bahwa Nabi Sallallhu ‘alaihi Wasallam ketika ditanya oleh kaum
wanita, "Apakah kekurangan akal dan agama kami, wahai Rasulullah?"
Maka beliau menjawab, "Bukankah kesaksian wanita itu adalah separuh
dari kesaksian lakihlaki?" Kami menjawab, "Ya benar." Nabi Sallallhu ‘alaihi Wasallam bersabda, "Itulah bentuk kekurangan akalnya." Nabi Subhanahu Wata’ala bertanya lagi, "Bukankah jika sedang haid, ia tidak mengerjakan shalat dan juga tidak berpuasa?" Kami menjawab, "Ya benar." Nabi Subhanahu Wata’ala menjawab, "Itulah bentuk kekurangan agamanya."

Dengan demikian, kekurangan yang disebutkan dalam hadits tersebut
memiliki makna sebagaimana yang telah kami sebutkan di atas. Demikian juga halnya dengan kekurangan agamanya. Ia tidak berarti kekurangan mengenai hakikat agamanya, akan tetapi kekurangan itu terdapat pada sebagian dari hal-hal peribadahan.

Sedangkan dalam hal ini ia tidaklah dihukum karena meninggalkannya. Bahkan ia justru diharamkan untuk mengerjakannya. Wanita yang sedang haid diharamkan mengerjakan shalat dan puasa. Jika ketika itu ia mengerjakan shalat dan puasa, tentu ia berdosa, sekalipun ia berkewajiban
menqadha' puasa, namun ia tidak perlu mengqadha' shalat, sebagai
bentuk peringanan terhadapnya dan rukhsah dari Allah Subhanahu Wata’ala.

Akal wanita adalah akal yang harus dihormati. Ada sebagian wanita yang memiliki keistimewaan berupa kecerdasan akal yang lebih hebat dibanding akal kaum lakihlaki. Contoh untuk hal ini sangatlah banyak, dan bukanlah di sini tempatnya untuk menyebutkannya.

Akan tetapi, bagaimanapun, kecerdasan akal wanita dijadikan oleh Allah Subhanahu Wata’ala dengan garis yang berbeda denga garis kecerdasan
Laki-laki. Ia merupakan kecerdasan jenis khusus. Oleh karena itu, ia memiliki perhatianhperhatian khusus.

Itu merupakan hikmah agung yang hanya diketahui oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Boleh jadi hal itu dijadikan untuk memperkaya kehidupan, sehingga kehidupan ini menjadi lebih bervariasi, dan agar lakihlaki tidak berkuasa dengan akalnya saja, akan tetapi perasaan wanita yang menggelora itu juga memberikan makna lain bagi kehidupan.

Adapun jika dasar keyakinan pada diri laki-laki berkenaan dengan akal wanitah bukanlah sebagaimana dijelaskan di atas, dan memang ia telah menikahi yang kurang cerdas atau bengkok pikirannya, maka tidak
ada alasan baginya untuk menyebutkan hal itu di hadapannya, atau
selalu membodo-hbodohkan pendapatnya. Ia pun harus menerima segala kekurangannya, sepanjang ia menjadi istrinya. Adalah tidak adil jika ia menimbangnya dengan sesuatu yang memang tidak dimiliki olehnya.

Yang tak kalah penting lagi adalah pernyertaan istri terkait dengan urusan rumah tangga. Yaitu  dalam hal berpikir dan merencanakan suatu hal bersama sang suami, serta bermusyawarah dengannya. Banyak kaum lelaki yang masih berpikiran bahwa "bermusyawarah
dengan wanita hanya akan merobohkan rumah tangga." Bisa jadi hal ini ada benarnya untuk sebagian kaum wanita. Akan tetapi, ada sebagian kaum wanita atau istri yang bila diajak bermusyawarah, maka akal pikiran atau pendapatnya akan bisa memecahkan sekian banyak masalah yang dihadapi....

Rasulullah pun tidak segan untuk meminta pendapat istrinya. Jadi... jangan segan untuk mencontoh Rasulullah dalam masalah ini. Setuju?

Sumber:  ebook Agar Istri Makin Sayang
Share this article :
Mari Berbagi Kebaikan:
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Related Post:

 

Posting Komentar

hampir semua postingan ini merupakan hasil copy paste dari blog lain. namun kami sertakan link rujukan asli tulisan tersebut. jika ada yang keberatan mohon konfirmasinya. kami akan segera menghapus postingan tersebut

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. abu-uswah - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger