Amr Ibnu Al Jamuh
Rasulullah SAW memiliki banyak para sahabat dengan berbagai keistimewaan yang patut diteladani. Satu diantaranya adalah Amr Ibnu Al Jamuh. Kendati pun kakinya pincang, ia termasuk tokoh di kalangan penduduk Madinah dan salah seorang pemimpin Bani Salamah. Putranya, Mu'adz bin Amr lebih dahulu masuk Islam bersama kelompok 70 yang melakukan bai'at Aqabah kepada Rasulullah SAW.
Bersama sahabatnya Mu'adz bin Jabal, Mu'adz bin Amr mendakwahkan Islam di kalangan masyarakat Madinah dengan keberanian yang menakjubkan sebagaimana layaknya pemuda mukmin yang gagah perkasa.
Suatu ketika kedua pemuda muslim ini menyelinap di kegelapan malam ke dalam rumah bapak Mu'adz bin Amr. Mereka mengambil berhala yang ada disitu dan membuangnya ke dalam lubang tempat membuang hajat. Amr Ibnu Al Jamuh yang tidak menjumpai sang tuhan Manaf di keesokan harinya, sangat marah ketika melihat tuhannya berada di tempat kotor tersebut. Tuhan itu lalu dicucinya hingga bersih kemudian diberi wangi-wangian.
Pada malam-malam berikutnya, Mu'adz bin Jabal dan Mu'adz bin Amr mengulangi hal yang serupa hingga akhirnya Amr Ibnu Al Jamuh merasa bosan. Ketika itu ia berkata pada sang tuhan Manaf : "Jika kamu benar-benar dapat memberikan kemamfaatan, berusahalah untuk mempertahankan dirimu sendiri...!"
Ternyata kejadian di malam-malam sebelumnya terulang kembali. Bahkan kali ini sang berhala terikat kuat dengan bangkai anjing. Dalam keheranan, kekecewaan, dan kemarahan, datanglah seorang bangsawan Madinah yang telah masuk Islam. Seraya menunjuk kepada tuhan yang tak berdaya tersebut, ia mengajak akal dan hati nurani Amr berdiskusi tentang Tuhan yang sesungguhnya, termasuk Muhammad Al Amin dan Al Islam. Singkat cerita, setelah beberapa saat Amr pun berbai'at kepada Rasulullah SAW dan menjadi seorang muslim.
Selain sifatnya yang sangat pemurah dan dermawan, keistimewaan lain dari sahabat yang satu ini adalah tekadnya yang kuat untuk meraih surga kendatipun tubuhnya cacat. Yah, cacat itulah kelebihannya.
Amr Ibnu Al Jamuh pernah berujar : "Demi Allah, aku berharap kiranya dengan kepincanganku ini aku dapat merebut surga...!" Perkataan ini diucapkannya setelah usahanya untuk meyakinkan Rasulullah agar mengijinkannya turut serta dalam perang Badar gagal dan ketika datang stories kepadanya tentang perang Uhud yang sebentar lagi akan terjadi. Amr meminta dengan sangat kepada Rasulullah agar kali ini beliau memberinya kesempatan untuk turut serta dalam peperangan. Setelah permintaannya dikabulkan, ia pun mempersiapkan senjatanya. Dengan hati yang puas dan gembira ia berjalan berjingkat-jingkat, dan memohon kepada Allah : "Ya Allah, berilah aku kesempatan untuk menemui syahid, dan janganlah aku dikembalikan kepada keluargaku...!" Singkat cerita, Allah pun akhirnya mengabulkan permintaannya untuk gugur syahid membela agama Allah di medan Uhud.
Suatu pelajaran berharga dari kisah di atas adalah bahwa keislaman yang benar akan mampu membangkitkan rasa percaya diri, motivasi, semangat, dan harapan seseorang untuk meraih kesuksesan. Keempat faktor ini seringkali menjadi faktor penentu keberhasilan dalam melakukan sesuatu atau meraih cita-cita. Seorang yang cacat seperti Amr sebenarnya mendapat dispensasi (pengecualian) untuk tidak turut berperang, namun ternyata hal ini bukanlah kepuasan baginya.
Tentu ini bukan berarti penolakan Amr terhadap keringanan dari Allah yang Maha Pengasih kepada hamba-Nya yang cacat seperti Amr. Namun justru kecintaan kepada Allah dan surgalah yang telah menyelimuti dirinya. Sehingga ia merasa cacat tubuh bukanlah hambatan untuk berjihad. justru cacat inilah yang seolah menjadi pemicu semangat untuk melakukan yang terbaik untuk islam : Berjihad, gugur di jalan Allah dan meraih surga dengan kepincangan!***
(Sumber : Tabloid MQ EDISI 11/TH.I/MARET 2001)
Posting Komentar
hampir semua postingan ini merupakan hasil copy paste dari blog lain. namun kami sertakan link rujukan asli tulisan tersebut. jika ada yang keberatan mohon konfirmasinya. kami akan segera menghapus postingan tersebut