Keislamannya
Suatu saat Rasulullah mengirim Mush’ab bin Umair ke Madinah guna mengajari orang-orang Muslim Anshor yang telah berbai’at kepada Nabi untuk membela Islam di Bai’tul Aqabah pertama, dan untuk menyeru orang lain kepada agama Allah. Namun kedatangan Mush’ab mendapat tantangan dari Usaid bin Hudhair dan Sa’ad bin Mu’adz, di mana keduanya adalah pemimpin kaumnya. Pada suatu saat, Usaid melihat di majelis Mush’ab banyak orang yang dengan penuh minat dan perhatian mendengarkan kalimat-kalimat petunjuk yang mengajak mereka kepada jalan Allah yang diserukan oleh Mush’ab bin Umair. Tiba-tiba majelis yang tenang itu dikejutkan oleh kedatangan Usaid yang melampiaskan segala kemarahan dengan berangnya kepada Mush’ab bin Umair. Melihat ulah Usaid, Mush’ab lalu berkata : “ Sudikah Anda duduk mendengarkannya ? Bila ada sesuatu yang menyenangkan hati Anda, maka Anda dapat mengambilnya. Dan jika Anda kurang berkenan dengannya maka kami hentikan apa yang tidak Anda sukai tersebut.”
Karena melihat Mush’ab mengandalkan logika dan akal serta cara yang baik, maka Usaid menancapkan tongkatnya ke tanah, lalu berkata kepada Mush’ab: “ Benar kata Anda! Nah kemukakanlah apa yang ada pada Anda!” Mush’ab lalu membacakan ayat-ayat Al Qur`an dan menjelaskan seruannya, agama yang haq, yang Nabi Muhammad perintahkan untuk menyampaikan dan mengibarkan benderanya, yaitu Islam. Orang-orang yang menghadiri majelis yang sama mengatakan : “ Demi Allah sebelum mengucapkannya telah terlihat pada raut wajah Usaid sikap keislamannya, kita mengenalnya pada cahaya muka dan sikap lunaknya . “
Belum lagi Mush’ab selesai menerangkan, Usaid pun berseru dengan amat terkesan: “ Alangkah mulianya kata-kata ini dan alangkah indahnya ….! Apa yang kalian lakukan bila kalian hendak masuk agama ini ?” Jawab Mush’ab : “ Anda bersihkan badan , pakaian, dan ucapkan syahadat yang haq, kemudian Anda sholat.”
Begitulah Usaid, ketika ia mengenal jalannya, ia tidak ragu-ragu lagi maju melangkah menyambutnya dengan kebulatan hati. Usaid tegak berdiri untuk menerima agama yang telah membuka pintu hatinya dan menyinari jiwanya. Ia mandi dan membersihkan diri, lalu menyatakan keislamannya.
Keutamaannya
Termasuk 3 orang shohabat besar dari kalangan Anshor selain Sa’ad bin Mu’adz dan ‘Abbad bin Basyar.
Allah memberikan kelebihan kepadanya dengan suara yg merdu ketika membaca Al Qur`an. Karena merdu dan indahnya suara Usaid, sampai malaikat mendekatinya khusus untuk mendengarkan bacaan Usaid.
Tongkat yang dibawanya bias bersinar di kegelapan malam.
Dalam hadits riwayat Bukhari diterangkan bahwa : Usaid bin Hudhair dan seorang laki-laki Anshor berbincang-bincang di sisi Rasulullah sampai larut malam. Kemudian keduanya pulang dengan membawa tongkatnya masing-masing. Ternyata tongkat tersebut bisa menyinari selama dalam perjalanannya, sehingga ketika salah seorang dari keduanya berpisah di jalan, maka tetaplah bersinar tongkatnya yang lain (yang satu) dan terus berjalan hingga sampai ke rumah (keluarganya).
Pernah mencium pinggul Rasulullah.
Dari Abdurrahman bin Abi Laila dari bapaknya ia berkata : “Usaid bin Hudhair adalah seorang laki-laki yang sholih, lucu dan tampan. Tatkala ia berbincang-bincang dengan kaum di sisi Rasulullah dan menjadikan mereka tertawa. Lalu Rasulullah memukul lambungnya, dan ia berkata : “ Anda telah sakiti aku, maka aku balas qishos ya Rasulallah, sesungguhnya Anda berpakaian sedangkan saya tidak berbaju” Abi Laila berkata: Maka Rasulullah mengangkat bajunya dan dipeluklah oleh Usaid kemudian dicium pinggulnya seraya berkata : “ Sungguh demi Bapak dan Ibuku, inilah yang saya kehendaki ya Rasulallah.” (Riwayat Hakim)
Pahlawan di hari Saqifah.
Tak lama setelah wafatnya Rasulullah, segolongan orang Anshor yang dipimpin oleh Sa’ad bin Ubadah mengumumkan bahwa mereka lebih berhak memegang khilafah. Sewaktu debat dan tukar pendapat semakin memanas, maka Usaid pun berpidato yang ditujukan kepada kaumnya golongan Anshor, “ Tuan-tuan semua tahu, bahwa Rasulullah berasal dari golongan Muhajirin. Dan seseungguhnya kita adalah pembela Rasulullah, maka kewajiban kita sekarang adalah membela khalifahnya..!”
Maka demikianlah, akhirnya ucapan Usaid dalam pidatonya itu menjadi obat yang mujarab untuk menenangkan suasana kembali.
Wafatnya
Usaid bin Hudhair wafat pada bulan Sya’ban tahun 20 H di Baqi’. Salah seorang yg mengangkat jenazah Usaid ke kuburannya adalah Amiirul Mukminin Umar bin Khattab. Ini menunjukkan keutamaan seorang shohabat Nabi yang sholih, cerdas akalnya, dan bijaksana dalam ucapannya.
(ditulis ulang dari Majalah As Sunnah Edisi 22/II/1417-1997, dgn sedikit perubahan tanpa merubah maksud tulisan aslinya)
Posting Komentar
hampir semua postingan ini merupakan hasil copy paste dari blog lain. namun kami sertakan link rujukan asli tulisan tersebut. jika ada yang keberatan mohon konfirmasinya. kami akan segera menghapus postingan tersebut